Chapter 5 : Kenalan Baru

90 18 14
                                    

"Nah, silahkan masuk Leuna. Aku hanya mengantar sampai sini." Ujar Veni saat keduanya sudah berada di depan sebuah pintu.

"Ruangan apa ini, Kak?" Tanya Leuna dengan wajah penasarannya.

"Ruang jamuan, hmm bisa disebut juga ruang makan. Nah, nanti setelah makan malam kalian yang sudah resmi diterima akan memilih asrama kalian di ruang ini juga." Jawab Veni dengan senyum senangnya.

"Oooh. Kak Veni di asrama apa?" Leuna kembali bertanya dan Veni dengan senang hati menunjukkan punggungnya. "Havik." Leuna dapat melihat jelas gambar elang di jubah bagian punggung Veni.

"Nah, sekarang masuk lah." Veni sedikit mendorong tubuh Leuna menuju pintu besar tersebut.

"Kalau belgitu, sampai jumpa Kak Veni!" Ucap Leuna dengan senyum cerahnya dan mulai membuka pintu besar itu.

Tepat setelah Leuna masuk ruangan, pintu tersebut langsung tertutup kembali. Manik ungunya beredar menatap keadaan ruangan tersebut. Dan Leuna sadari dirinya kini menjadi pusat perhatian.

Sekilas Leuna dapat melihat sebuah hologram menampilkan pertandingan yang sedang dilaksanakan saat ini. 'Ah, jadi kita tetap bisa menonton dari sini ya?' Batin Leuna gugup.

"Aku tak pernah mengira gadis kecil seperti mu bisa mengalahkan Geozar." Ucapan tersebut keluar dari seorang pemuda dengan surai merah menyalanya.

"Emmm, terimakasih?" Dengan ragu Leuna berucap demikian. Leuna tentu tau siapa pemuda tersebut, salah satu orang yang juga dirumorkan sebagai salah satu guardian sang Pahlawan.

Ervin Lerwick

Sang pengendali api terkenal selain Pangeran Alexander. Jika Pangeran Alexander memiliki sihir api dan angin, maka Ervin ini hanya memiliki satu sihir yakni api. Akan tetapi ia bisa mengendalikannya dengan sangat baik juga menggabungkannya dengan tehnik sihir tanpa cacat sama sekali.

Meski sifatnya memang sedikit kasar dan menyebalkan, Ervin selalu didapati senang membantu orang-orang terutama para masyarakat kalangan bawah apalagi jika itu anak kecil. Yah, bisa dibilang Ervin ini keras di luar tetapi lembut di dalam.

"Suatu saat nanti, aku ingin kita bertarung. Bagaimana menurutmu?" Tawaran dengan nada ancaman itu sama sekali tak terdengar menakutkan di telinga Leuna. Karena itu, "Tentu. Aku menunggunya." Leuna menyanggupi dengan senyum manisnya.

"Heh, berani juga." Gumaman pelan dengan nada meremehkan dari pemuda bernama Ervin tersebut nyatanya masih dapat didengar Leuna. Namun, gadis manis itu hanya menanggapinya dengan senyuman ramah.

'Gak tau aja kalau tadi aku cuma bermain kecil dengan si Geozar itu.' Begitulah batin Leuna yang berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya, tersenyum manis.

"Hmmm, duduk dimana ya?" Leuna menelisik ruangan tersebut untuk menemukan tempat duduknya. "Eum? Oooh, ini sudah sesuai urutan pertandingan ya?" Dengan itu, Leuna melangkah pasti dan menemukan tempat duduknya dengan nomer 227.

"Hmmm? Bosannya." Gumam Leuna. Matanya melirik sekilas ke arah sebelah kirinya dimana seorang gadis seusianya sedang duduk dengan kepalanya yang ditelungkupkan di atas meja dalam lipatan tangannya.

Surai pendek berwarna biru kelasi dengan kulit putih bersih. Lebih tinggi sedikit dari Leuna, pakaian casual biasa saja. Nampak bukan dari kalangan bangsawan. Tentu Leuna tau siapa gadis tersebut.

Gadis yang memenangkan pertarungan tepat sebelum Leuna bertarung. Gadis yang dikenal orang-orang sebagai 'anak haram' seorang Duke terkenal. Karena itu pula sang gadis diperlakukan selayaknya masyarakat biasa, bahkan mungkin lebih parah lagi.

Leuna {On Going}Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt