☁️ ;; 一 𝗵enna 𝗼nna 変な女 ¡!❞

696 95 16
                                    

ichi . henna onna
noun, means weird girl.

───────

Percaya atau tidak, jika seseorang sudah mengalami kecanduan akan suatu hal, dapat dijamin tingkah laku orang tersebut akan menjadi tidak normal. Seperti melakukan hal-hal di luar nalar dan tak terpikirkan oleh manusia pada umumnya. Tetapi, masih bisa sedikit ditoleransi.

Contoh paling jelasnya adalah (Y/n). Keripik kentang yang baru saja masuk ke dalam mulutnya menimbulkan suara kriuk-kriuk yang nyaring di dalam kamarnya. Tatapannya hanya terus tertuju ke layar laptop. Layar berukuran 15,6 inci itu menampilkan gambar yang bergerak. Bukan sembarang gambar, melainkan ialah tokoh dari anime yang menjadi favoritnya belakangan ini.

Judul anime yang bisa menimbulkan kontraversi dan keambiguan jika disingkat. BL, atau Blue Lock. Bukan boys love, melainkan kunci biru.

Merupakan anime yang baru-baru ini menjadi topik hangat di media sosial. Wajar saja, setiap tokohnya memiliki kharisma tersendiri yang berubah menjadi daya tarik. Khususnya bagi kaum hawa. Mereka bisa menjerit histeris ketika melihat husbu mereka muncul di layar. Tak apa gepeng, yang penting tampan.

Sebab terlalu waras karena anime yang satu ini, seorang (Y/n) memilih untuk bolos di hari pertamanya menginjak kelas dua SMA. Ia memutuskan untuk menamatkan seri Blue Lock dalam waktu semalam. Dirinya tidak ingin mendapat spoiler dari siapapun dan di manapun. Mengingat semua platform media sosialnya menampilkan cuplikan-cuplikan dari anime tersebut. Bahkan hingga ke bagian manga.

Tidak mempedulikan piyamanya yang kotor akibat tangannya mengusap di atasnya, (Y/n) tetap lanjut menonton. Apalagi setelah ia melihat seorang Nagi Seishiro. Rambut putih menjadi daya tariknya. Sifat pemalasnya itu entah mengapa sama sekali tidak menyebalkan. Malah terasa menggemaskan baginya. Pesona dari Nagi Seishiro yang tidak bisa dibantah.

"Aku tidak peduli siapa melawan siapa. Yang paling penting ialah Nagi harus menang!" serunya menggebu-gebu. Di sekitar bibirnya masih terdapat sisa-sisa bumbu dari keripik kentang yang ia makan. Tetapi, semangat dari (Y/n) untuk Nagi tetaplah nomor satu.

Setelah menamatkan episode terakhir, (Y/n) pun merasa kesal. Kesal sebab ceritanya sangatlah gantung. Ia tak berniat lanjut membaca manga-nya. Selain karena tidak ada uang untuk membelinya, gadis itu juga tak terlalu suka jika anime ber-genre sports hanya dinikmati dalam bentuk gambar yang tidak bisa bergerak. Sama sekali tidak seru!

"Lebih baik aku tidur. Pasti aku bisa bermimpi tentang Nagi." Ia terkekeh membayangkan halunya sendiri. Sebelum kemudian meletakkan laptop-nya ke atas meja belajar dan mulai berbaring di tempat tidur.

Sebelum memutuskan untuk memejamkan matanya, (Y/n) masih memainkan ponselnya. Sekarang ia sudah bisa merasa aman ketika membuka media sosialnya. Dirinya tidak akan ter-spoiler dari sudut manapun, kecuali dari manga-nya. Mungkin ia harus mulai menabung untuk mengoleksi volume manga-nya di mana terdapat banyak scene Nagi Seishiro. Itu saja yang bisa (Y/n) lakukan.

Gelak tawa masih terdengar di kamar itu. Pelakunya adalah si pemilik kamar, tentu saja. Ia tertawa karena selera humornya yang terlalu rendah hingga ke inti Bumi. Bahkan jika melihat roti terjatuh saja, (Y/n) sudah tertawa. Entahlah.

"Siapa kau?"

Mendengar suara yang tiba-tiba muncul itu membuat (Y/n) mengalihkan tatapannya dari layar ponsel. Ia menggeser benda pipih tersebut dari wajahnya dan memandang orang yang berdiri menjulang di depan matanya.

"Aku? Namaku (Y/n). Salam kenal."

Setelah berkata demikian, (Y/n) kembali memainkan layar ponselnya. Namun, seketika ia tersadar akan sesuatu. Ditatapnya ponselnya itu dan juga seorang lelaki di hadapannya secara bergantian. Rambut putihnya, tatapan datarnya, dan wajahnya yang tampan itu benar-benar sama persis dengan gambar di ponselnya.

"Nagi Seishiro?!"

Saking terkejutnya, (Y/n) sampai menjatuhkan ponselnya ke atas mukanya sendiri. Sakitnya bukan main. Malunya apa lagi. Membuatnya ingin menenggelamkan diri di Sungai Amazon. Eh, tetapi tidak jadi.

"Dari mana kau tahu namaku?" Nagi bertanya dengan wajah herannya itu. Ia menatap ke sekeliling. Kamar yang tertata cukup rapi dengan furnitur yang diletakkan secara simetris. Tidak terlalu buruk bagi matanya. Hanya saja, satu-satu makhluk hidup di hadapannya saja yang merusak pandangan.

"Aku tahu dari..." (Y/n) diam. Menggantung perkataannya sendiri seraya menunduk ke bawah. Kemudian, ketika ia melihat pakaian yang ia kenakan, barulah dirinya tersadar. Piyama warna biru bermotif polkadot itu masih melekat di tubuhnya. Bahkan noda dari tangannya tadi masih ada di sana. Astaga, betapa buruk kondisinya saat ini.

Dengan sigap, (Y/n) kembali menengadahkan kepalanya. Tatapannya kembali bertemu dengan netra milik Nagi. Masih dengan pandangan yang sama tertuju pada sang gadis.

"Tidak penting aku tahu dari mana! Tetapi, tolong keluarlah dahulu dari ruangan ini!" seru (Y/n) mulai panik.

Tidak, tidak. Husbu kesayangannya itu tidak boleh bertemu dengannya dalam kondisi yang buruk rupa seperti ini. Minimal mandilah, itu yang ada di dalam pikiran (Y/n).

Tubuh tegap dan tinggi milik Nagi sungguh sulit untuk didorong. Padahal tinggi (Y/n) tidak terlalu pendek. Hanya karena ia berdiri di sebelah Nagi, gadis itu terlihat begitu mungil seperti amoeba. Ah, amoeba terdengar berlebihan. Semut, terdengar lebih cocok.

"Hah?"

Nagi masih terlalu bingung untuk merespon kejadian yang terjadi saat ini, detik ini. Setelah ia didorong ke luar oleh gadis tadi, barulah ia tersadar. Sekarang dirinya tidak berada di dalam Blue Lock. Medan perang bagi para individualisme dan pribadi yang egois. Sedikit demi sedikit, Nagi mulai memahami situasi saat ini.

Intinya, detik ini juga, Nagi tidak berada di dunianya. Lantas di mana ia sekarang? Padahal jika lelaki itu perhatikan, dunia ini tidak jauh berbeda dengan dunianya sendiri. Semua hal sama. Berada di zaman modernisasi di mana teknologi sudah terlalu canggih.

"Mendokusai..."

***

END ━━ # . 'As It Happens ✧ Nagi SeishiroWo Geschichten leben. Entdecke jetzt