part 5

11.8K 525 5
                                    

pov dimas

aku merebahkan diri ke kasur. hari ini melelahkan sekali. siapa sangka kalo cuma mengantar ibu irina bisa selelah ini. puhhh.

guru gila itu ada ada saja. dia orangnya terlalu ekspresif. dia tidak pernah menutupi perasaannya, sangat predictable, hahaha. kenapa aku jadi memikirkannya, ih, ini aneh.

apa mungkin aku menyukai ibu irina? wajar ga sih kalau iya? secara dia seumuran dengan mbak vina, pacarnya kakakku, berarti dia sudah 24 tahun, sedangkan aku masih 17 tahun. kalau misalnya juga aku jalan dengannya bukan seperti pasangan. malah kayak kakak dengan adiknya. atauuuu tante girang yang baru dapet arisan berondong. aku jadi pusing sendiri. aku mengacak acak rambutku. aku memikirkannya lagi, grrrr!

sebenarnya ibu irina cukup cute untuk ukuranku. dia bahkan tidak seperti guru, dia seperti anak SMA sepertiku. wajahnya indonesia banget, mata sedikit belo', hidung mancung, bibir tipis, tulang pipi tinggi, kulit kuning langsat, dan rambut bergelombang indah. well dia bukan cukup cute lagi sih, ibu irina cantik. ke sekolah juga hanya memakai make up tipis. poin lagi buat dia, bu irina ini sangat natural. ibu irina juga sangat ramah kepada orang lain, tidak macam-macam, fokus saat mengajar, dan terlihat sangat mencintai profesinya sebagai guru. hhhh betapa bahagianya punya pacar seperti bu irina, betapa bahagianya aku menjadi pacarnya bu irina. eeeeh? aku rasa aku mulai gila.

aku bangkit dari tempat tidur. mungkin hari ini cuaca terlalu panas, jadi otakku mulai ngelantur. setelah lebih fresh, aku menghidupkan televisi, film di sini tidak ada yang menyenangkan. aku mematikannya dan berjalan keluar kamar.

"dimas, kamu kenapa baru makan jam sekarang?" meet my fake mom, hmm, sori, fake sepertinya terlalu kasar. ulang deh, meet my step mom. nah benar, tapi step mom sepertinya juga tidak terlalu cocok untuknya. dia di depan dad dan orang lain selalu bersikap 'sok'. sok manis, sok lembut, sok sayang sama aku dan kakakku. yah namanya juga ibu tiri. hmmm, gimana kalau my fake step mom? naaaaah, ini baru benar. where is the real one? aku juga tidak tau, dad menikah dengan si fake step mom ketika aku masih kelas 5 SD. aku bertanya kepada dad kemana mom, dad selalu menjawab bahwa mom meninggalkan kami semua, jadilah dad menikahi si fake yang aku panggil tante laras. kalau ada yang bertanya pada ku kemana ibuku, aku tidak mau bilang tante laras adalah ibuku. mungkin ibu asliku di gondol kucing liar.

"emangnya kenapa?"

"mom ga pengen kamu telat makan sayang. sekarang kan udah jam 3 berarti kamu ga makan siang kan?" cih! aku melihat ke sekeliling dapur, disana ada dua pembantu rumah tangga sedang mencuci piring. ya pantes si fake ini sok manis, ada orang lain toh, hhhh, kapan dad sadar kalo dia menikahi wanita bermuka dua?

"tante ga usah urusin urusan aku. urusin aja urusan tante sendiri, urusan dad, urusan seluruh dunia juga boleh asalkan jangan urusanku." aku membawa makananku ke meja makan. aku lihat dari ekor mataku tante laras mengikutiku juga. pasti si fake ini mau menceramahiku supaya tidak memanggil tante lagi.

"kan sudah pernah saya bilang jangan panggil saya tante, dimas, panggil mom. saya kan ibu kamu juga." tuh kan?

"well tante kan bukan ibu kandung aku, ngapain aku manggil tante mom? biar serasi gitu sama dad?" aku mengunyah makananku, aku tidak perduli si fake sedang menatap tajam aku.

"dimas." desis si fake. oh dia bener-bener marah sepertinya.

"iya, mom?" jawabku dengan menekan kata mom itu.

"tolong bersikaplah sopan kepada saya. saya juga ibumu. saya sudah sewajarnya kamu hormati sebagai ibu sendiri."

"hahaha, tante gila hormat ternyata. oke tante, kalo memang tante mau aku hormati coba tante jadi bendera dulu. hmmm, enggak juga sih. yaudah tante aku hormati, tapi lain waktu aja yah, aku capek hari ini." tanpa memperdulikan makananku yang belum sampai setengah habisnya aku langsung pergi. tidak perduli juga dengan si fake yang sudah mulai terisak. cih, drama queen banget deh.

My Crazy StudentWhere stories live. Discover now