9. Bagaikan Neraka

117 21 0
                                    

Sena memasuki kereta kencana nya utusan dari ratu sebelum nya, dia juga menatap lamat-lamat Akademik Andora itu, berharap dirinya dapat kembali, namun ia tahu itu sangat mustahil untuk di lakukan.
Cahaya bulan dan bintang menemaninya dalam perjalanan itu, sesaat dia melamun menatap kosong ke langit yang berserakan bintang di sana.

Ketika melewati jalan bebatuan yang di samping nya adalah jurang, kereta kencana itu bergetar, seseorang telah mengganggu perjalanan nya.
“Penyelundupan.” Kepala pengawal yang memimpin perjalanan itu berteriak dari luar, Sena mengintip ingin memastikan apa yang terjadi di luar, namun dia merasakan kereta itu berbalik, dan membuat dirinya terlempar ke luar.

Sena membuka matanya, dia berdesis kecil merasakan kesakitan dalam tubuhnya, lalu menatap sekeliling nya darah dimana-mana bahkan kepala dari pemimpin perjalanan itu kini sudah terpisah dari tubuh.
Dia sangat heran, yang melakukan ini sangat kejam, lalu mata peraknya menatap sosok pria berbadan kekar di sana, memperlihatkan sosok manusia dengan kelakuan seperti binatang.

“Kau.” Teriak Sena, pria itu memeluk pinggangnya.
“sudah ku bilang aku akan membuat kesengsaraan padamu.” Dia tertawa kecil, mata jahatnya tercipta di sana.
Pelupuk mata Sena basah, bola peraknya bergetar ketakutan.
“kau akan membunuhku?...kalau begitu bunuhlah aku sekarang, jangan menyiksaku.” Teriak Sena kembali, namun pria itu menanggapinya seperti semut yang berbicara kepadanya.

    Pria itu mengeratkan Sena dalam dekapannya, hingga membuat wanita itu sulit bernafas, dia memukul dada bidang datar yang keras milik pria itu.
“Lepaskan aku.” Sena bercengkerama dengan nya, namun respon pria itu tetap sama, dia membawa Sena pergi entah kemana.
“Apa-apaan ini?...aku harus pulang ke Phandhora.” Katanya.
“sekarang turunkan aku.” Sena merengek, ia ingin meninju rahang tegas milik pria itu, namun jarak tinggi mereka dan ukuran mereka membuat Sena mustahil untuk melakukan nya.

“Pria aneh.” Sena menggeliat di gendongannya, namun pria itu tetap saja kekeh menggendongnya.
“Diam, sebentar lagi kita akan sampai.” Pria itu berbisik padanya, dia melompat dari satu pohon ke pohon lainnya, pergerakan nya sangat cepat, hingga Sena tidak bisa menghitung seberapa banyak dia melompat.

“Kemana kau akan membawaku?” Tanya Sena dengan nada marah.
“Ke tempat yang kau sebut cinta.” Pria itu menunjukkan Istana Phandhora di sana, yang di sinari oleh Lampu mewah dan terang benderang, terlihat seperti istana surga dinding nya yang yang bewarna putih dengan corak Phandhora membuat kerajaan itu benar-benar tampak mewah.
Mata Sena melebar menatap pria itu , dia tidak menyangka pria ini benar-benar membawa nya ke Phandhora.

“Ini kah yang kau sebut cinta?” pria itu menatap Sena di sampingnya, wajah murung Sena seolah-olah memberikan penjelasan di sana.

“Ini benar-benar terlihat seperti neraka, walaupun punya corak seperti surga.” Pria itu memegang rahang tegas nya seolah-olah dia berjanggut padahal tidak.
Sena menunduk kan kepalanya, bagaimana mungkin dia bisa menyangkal sedangkan semua yang di katakan pria ini adalah faktanya, dia tidak bisa menyangkal kebenaran itu.
“tugasku sudah selesai, aku kembali.” Pria itu berbalik meninggalkan Sena di sana.
“Tung-gu.” Ucap Sena dengan nada samar-samar.
“Aku tidak menyangka kau akan menghentikan ku untuk pergi, apakah dirimu merasa takut di sana, istana yang mirip dengan surga.” Mata Emerald nya memandang tajam mata perak yang memudar itu.

(*****)

    Sena membuka pintu istana putri di sana, dia tidak menemukan siapapun, kecuali Countes Sera yang menunggunya di kursi dengan mata terkantuk-kantuk.
“Putri.” Panggil Countes Sera, ketika dia mendengar pintu yang terbuka.
“Anda kenapa, apakah anda baik-baik saja?...” tanya dengan rasa khawatir, dia memegang pundak kurus milik Sena.

“Saya baik-baik saja, saya hanya lelah.” Ucap Sena menenangkan perasaan khawatir itu.

“Baiklah tuan putri, saya sudah menyiapkan air hangat untuk anda mandi.” Countes Sera tersenyum dia berjalan mengikuti Sena yang hanya diam dengan langkah yang lunglai.
Ketika beberapa langkah saja, Sena merasakan kakinya tidak kuat menopang tubuhnya.
“Aaaaah.” Kaki nya melipat di bagian bawah tubuhnya

_______________________________________

Pantau terus

Kaisar Di Langit Perak ( The Kingdom Of Tartaria And Princess Of Asia )Donde viven las historias. Descúbrelo ahora