Epilog

635 73 14
                                    

Yechan mengendarai mobilnya dengan hati-hati. Ia sudah selesai kuliah sejak satu jam yang lalu, namun Kevin memintanya untuk datang ke rumahnya lebih dulu.

Rupanya, ia hanya diminta mengambil beberapa lauk pauk untuk dibawa.

"Untuk apa repot-repot membawakan makanan? Jaehan hanya tinggal menelpon dan semua yang ia inginkan akan datang tanpa menunggu lama."

Tapi, saat berkata begitu, yang ia dapat justru jeweran dari Kevin.

Padahal kemarin-kemarin Kevin sudah berubah manis, tapi sekarang kembali lagi ke pengaturan awal. Cerewet dan menyebalkan.

Manusia memang sulit berubah, tapi kini Yechan juga tidak mau mengubah apa-apa. Biarkan semua berjalan apa adanya. Asal mereka selalu bersama, dijewer berapa kalipun Yechan akan menerima.

Hampir kehilangan Jaehan membuatnya menyadari bahwa bukan haknya untuk meminta orang lain menjadi apa yang ia inginkan.

Yechan membelokkan kemudi, ia menuju rumah sakit dimana Jaehan diterapi. Karena tak bisa menemani, Yechan memaksa untuk menjemputnya kali ini.

Terapi yang dilakukan Jaehan juga bukan bersama Jehyun, melainkan dengan dokter fisioterapi. Akibat komanya yang terlalu lama, Jaehan jadi kesulitan berjalan, sulit juga menggerakkan tangan maupun beberapa bagian tubuhnya.

Beruntung dokter bilang tak ada yang perlu dikhawatirkan. Semua akan membaik jika Jaehan rutin latihan.

Jangan lupa juga untuk melakukan psikoterapi.

Saat sudah mulai bisa diajak bicara, Jaehan mengaku jika ia memang mulai tak mengkonsumsi obatnya. Efek samping menghentikan obat anti depresannya tanpa anjuran dari dokter pribadinya sangat berbahaya. Membuat akal sehatnya tak terkontrol dan justru menimbulkan berbagai macam resiko bagi dirinya.

Salahnya karena tak mengawasi Jaehan. Salahnya karena terlalu menganggap sepele apa yang Jaehan alami selama ini.

Kini Yechan berharap Jaehan segera pulih seperti dulu lagi.

"Kau sudah selesai?"

Jaehan mengangguk dan Yechan dengan senang hati mendorong kursi roda yang Jaehan duduki.

"Menunggu lama?"

"Tidak. Tapi, Yechan-ah ... bolehkah aku berjalan saja? Aku sudah tidak apa-apa, sungguh."

"Sungguh?"

"Mm, bukankah kau tadi dengar sendiri? Aku sudah bisa berjalan, ini juga bagian dari latihan."

Yechan tampak ragu, tapi seperti yang ia katakan tadi, sejak hampir kehilangan, Yechan menjadi ketakutan. Ia tak bisa menolak setiap permintaan yang Jaehan lontarkan.

Seolah bisa menangkap keraguannya, Jaehan meraih tangannya, "Tolong pegang tanganku, Yechan-ah. Agar aku tidak terjatuh." Jaehan tertawa, "Itu bisa sangat memalukan."

"Mm. Hati-hati."

Dengan hati-hati, Jaehan pun bisa berdiri. Berjalan meski perlahan. Yang pasti ada Yechan yang selalu siap di sisinya.

"Mau langsung pulang?"

Jaehan menggeleng, "Boleh tidak jika aku minta jalan-jalan?"


**


"Hmmm, enak sekali. Kevin yang memasak ini?"

Yechan memberi kimbap yang sudah dipotong-potong, menaruhnya di pangkuan Jaehan.

Mereka duduk di taman, menikmati pemandangan.

Melihat Jaehan yang makan dengan lahap, Yechan pun tersenyum senang. "Ya. Kevin memintaku mampir dan membawakan ini untukmu."

2nd ✅Where stories live. Discover now