07

457 82 5
                                    

Hari ini Jaehan free. Dia libur, dan bersantai di rumah. Kalaupun ingin keluar, mungkin nanti malam ia akan meminta Yechan untuk mengantar.

Ngomong-ngomong soal Yechan, belum ada kabar sama sekali dari Kevin. Apakah pria itu berhasil atau tidak membujuk adiknya.

Memikirkannya, Jaehan tersenyum, ia jelas penasaran bagaimana hasilnya. Tentu harapannya adalah Yechan berkata 'iya'.

Jaehan lama melamun. Namun, tak lama, dan tanpa diminta, seseorang yang baru saja ia pikirkan datang sendiri menghampirinya.

Senyum Jaehan mengembang tipis. Melihat Yechan yang berjalan dari dalam rumah menuju tempatnya duduk. Mengalihkan tatapannya ke arah meja, Jaehan menyayangkan hanya ada secangkir kopi di sana.

Saat itu ia memang tengah menikmati waktu di taman belakang. Ada kolam ikan dan beberapa tanaman favoritnya di sana.

Siapa yang tahu Yechan akan datang tanpa ia minta. Mungkin kah membawa kabar baik untuknya?

Jaehan penasaran apa jawabannya.

Langkah panjang pria itu mantap, ada jejak ketidak-puasan di wajahnya yang tampan.

Jaehan mengangkat kedua sudut bibirnya,  "Eh? Yechan-ah, ada apa ke sini? Kau tidak membaca pesanku? Aku libur hari ini."

Yechan tak menjawab, hanya duduk tepat di depan Jaehan lalu menyalakan satu batang rokok. Karena pria ini, sejak kedatangan pria ini, rasanya Jaehan mulai terbiasa dengan bau tembakau yang ia hirup setiap hari.

Wajah Yechan bisa dibilang imut, aura ketampanannya terlihat sangat murni. Jika belum mengenal, ia yakin semua akan menganggap pria ini polos sekali. Akan tetapi, siapa sangka jika sifatnya jauh dari ekspektasi.

"Katakan, kenapa kau ingin aku tinggal di sini?"

Tak ada basa-basi, sejak mengenal belum pernah Jaehan dengar Yechan memanggilnya 'hyung'.

Tak apa. Ia tak keberatan juga.

Jaehan menggeser kursi yang ia duduki sedikit ke depan, menumpu satu tangan di atas meja hanya untuk menyangga kepalanya. Tak peduli dengan asap yang keluar dari mulut Yechan, ia menjawab apa adanya.

"Bukankah sudah kubilang, ada rumah kecil kosong di sini." Jaehan menunjuk ke arah satu rumah. "Kau masih menumpang di apartemen hyungmu, dan kau bekerja denganku. Anggap saja aku memberi fasilitas gratis untukmu, Yechan-ah."

"Kau yakin tidak ada maksud lainnya."

Jaehan seolah berpikir, wajah polosnya seperti nuklir. Mematikan, melemahkan.

"Maksud lain bagaimana? Jangan terlalu berburuk sangka padaku, Yechan-ah. Adik Kevin sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Tak perlu sungkan."

Yechan menanggapinya dengan kekehan -bagi Kevin itu menyebalkan, tapi bagi Jaehan itu menyenangkan. Hal yang belum pernah Jaehan lihat sebelumnya. Pria itu mendekat, aromanya benar-benar khas. Sesuatu yang akan sulit dilupakan, cukup memabukkan. Jaehan sesaat terpejam.

"Katakan ... apa kau tertarik padaku?"

2nd ✅Where stories live. Discover now