Chapter 89: Obat dari Segala Kesakitan

159 40 21
                                    

Haloo gais, maaf ya aku tinggal kelamaan hehehe selamat membaca!

Haloo gais, maaf ya aku tinggal kelamaan hehehe selamat membaca!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sesuai ekspektasi, Sejeong dan Sean yang kini sudah berada di satu kamar hotel yang sama tampak begitu canggung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sesuai ekspektasi, Sejeong dan Sean yang kini sudah berada di satu kamar hotel yang sama tampak begitu canggung. Sean yang terlihat menyibukkan diri dengan ponselnya duduk di sebuah meja kerja yang berada tak jauh dari kasur. Entah apa yang sedari tadi begitu menarik matanya sehingga ia tak jua melepaskan tatap dari layar ponselnya meski kini mereka sudah nyaris lima menit masuk ke ruangan tersebut.

Hal tak jauh berbeda juga dilakukan Seje. Gadis itu malah lebih parah. Ia terlihat begitu gugup karena sedari tadi beberapa kali terlihat duduk di atas kasur lalu berdiri menghadap dinding kaca yang mempertontonkan pemandangan city light, berulang kali, duduk berdiri lalu duduk lagi dan kembali berdiri lagi. Persis orang linglung.

Sampai akhirnya gadis yang terlihat tak tenang itu pun berinisiatif untuk buka suara terlebih dahulu. Agaknya ia justru semakin gerah jika Sean hanya diam di belakangnya.

"Pemandangannya bagus," katanya sangat amat basa-basi.

Sean yang mendengarnya lantas mendongakkan kepala dari ponselnya. Mengikuti apa yang diucapkan isterinya itu, Sean pun melempar pandang sejenak ke dinding full kaca di balik tubuh Seje yang membalikkan tubuh menghadapnya itu, lalu kembali menatap pada Seje.

"Hm..." Sean mengangguk sepakat.

"Cantik kan?" Seje kembali bertanya, memastikan sekaligus basa-basi lagi.

"Apanya?" Tapi Sean justru berbalik tanya.

"Ya pemandangannya lah."

"Oh kirain elo."

"..."

"Ya tapi mau pemandangannya, mau elonya, dua-duanya sama-sama cantik,"

Oke, Seje dapat merasakan kedua puncak pipinya kini mendadak memanas.

"Dih, apaan sih."

Mendengar respon Seje yang sangat sarat salting tersebut, terang saja Sean tersenyum puas.

"Salting kan lo," goda laki-laki itu seraya bangkit dari posisinya lalu berjalan pelan mendekati posisi Seje. Sementara gadis yang didekati itu cuma bisa berupaya menyembunyikan kedua pipinya yang ia yakini sudah semerah tomat. Jelas saja, ia enggan Sean menangkap basah tampang tersipunya itu.

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now