part 28

6.5K 284 5
                                    

Pov dimas

Aku mendengarkan ocehan yang tidak berujung dari mamaku. Tadi saat aku sampai ke rumah orang tuaku, aku menemukan mama sedang duduk manis di ruang tamu. Belum sempat aku menanyakan beliau kapan sampai sini, aku sudah ditarik menuju pusat perbelanjaan untuk menemaninya belanja yang akan dibawanya pulang ke surabaya. Padahal aku sangat mengantuk dan badanku bau alkohol.

"ma, sebenernya mau kemana sih? Dari tadi kita cuma muter muter, tapi ga ada yang mau dibeli, mending pulang aja, ma. Aku ngantuk banget." kataku. Mama hanya melihatku sebentar dan berjalan lagi kedepan. Hhhh, kalo bukan mama sendiri udah ditinggal deh. "maaa? Dimas ngantuk banget."

"dimas, kamu bawel banget sih. Yaudah kita duduk dulu di Cafe itu." kata mama. Aku kan mau tidur, bukan mau duduk di Cafe. Dengan langkah pelan, aku mengikuti mama memasuki Cafe yang merupakan Cafe milik temanku. Mama memilih duduk di kursi dekat dapur. Aku mengedarkan pandangan ke seluruh Cafe saat aku duduk, Well, tidak ada yang berubah sejak terakhir kali aku kesini saat SMA.

Mataku terkunci di seseorang di samping jendela besar itu. Dia sedang tertawa lepas. Hatiku menghangat. Sudah lama sekali aku tidak melihat clairina tertawa seperti itu. Aku yang sudah lama tidak bertemu atau dianya yang bertambah cantik? Aku tersenyum kecil, dianya aja yang tambah cantik. Aku melihat siapa yang berada di depannya. Andrew. Pantas saja dia tertawa selepas itu. Dia tidak pernah tertawa seperti itu kalau aku di depannya. Ada rasa cemburu yang hinggap di hatiku.

"dimas, kamu mau pesan apa?" tanya mama, aku melihat pelayan yang sedang memegang pesanan mama dan menunggu aku memesan dengan bosan. Aku menghela napas, mengenyahkan rasa cemburu ini supaya aku tidak menghampiri meja mereka dan menghajar Andrew habis-habisan. Aku pun menyebutkan pesananku dan sang pelayan itupun berlalu. Mama kembali bercerita yang kebanyakan tidak aku dengar, dan melihat ke arah clairina dan Andrew yang masih berada di sana. Andrew mengucapkan sesuatu yang tidak bisa aku dengar dari jarak yang cukup jauh dari mereka. Tapi aku masih bisa melihat Irina tersenyum. Senyumnya membuat aku ikutan tersenyum. Senyumku memudar saat aku ingat mimpiku minggu lalu. Sumpah aku tidak menyangka akan bermimpi seperti itu, mimpi dimana aku memaksa Irina untuk bercinta denganku. Aku menggeleng. Aku tidak mau memikirkannya lagi. Sudah sepanjang minggu ini aku memikirkannya dan masih berasa bersalah. Tapi, mimpi itu terlalu nyata, sentuhannya, bahagianya. Shit, aku memikirkannya lagi.

"dimas, dari tadi kamu melamun terus, ngeliatin apa sih?" kata mama. Mama pun melihat apa yang aku sedang lihat. "Irina? Kamu kenal?" tanya mama, aku diam saja. Aku melihat mama menunggu jawabanku.

"guru aku waktu SMA, ma." jawabku. Mama cuma ber-ohh ria mengetahui itu. Saat pelayan datang, aku langsung memakan pesananku, mama masih saja bercerita macam-macam. Aku hanya mengangguk, ohh, tanggapanku yang paling panjang cuma "gitu ya, ma?" aku sama sekali tidak niat mendengarkannya.

"...waktu itu mama ketemu dia, waktu wisuda kamu." kata mama.

"dia siapa?" tanyaku penasaran.

"clairina. Dari tadi kan kita lagi ngomongin dia?"

"masa sih, ma?" mama mengangguk dengan semangat. Aku kali ini memcoba memfokuskan pendengaranku. "mama bilang apa aja?"

"mama bilang aja kalau kamu itu anak mama." kata mamaku santai. Aku langsung menegang. Irina sudah tau? Pantas saja dia bersikap aneh waktu itu. Aku melihat ke tempat duduk Irina dan Andrew, sudah tidak ada. Kemungkinan mereka baru saja beranjak. Tanganku berubah dingin, dan mengeluarkan keringat.

"terus dia bilang apa, ma?"

"ya dia nanya, bukannya farel anak tunggal, ya gitu." aku berdiri dan berjalan meninggalkan mama. Aku masih dapat mendengar mama meneriakkan namaku. Sangat tidak sopan meninggalkan mama sendiri disini. Jadi aku kembali kedalam cafe, mendapati mama kembali makan spagetinya.

My Crazy StudentWhere stories live. Discover now