☁️ ;; ハ 𝗸ieta 消えた ¡!❞

257 43 15
                                    

hachi . kieta
verb, means gone.

───────

Langkah sepatu yang beradu dengan lantai terdengar begitu nyaring di tengah sepinya lorong. Rumah sakit yang sunyi menjadi saksi bisu dari setiap rasa khawatir yang (Y/n) rasakan. Detik berjalan lebih lambat daripada biasanya. Namun, jantungnya berdetak lebih cepat dari seorang atlet pelari.

Tungkai kakinya terasa lebih berat ketika gadis itu tiba di depan sebuah kamar. Lengannya seolah-olah tak sanggup untuk diangkat ke arah kenop pintu. Napasnya masih memburu sebab berlari beberapa saat yang lalu. Peluh yang mengalir di pelipisnya seirama dengan detik yang ikut bergerak.

Dalam hitungan kedelapannya, (Y/n) pun membuka pintu. Ia masih menunduk. Dirinya terlalu takut untuk mengetahui apa yang terjadi kepada Nagi. Ketika pihak rumah sakit menghubunginya sepulang sekolah yadi, (Y/n) tak merepotkan dirinya sendiri untuk mendengarkan setiap kata yang diucapkan. Ia sudah sibuk mengatur isi kepalanya sendiri. Mencegah pikiran-pikiran negatif bermunculan di sana.

"(Y/n)."

Sontak gadis itu mengangkat kepalanya. Kedua insan saling menatap untuk sesaat. Ruangan itu memang sunyi. Namun, isi pikiran keduanya sangatlah ramai, bising. Banyak hal yang ingin dilontarkan pada satu sama lain.

"Apa kau baik-baik saja?" Itulah pertanyaan klise yang (Y/n) tanyakan pada Nagi. Hei, lelaki itu sedang berbaring di rumah sakit dan dirinya malah bertanya 'apa kau baik-baik saja?'. Tentu saja tidak, Bodoh.

Dalam hati, (Y/n) merutuki dirinya sendiri. Ia terlalu bodoh untuk meralat pertanyaannya itu. Mungkin Nagi sedang menatapnya heran sekarang. Juga, mungkin, mengumpatnya dalam hati.

"Aku baik-baik saja, (Y/n)."

Jawaban Nagi itu berhasil menghapus pikiran negatif di dalam kepala (Y/n). Perlahan ia mengangkat kepalanya dan menatap Nagi dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kau... yakin? Apa yang terjadi padamu, Nagi?"

Nagi mengangguk samar. "Aku yakin. Perutku tertusuk beberapa jam yang lalu. Tetapi sekarang aku baik-baik saja," tuturnya.

"Kau tidak berkata seperti itu untuk menenangkanku, bukan? Jujurlah padaku," balas (Y/n).

Kali ini Nagi menggeleng. "Aku benar-benar baik-baik saja, (Y/n). Kau tidak perlu khawatir."

"Aku khawatir padamu, tentu saja."

Sekali lagi Nagi menggeleng. "Kemarilah."

Sesuai instruksi, (Y/n) bergerak mendekat. Detik selanjutnya, Nagi langsung mendekap (Y/n) erat. Ia membiarkan kehangatan gadis itu menyatu dengan suhu tubuhnya sendiri. Dari balik punggungnya, Nagi menghirup aroma tubuh (Y/n). Wangi bunga lavender langsung mencekik indra penciumannya. Merupakan wangi yang ia suka sejak awal pertemuan mereka. Namun, ia tak akan mengatakannya pada (Y/n).

Ini merupakan kali keduanya tubuh mereka berada dalam jarak sedekat ini. Juga untuk kali keduanya (Y/n) tak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia bergeming, membeku, dan tubuhnya terasa kaku. Tetapi, usapan ringan dan lembut di punggungnya bisa sedikit merilekskan semua perasaan tadi. Lantas tangannya pun bergerak untuk menyambut pelukan Nagi. Ia melingkari lengannya ke balik punggung lelaki itu. Hangat, seperti mentari di pagi hari.

"(Y/n), ada yang ingin kukatakan padamu."

Dengan demikian, pelukan itu dilepas. Rasa hangat yang tadi ada pun ikut menghilang. Keseriusan menjerat kedua insan yang tengah saling tatap tersebut.

"Apa itu?"

Kerongkongannya seperti tercekat. Bibirnya tertutup rapat. Rongga mulutnya terasa kering. Mengucapkan kata-kata itu nyatanya lebih sulit daripada memikirkannya saja. Nagi baru mengetahui hal itu sekarang. Ia pikir semuanya akan lebih mudah jika ia mengatakannya pada (Y/n) langsung.

"Aku menyukaimu, (Y/n)."

Wajahnya berubah menjadi seperti orang bodoh. Rupa keterkejutannya itu bak diberitahu bahwa kiamat akan datang di esok hari. Namun ketika (Y/n) melihat kegugupan dan rasa kikuk serta rona merah pada wajah Nagi, sesaat ia tersadar. Nagi tak berbohong. Alam semesta pada akhirnya berpihak pada (Y/n).

"K-Kau..."

"Aku serius."

"Apa yang membuatmu bisa menyukaiku?" (Y/n) malah merasa heran. Siapa yang akan menyukai manusia sepertinya di Bumi ini? Manusia buangan yang belum pernah mencicipi dunia romansa dan jatuh cinta. Terlebih, Nagi Seishiro adalah husbu kesayangannya! Alam semesta sepertinya sedang bercanda.

"Tidak ada," jawabnya.

Sejenak (Y/n) tersentak.

"Tidak ada, kau cukup menjadi dirimu saja. Itulah yang kusuka darimu."

Oh, astaga. (Y/n) tak tahu harus bereaksi apa. Ia gugup, panik, terkejut, juga kebingungan. Semua perasaan itu bercampur menjadi reaksi di tubuhnya dan menciptakan tindakan di luar angkasa.

Gadis itu melarikan diri dari sana.

Nagi memanggilnya. Satu kali, dua kali.

Namun, (Y/n) mengabaikannya.

***

Hari esok datang lebih cepat dari prediksi. (Y/n) sudah memantapkan hatinya. Kali ini ia sedang berangkat dari rumahnya ke rumah sakit di mana Nagi berada. Tak ada rasa takut ataupun gugup lagi. Pengakuan dari Nagi kemarin memang sempat membuat jantung (Y/n) pindah dari rongga dadanya ke tumit kaki. Namun, setelah tak bisa tidur semalaman, gadis itu pun sudah tahu harus berbuat apa sekarang.

Langkah kakinya hari ini terasa lebih ringan dibandingkan dengan kemarin. Secuil rasa takut memang masih ada, tetapi (Y/n) memutuskan untuk mengabaikannya. Ia susah terlanjur berada di sini. Untuk mengutarakan isi pikirannya pada Nagi. Seseorang yang menyukainya.

Kala ia telah tiba di depan ruangan Nagi, (Y/n) mengatur napasnya. Detak jantungnya mulai menggila. Seketika panik menyergapnya. Saat ini adalah momen di mana sebuah frasa sekarang atau tidak sama sekali sedang terjadi. (Y/n) mengambil pilihan yang pertama.

"Nagi!"

Pintu dibuka, tetapi ruangan itu sunyi. Tempat tidur pun kosong. Tak ada siapapun. Seprai di atas sana juga telah dirapikan. Seolah-olah tak pernah ada seorang pun sebelumnya.

"Nagi?"

(Y/n) mengelilingi ruangan itu. Namun, hasilnya nihil. Nagi tak berada di manapun. Ke mana Nagi pergi? Apakah ia baru saja pulang? Tetapi, mengapa lelaki itu tidak menghubungi (Y/n)?

Pikiran negatif mulai mengerumuninya bak semut mengelilingi setitik gula. (Y/n) mengambil ponselnya, menekan angka satu, dan menunggu respon dari Nagi. Selama beberapa saat, hanya terdengar nada dering yang tak tersambung sebelum suara operator yang menjawab.

Apa yang terjadi?

"Selamat siang, apakah ada yang bisa saya bantu?"

Suara itu membuat (Y/n) menurunkan ponselnya dari telinga dan menoleh ke arah pintu. Di sana berdiri seorang perawat dengan senyum di wajahnya.

"Ah, maaf. Apakah kau tahu di mana pasien bernama Nagi Seishiro yang berada di ruangan ini kemarin?" tanya (Y/n) sopan. Ia berjalan mendekat.

"Nagi Seishiro-san? Mohon maaf, tetapi sejak kemarin tak ada pasien bernama Nagi Seishiro di rumah sakit ini."

Alam semesta memang sedang bermain-main dengannya.

***

END ━━ # . 'As It Happens ✧ Nagi SeishiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang