180 Degree; Final Chapter

3.7K 308 37
                                    

Terhitung sudah 5 minggu Renjun hidup di temani dengan kesendiriannya lagi, selama 5 minggu itu juga Renjun sangat tersiksa dengan semua keadaan yang menimpanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terhitung sudah 5 minggu Renjun hidup di temani dengan kesendiriannya lagi, selama 5 minggu itu juga Renjun sangat tersiksa dengan semua keadaan yang menimpanya. Walaupun semua kebutuhan terpenuhi tapi tetap saja Renjun merasa hampa dan kesepian, dia selalu menangis merindukan sosok Jeno di hidupnya, meratapi nasib buruk yang selalu mengikuti kehidupannya yang entah sampai kapan itu akan berakhir.

Jeno benar benar berubah, si tampan tak semanis dulu. Sangat berubah, dan itu membuat Renjun sangat amat tersiksa. Kini yang Renjun lakukan hanya menangis, bahkan air matanya sudah mulai mengering karena terlalu banyak menangis. Kondisi mentalnya pun juga tidak stabil, bahkan dokter Na Jaemin rela bolak balik dari kota ke desa hanya untuk menjenguk Renjun yang akhir akhir ini selalu melewati jadwal rutin konsultasi.

Kondisinya benar benar memprihatinkan.

Jiwa Renjun seolah menghilang sudah lama.

Renjun masih betah berada di kamarnya, dia berbaring sambil memeluk pakaian Jeno yang hanya tersisa 1. Pakaian Jeno entah bagaimana bisa menghilang satu persatu, Renjun tidak mau tau dengan hal itu yang terpenting dia masih mempunyai 1 pakaian Jeno untuk menemaninya tidur di malam gelap yang sunyi ini.

Rumahnya benar benar terasa sangat kosong dan hampa.

"Renjun"

Suara yang selalu Renjun rindukan menayapa pendengarannya, Renjun segera bangkit menatap sosok yang tengah berdiri di ambang pintu dengan kondisi saat ini yang masih terbilang cukup baik.

Jeno, si tampan yang selalu Renjun rindukan akhir akhir ini akhirnya pulang ke rumah mereka.

"Mas Jeno?"

"Kamu bisa tolong saya untuk mempersiapkan keperluan mandi saya?" Kata Jeno.

Renjun berkedip beberapa kali, dia tidak percaya bahwa Jeno benar benar kembali ke rumah mereka. "Mas Jeno? Ini beneran mas kan?"

Jeno menghampiri Renjun, dia duduk di pinggir kasur besar mereka sambil mengusap jemari lentik yang di penuhi akan perban dan luka baru. "Iya ini saya"

"Kamu punya luka baru lagi. Saya dapat kabar dari dokter Na kalau kamu kemarin hilang kontrol, jadi saya memutuskan untuk pulang malam ini" Kata Jeno.

"Maaf. Lagi lagi aku ngeroptin mas, pasti mas banyak kerjaan ya jadi belum nyempatin buat pulang. Maaf ya, mas pasti capek banget ya" Kata Renjun, dia merasa bersalah ketika mendengar bahwa Jeno mengetahui penyakitnya kambuh lagi pada hari kemarin.

Jeno mengusap lembut tangan lentik itu. "Maaf gak sempat ngabarin kamu. Saya sangat sibuk akhir akhir ini"

"Enggak, harusnya aku yang minta maaf. Maaf ya, selalu nuntut meminta dikabari oleh mas. Aku gak ngerti banget ya kalau suami aku itu sangat sibuk. Sekali lagi aku minta maaf ya, jangan tinggali aku" Kata Renjun, dia menahan tangisnya di depan Jeno.

Renjun tidak ingin menangis di hadapan Jeno, dia tidak ingin membuat Jeno makin terbebani dengan melihatnya menangis. Jeno mengetahui kabar bahwa Renjun hilang kontrol pada hari kemarin saja sudah membuat Renjun makin bersalah.

180 DegreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang