☁️ ;; 四 𝘀hinpai 心配 ¡!❞

341 71 3
                                    

yon . shinpai 心配
verb, means worry.

───────

Rasa nyeri di perutnya sejak tadi menggagalkan fokus (Y/n) pada kelas. Ia hanya sibuk menenangkan kondisi perutnya sendiri seraya mencoba untuk tetap berkonsentrasi dengan materi yang sedang dijelaskan. Terlebih mata pelajaran saat ini menerangkan tentang sejarah negara Jepang. Merupakan hal yang tidak (Y/n) kuasai.

Satu jam pelajaran berlalu, selama itu juga (Y/n) merasa dirinya berada di dalam neraka. Ia tak bisa fokus sama sekali dan hanya sibuk meredakan rasa sakit perutnya. Ketika mata pelajaran Sejarah telah usai, (Y/n) bisa sedikit bernapas lega. Ia merasa bahwa kini perhatiannya bisa benar-benar tertuju pada nyeri di perutnya itu.

Istirahat adalah momen di mana (Y/n) berada saat ini. Hiruk-pikuk keramaian sekolah membuat telinganya merasa bising. Kepalanya pun ikut berdengung. Kakinya hendak melangkah ke luar kelas, sementara tangannya sibuk menopang tubuhnya sendiri dengan bersentuhan pada dinding. Di saat itu pula, pandangannya mulai memburam.

Tidak, (Y/n) tidak ingin pingsan sama sekali. Karena hal itu akan merepotkan orang lain. Terlebih pingsan di koridor sekolah akan menyebabkan kericuhan yang lebih kacau. Alhasil (Y/n) memilih untuk meredakan semua rasa sakit di sekujur tubuhnya itu terlebih dahulu, barulah ia akan keluar kelas. Paling parah adalah di bagian perutnya.

Meskipun (Y/n) sudah berusaha untuk menahan rasa sakitnya itu, nyatanya kegelapan telah menelan dirinya. Tetapi, setidaknya ia tak sadarkan diri ketika masih di dalam kelas.

***

Suara televisi yang menyala membuat Nagi menguap lebar. Ia melirik ke arah jam dinding. Masih ada waktu sekitar satu atau dua jam lagi sebelum (Y/n) pulang ke rumah. Sejak kepergian gadis itu di pagi hari tadi, Nagi hanya menghabiskan waktu dengan menjalankan rutinitasnya.

Meskipun dirinya saat ini tidak berada di Blue Lock, tetapi Nagi tetap melakukan beberapa latihan fisik. Selain untuk menjaga postur tubuhnya, ia juga mengutamakan kesehatan. Walaupun merepotkan dan tidak ada seseorang yang bisa memotivasi dirinya. Reo tak ada bersama dengannya, Isagi pun demikian. Terlebih semenjak ia memilih Isagi sebagai teman satu timnya, Nagi tidak sempat memikirkan Reo sama sekali. Apakah Reo pun begitu?

Janji mereka untuk menjadi pemain sepak bola bersama masih dipegang oleh Nagi. Entah bagaimana dengan Reo. Hanya saja, saat ini dirinya malah terjebak di dunia antah-berantah yang mirip dengan dunia aslinya. Di kala Nagi hendak memulai babak seleksi kedua, pada waktu yang sama dirinya terpental ke dunia ini. Apa lagi yang akan terjadi nantinya, terserah takdir saja. Nagi tak ingin ambil pusing lebih jauh.

Tepat ketika Nagi tengah mencari remote televisi, ponselnya bergetar. Benda pipih pemberian (Y/n) itu menampilkan nama gadis itu sendiri di layar. Menyuruh Nagi untuk segera mengangkat panggilan telepon itu.

"Selamat siang. Apakah benar ini dengan Nagi-san sebagai kerabat dari (F/n)-san?"

Suara dari seberang sana bukanlah suara yang Nagi kenal. Bukan pula suara (Y/n). Merupakan suara orang asing yang tengah memastikan identitas dirinya saat ini.

"Ya, itu aku. Ada apa?" balas Nagi dengan bingung. Ia menjauhkan ponselnya sekali lagi, memastikan nama yang tertera di sana. Benar, nama (Y/n) masih berada pada atas layar.

"Saya dari pihak rumah sakit ingin memberitahu bahwa (F/n)-san sedang tak sadarkan diri saat ini. Sebagai kerabatnya, ada yang perlu kami bicarakan pada Anda," tutur suara wanita itu.

Sontak Nagi menegakkan posisi duduknya. Raut wajahnya berubah menjadi serius. Keheranan semakin tercetak jelas pada paras tampannya. Sementara kerutan samar di kening mulai muncul.

"Tak sadarkan diri?" ulang Nagi. "Di mana (Y/n) sekarang?" tanyanya langsung.

Dengan jantung yang berdetak amat kencang, Nagi mendengarkan alamat rumah sakit yang disebutkan oleh si perawat. Setelah berucap terima kasih, sambungan telepon pun berakhir. Namun, di saat itu juga, Nagi masih belum bisa meredakan degup jantungnya yang menggila.

***

Seusai menyasar di beberapa tempat, salah naik bus, dan bertanya ke orang di sekitar, akhirnya Nagi pun tiba di rumah sakit yang ia tuju. Gedung yang didominasi oleh warna putih itu terlihat begitu menjulang tinggi. Mengingatkan Nagi pada warna rambutnya sendiri.

Masuk ke dalam, lelaki itu beranjak menuju resepsionis. Ia bertanya perihal ruangan (Y/n) saat ini. Sekaligus memperkenalkan diri sebagai kerabatnya. Dengan sigap, sang resepsionis langsung memberitahu. Mengingat (Y/n) merupakan pasien yang baru datang.

Sesuai info yang Nagi dapatkan, ia berjalan cepat ke tempat (Y/n) berada. Dalam hati bertanya-tanya apa yang akan ia lihat setiba dirinya di sana. (Y/n) yang tak sadarkan diri dengan banyaknya peralatan yang tidak Nagi kenal menempel di tubuhnya? Atau (Y/n) yang sudah siuman dan akan tersenyum padanya?

Perjalanan itu terasa panjang bagi Nagi. Namun, ketika ia tiba di sana, seketika ia merasa terkejut. Sebab apa yang Nagi khawatirkan malah terjadi. Tentang (Y/n) yang tidak sadarkan diri dengan peralatan di tubuhnya. Memang hanya ada infus yang Nagi tahu. Tetapi, itu sama saja menandakan bahwa kondisi (Y/n) cukup buruk.

"(Y/n)..."

Tak ada sahutan apapun dari (Y/n). Yang terdengar hanyalah dengkuran halus. Nagi pun mendekat dan duduk di kursi sisi ranjang. Ia memperhatikan wajah gadis itu dengan lebih dekat. Rambutnya yang berantakan, diselipkan oleh Nagi ke belakang telinga. Melakukan hal itu seketika membuatnya merasa senang.

Dilihat dari dekat, (Y/n) memiliki paras yang ayu. Bentuk wajahnya proporsional. Meskipun alisnya tidak terlalu tebal dan hidungnya tak mancung. Tetapi, tetap enak dipandang. Setidaknya itulah bagi Nagi. Terlebih melihat (Y/n) yang tengah tertidur. Sangat berbeda dengan (Y/n) yang masih bangun.

Tentu saja meskipun demikian, Nagi tetap lebih ingin (Y/n) sadarkan diri. Membuka matanya dan menyapa Nagi dengan senyuman. Sama seperti setiap harinya ketika pagi menyambut hari mereka. Di saat itulah Nagi merasa bahagia. Ia suka momen di mana (Y/n) pun ikut hadir bersamanya.

Kini presensi (Y/n) juga ada di sana. Hanya saja, tidak ada ucapan ataupun senyuman hangat. Sedangkan Nagi menunggu, menunggu sang gadis untuk bangun.

***

END ━━ # . 'As It Happens ✧ Nagi SeishiroWhere stories live. Discover now