Part 9

1.5K 153 21
                                    

!! Part dewasa, Dibawah umur skip aja dulu !!

*****

Freen duduk kaku di kursi besi, peluhnya masih menetesi kening dan lehernya. Jantungnya juga berdegup kencang, dan kaki yang mulai gemetar.

Langkah bunyi sepatu membuat jantungnya semakin berdegup kencang, dia menoleh melihat pintu.

Hingga pintu itu terbuka, Rebecca tersenyum melihat Freen terduduk kaku menunggunya.

Dia langsung berdiri saat Rebecca berjalan kearahnya.

"Apa aku lama?"

Kepala Freen menggeleng cepat.

"Duduklah, aku akan mengambil perlengkapan mandi dulu."

Freen kembali duduk, dia menatap Rebecca membuka lokernya.

"Apa kamu ingin mandi dengan ku?" Rebecca tersenyum menatap wajah Freen yang sangat cemas, bahkan peluhnya semakin menetesi wajah dan leher.

Freen tau dia di goda sekarang, namun tetap saja membuat ia gemetar. Dia tak terbiasa dengan situasi digoda gadis lebih muda darinya, apa lagi ini muridnya.

Mau di taruh dimana wajahnya jika ia kedapatan melecehkan muridnya.

"Baiklah jika tidak mau." Rebecca melongos pergi.

Namun cepat Freen berdiri. "Aku ingin bicara. Dengan mu."

Dahi Rebecca menyengit sok polos. "Bukankah kita dari tadi bicara?"

"Maksudku." Freen gemetar, dia menggenggam kuat kepalan tangannya. "Aku ingin membahas tentang kita."

Rebecca menahan senyum. "Emang kita kenapa?"

Tenggoran Freen tercekat. Dan akhirnya diam. Dia bingung memulai dari mana dan takut dengan reaksi Rebecca.

Rebecca menunggu, namun Freen semakin diam. "Apa ada lagi?"

Freen menatapnya, tatapannya kacau, bibirnya gatal ingin bicara namun ia sangat takut.

Kepala Freen menggeleng lemah, dia tak bisa mengatakannya, biarlah ini dia ucapkan dengan ibunya dengan pelan-pelan.

Lagi pula siapa dia sampai Rebecca mau membantunya.

Tatapan Rebecca datar, dia melipat tangan kedada tatapannya mengintimidasi Freen.

Freen berpura melihat jam di tangannya. "Aku harus kembali." Ucapnya dengan gagap.

Rebecca langsung mencengkram tangan Freen, membuat Freen melotot, belum sempat dia meredakan keterkejutan, Rebecca menariknya masuk dalam satu bilik lalu mendorongnya kedinding.

Satu tangan Rebecca mengunci pintu.

Freen ingin protes namun tatapan dingin Rebecca membuat ia bungkam.

"Kenapa? Ingin marah? Ingin berteriak? Silahkan! Biarkan semua murid tahu kalau salah satu guru terbaik mereka berduaan dengan muridnya di kamar pemandian."

Freen tercekat mendengar emosi Rebecca, dia tahu berdua dengan Rebecca tak akan baik untuknya.

"Untuk apa?" Tanya Freen pelan.

"Maksud mu?"

"Apa yang kamu dapat dari mempermainkan saya? Apa untuk pembuktian pada teman-teman mu bahwa kamu bisa menaklukkan saya? Kalian senang?"

Rebecca terdiam, dia dapat melihat pancaran kecewa dari Freen.

"Jadi kamu berpikir begitu?"

Freen diam, dia akan menangis jika dirinya sendiri disini. Hatinya sedih sekarang. Dia terlalu lemah menghadapi Rebecca yang bahkan jauh lebih muda darinya.

LIAR 2Where stories live. Discover now