EPILOGUE

3.2K 253 21
                                    

Terhitung sudah 2 bulan paska perceraian antara Jeno dan Renjun.

Kini Jeno agak sedikit bernafas lega, dia hanya sedikit lega. Ya hanya sedikit karena pikirannya masih terfokus pada satu orang yaitu Renjun yang tidak pernah terlihat keberadaannya.

Jeno sering sekali diam diam mengunjungi rumah yang ditempati oleh Renjun namun dia sama sekali tidak melihat sosok Renjun di rumah tersebut.

Sesekali pun Jeno bertanya dengan dokter Na Jaemin selaku dokter pribadi Renjun namun dokter tersebut juga tidak menerima kabar Renjun karena ponselnya pun tidak aktif selama ini.

Perasaan khawatir Jeno mencul ketika tidak mendapat kabar Renjun selama 1 bulan ini, apalagi Jeno sudah tidak dapat memantau lewat cctv karena akses cctv rumah tersebut terputus karena kemauan Renjun namun sepertinya itu salah ketika dia menuruti kemauan Renjun.

Dering ponsel Jeno membuyarkan lamunan si pemilik ponsel, itu dari sekretarisnya dia segara mengangkat panggilan tersebut.

"Yah, katakan"

"Nama Huang Renjun terdaftar sebagai penumpang pesawat Dream air dengan nomor pesawat 040323 dengan tujuan Jillin, China"

"Kapan?"

"Malam ini, sekitar pukul 7, 20 menit dari sekarang. Tapi sepertinya melihat cuaca hari ini peswat tersebut terkena delay"

"Oke, thank you" Kata Jeno, dia memutuskan panggilan tersebut dengan perasaan yang tak pernah dia bayangkan selama ini.

Ternyata Jeno sendiri pun tidak bisa kehilangan Renjun di hidupnya, walaupun dia sudah memiliki pengganti Renjun tapi itu semua tidak bisa mengganti sosok Renjun yang masih melekat di hatinya.

Pada nyatanya semua yang Jeno ucapkan waktu lalu itu hanya kebohongan belaka, dia juga tidak bisa hidup tanpa Renjun karena Renjun adalah pusat hidupnya selama ini.

Sejujurnya semua yang dikatakan oleh Jeno 1 bulan lalu itu bohong, perasaan Jeno terhadap Renjun itu tidak akan pernah berubah, perasaannya masih tetap sama seperti 7 tahun lalu saat dia bertemu dengan Renjun di jembatan.

Semuanya itu adalah kebohongan, semua ini ulah dan rencana sang ibu, Jeno di ancam oleh sang ibu dengan kelemahannya yaitu Huang Renjun. Sang ibu memang sudah lama tau tentang kelemahan Jeno, jika sudah begitu Jeno hanya bisa pasrah dengan semua keadaan walaupun dia sudah bertahan dan berjuang selama 7 tahun ini, dia benar benar tidak bisa melawan sang ibu yang memegang kekuasaan penuh atas dirinya.

Jeno tidak bisa membawa Renjun ke dalam masalah ini karena ini memang berbahaya, sangat berbahaya. Mungkin jika Renjun masuk ke dalam rencana ini, mungkin Renjun akan dengan rela menukar jiwanya hanya untuk menyelamatkan Jeno dari semua ini.

Jeno tau betapa nekatnya Renjun kalau sudah tentang dirinya, dan dia pun tidak bisa memanfaatkan Renjun di situasi ini karena memang berbahaya, kejadian buruk apa pun bisa saja terjadi kepada Renjun jika Jeno nekat memilih untuk hidup bersama dengan Renjun.

Walau bagaimana pun Jeno sudah mampu menahan Renjun selama itu dan dia merasa senang dan bersyukur bisa bersama Renjun selama itu.

Pernikahannya dengan Katarina memang untuk bertanggung jawab atas anak yang di kandung oleh Katarina walaupun sebenarnya itu bukan pure kesalahan Jeno. Karena pada saat Jeno melakukan hal itu kepada Katarina, dia sepenuhnya tidak sadar karena terpengaruh oleh alkohol dengan kadar yang tinggi dan juga obat perangsang yang memang sengaja di masukan ke dalam minuman tersebut.

Itu semua memang ulah keluarganya. Jeno juga masih tidak mengerti kenapa semua keluarganya membenci Renjun. Tau, Jeno tau bahwa hubungan pernikahan antara dirinya dan Renjun memang tidak menghasilkan apa pun, namun mau bagaimana lagi Jeno memang tidak bisa hidup bersama orang lain selain Renjun yang dipilihnya untuk menemani hari harinya.

180 DegreeWhere stories live. Discover now