43. Sama-sama Keras Kepala

105 28 4
                                    

haloooooo

haloooooo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Peristiwa Seje yang mohon-mohon ke Sean buat dibukain pintu sudah lewat tiga hari lalu, tapi agaknya, rasa kesal di benak Seje masih ada sampai sekarang. Bagaimana tidak, Seje sampai harus meruntuhkan harga dirinya dengan berjongkok di depan Sean yang terus-terusan mengolok-olok dan mempermainkannya. Padahal saat itu, Seje sudah mulai lemas karena tak lagi sanggup menciumi bau durian yang kuatnya bukan main.

Setelah ia mulai benar-benar mengeluarkan air matanya, barulah Sean luluh dan memberitahukan pin pintu padanya. Sungguh Sean tak lebih dari bocah lima tahun yang sangat menyebalkan. Ia balas dendam untuk kesenangannya tanpa memperdulikan nasib Seje yang sudah mau mati karena mual.

Setidaknya itu yang ada di pikiran Seje hingga saat ini.

"Je, kenapa lo?"

Yudhistira yang sedari tadi duduk di sampingnya dan menyimaknya itu akhirnya menyuarakan juga rasa penasarannya. Ia tak habis pikir. Seje yang memesan semangkuk bakso itu sejak lima menit lalu, tak jua menyentuh makanannya sama sekali.

"Hm?" Dengan dua matanya yang masih tak fokus, si gadis kini mengarahkan tatapnya pada Yudhistira yang sedang menyendok baksonya. "Kenapa apanya?" tanya gadis itu kemudian.

Yudhistira yang terlalu buru-buru untuk menjawab nyaris tersedak bakso kecil yang belum sempat dikunyahnya. Ia pun memutuskan untuk minum terlebih dahulu, baru kemudian mengelap mulutnya dan mengarahkan telunjuknya pada sang teman dengan kening yang berkerut samar.

"Ya elo lah siapa lagi?" semprot Yudhistira kemudian.

"Gue? Apanya?"

"Ya elo kenapa? Dari tadi bukannya makan malah ngelamun?"

"Oh..." Seje kembali memandang mangkuk baksonya dengan tampang merengut. "Gak tahu ah, gue emosi!" ucap gadis itu lagi.

"Emosi kenapa sih ah elah, cepat tua lo entar!"

"Menurut lo siapa yang bisa bikin gue emosi kaya gini?"

"Banyak sih..."

Jawaban Yudhistira tersebut agaknya tak cukup untuk membuat Seje puas. Gadis itu justru tampak tak terima. Ia kini sudah mengarahkan death glarenya pada sang teman lelaki. Cukup untuk membuat Yudhistira mengulum bibirnya seraya menghela napas.

"Sean lagi nih?" Akhirnya Yudhistira memilih untuk mengalah. Ia tampak serius kali ini. "Kenapa lagi lo sama dia? Ya elah, baru juga mau sebulan nikah."

"Nih ya gue tanya sama lo. Menurut lo wajar gak kalau dia balas dendam sama gue tapi pake durian."

Yudhistira berpikir sejenak. Dengan sebelah tangan yang memegangi sendok bakso, ia pun menggaruk keningnya yang sontak saat itu juga membuatnya sadar. Ia baru saja menggunakan sendok bekas bakso yang pedas untuk menggaruk jidatnya.

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now