Chapter - 11

497 63 8
                                    

Siang itu kakak perempuan bio datang mengunjunginya di rumah sakit. Perut besarnya tidak membuat dia kehilangan kecantikannya. Menurut Tobio justru Miwa nampak sangat cantik dan keibuan. Dia datang bersama suaminya yang juga tampan menurutnya, pasangan sempurna.

Keinginan Tobio sekarang adalah memperbaiki hubungan si pemilik tubuh dengan kakaknya. Memperbaiki hubungan mereka yang sangat diinginkan Bio tapi tidak bisa dilakukan oleh bocah pendiam itu. Tak masalah jika Miwa sedikit keras asalkan dia kembali peduli dengan Bio. Ditambah hanya ada mereka di ruangan itu, dia bisa menceritakan keluh kesah yang selama ini Bio pendam.

Namun, belum sempat Tobio mengatakan sesuatu, suara tamparan menggema di ruangan itu. Rasa panas dan sakit menjalar di pipi Tobio. Pipinya yang putih pucat seketika menjadi kemerahan di salah satu sisinya. Tobio menatap tak percaya pada Miwa yang terlihat begitu marah. Tobio bingung, bukankah seharusnya Miwa menghawatirkannya? Bukankah adik satu-satunya tengah berjuang dengan rasa sakit? Lalu kenapa perempuan itu menamparnya?

"Apa yang sudah kau lakukan, Tobio? Sudah kubilang jangan membuat masalah! Tapi kau selalu membuatku malu! Bertengkar di sekolah, hah? Sungguh memalukan!" Suara penuh amarah menggelegar di kamar inap itu.

Tanpa tau yang sebenarnya, kenapa Miwa menuduhnya berkelahi? Kenapa dia tidak bertanya padanya apa yang terjadi? Kenapa dia begitu tega menyakiti adiknya tanpa mendengar penjelasan? Tiba-tiba rasa marah menjalar di hatinya.

Miwa menunjuk ke arah Tobio. "Aku membesarkan mu bukan untuk menjadi seorang bajingan."

Riku, suami Miwa berusaha menenangkan istrinya. "Sayang, tenanglah. Ingat, kau sedang hamil sekarang."

Miwa berusaha menetralkan nafasnya yang memburu. Memandang tajam ke arah adiknya.

"Tobio, aku hanya ingin kau menjadi anak yang baik dan sekolah dengan benar. Kau tidak bisa menjadi berandalan seperti ini. Apa yang akan kau lakukan di masa depan jika kelakuan mu saja seperti ini?" ucap Miwa.

"Apa yang kau tau? Kenapa kau tak pernah bertanya padaku apa yang terjadi? Apa kau tau bagaimana sakitnya aku? Kau tak tau!" Tobio yang muak dengan tuduhan Miwa meledak akan amarah.

Miwa semakin marah mendengar adiknya berteriak kepadanya. "Aku kakakmu! Beraninya kau berteriak kepadaku!"

Tobio hanya mendengus dan mengalihkan padangannya.

"Kakakku? Lalu, kenapa kau tak pernah tau penderitaan yang aku alami?" Tobio berkata dengan dingin.

"Penderitaan? Memangnya apa masalahmu? Masalah besar seperti apa yang ditanggung anak kecil sepertimu? Kau bahkan belum dewasa." ucap Miwa dengan sarkas.

Miwa fikir seberapa besar masalah yang bisa dialami anak kecil? Dia hanya meminta Tobio untuk bersekolah bukan mencari nafkah atau apapun.

Melihat Tobio yang tak menjawab pertanyaan yang dia lontarkan, amarah Miwa semakin memuncak. Dia fikir adiknya sudah berani membangkang. Benar-benar anak nakal.

Melihat istrinya yang hampir meledak lagi, Riku menarik lembut tangan istrinya dan berkata dengan lembut, "Sayang, sebaiknya kau keluar saja dan biar aku yang berbicara dengan adikmu. Ingat, sekarang kau tengah mengandung. Jangan sampai hal ini mempengaruhi bayi kita."

Mendengar itu Miwa menghela nafas pelan dan menatap ke arah adiknya yang masih memalingkan muka. "Hem, kau urus anak itu." Setelah mengatakan itu, Miwa melenggang pergi keluar ruangan.

Riku yang melihat istrinya keluar menoleh kembali ke arah Tobio. Dia menatap bocah kurus itu sesaat dan berucap, "apa kau tau apa yang telah kau lakukan, Tobio?" Tobio tak menjawab dan hanya diam. Dia tau bagaimanapun dia menjelaskan tidak akan ada yang mendengarkan dirinya.

Hidden Secret [Kageyama Harem]Where stories live. Discover now