40. Kau Adalah Putri Asia

16 5 0
                                    

"Putri." Wanita desa itu Terbangun, memandang Bola perak milik Sena.

"Syukurlah kamu baik-baik saja." Sena Tersenyum Hangat Kepadanya.

"Oh tuhan, Ini sakit sekali." Wanita itu memegang Perutnya yang di jahit dan di perban.

"Kau tidak boleh banyak bergerak, Tunggulah sampai kau sembuh." Tabib kerajaan menyampaikan hal itu kepadanya.

"Bagaimana jika aku menikah, lalu Rahimku Sudah tidak bisa mengandung benih." Dia menangis, Sena Mengerut kan dahinya, Ratu Phandhora benar-benar gila, dia melakukan ini untuk kesenangan pribadi nya tanpa harus memikirkan Rakyat nya, dia benar-benar egois.

"Putri...." wanita itu menangis memanggil gelarnya.

"Bisakah kau menghentikan pergerakan yang kejam ini." Mohon nya Sambil mengatup kedua tangan nya, Sena hanya diam, dia tidak Bisa berkata Tidak ataupun iya.
Dia hanyalah seorang Putri Rendahan, yang gelar mahkota nya sudah di cabut terang-terangan oleh ibu tirinya. Dia pikir, dia tidak punya hak untuk semua itu.
Dia sangat bodoh untuk menjadi perlindungan bagi Rakyat nya.
Dia seharusnya mati.

"Aku yakin, Putri kita pasti Bisa melakukan itu." Ucap wanita itu dengan kesedihan yang mendalam.
Sena menggeleng cepat, dia ingin berbicara, namun membuka mulutnya terasa berat baginya.

"Maaf." Sena menatap wanita itu lamat-lamat.

"Bagaimana Bisa?....KAU ADALAH PUTRI ASIA, PENERUS KEKUASAAN AKU YAKIN ITU." Dia Berteriak dengan marah.

"Bukan, kekuasaan Asia berada di tangan bayi yang masih dalam Rahim." Dia menegakkan kepalanya, alih-alih ingin terlihat kuat di hadapan semua orang, tapi mata peraknya menggambarkan semuanya di sana, ia semua kesedihan yang menimpa hidup nya, dia seperti bola salju yang di Genggam remuk oleh sebuah tangan yang Kejam.
Dia seperti Bunga Dandelion putih yang di cabut, lalu di Tiupkan oleh orang yang menginginkan keindahan,
Namun di balik keindahan saja, kita bisa menikmati Keburukan.

"Tidak, Putri Phandhora dari Asia tidak seperti itu " dia menekan nada bicara di setiap perkatanya.

"Maaf kan saya untuk semua nya." Kalimat nya menggambarkan keputus asaan di sana.
Sena pergi meninggalkan Ruangan Pengobatan itu, dia pergi dengan menangis, air matanya membasahi bulu mata peraknya, begitu juga pipinya.
Dia berlari menuju arah Yang seharusnya dia benci, danau itu.

Dia berhenti di sebuah danau, tempat Bhuhaib menggendong dirinya, lalu dia Teringat bagaimana Bhuhaib mengerjainya dengan mencebur kan dirinya ke danau itu, itu sangat membuat dirinya marah, dia menatap bayangan nya.

"AKU SEHARUSNYA MATI." Dia meneriaki danau yang tidak berdosa itu, memandang bayangan kesedihan di sana, dia Menyentuh nya.

"Tidak Sena, kau tidak boleh mati." Sosok binatang berwarna Perak dari danau itu telah mengganti kan bayangannya, matanya sama dengan dirinya, kini ia berbicara kepada nya.

"Aaaaaaaargrgrg." Dia memukul permukaan air itu, Mengacak Rambut indah nya yang sudah di sanggul rapi, kini terlihat berantakan.

"Apa-apaan ini." Sena Teriak Frustasi di sana, dia selalu di hantui bayangan binatang, lalu Merasa gila pada dirinya sendiri.

"AKU SEHARUSNYA MATI." Ucapnya sembari Berdiri di tepi danau itu, dia ingin melompat di sana, mengakhiri hidupnya Sendiri, lalu menginginkan jasadnya yang tak bernyawa terombang-ambing di ombak bersama danau dalam itu, dia tahu dia takut melakukan nya, namun Keberanian nya dengan kematian membuat dia tetap gigih ingin mengunjungi gerbang kematian itu.

Dia merentangkan tangannya, seolah-olah Berucap Selamat tinggal oleh Dunia istana nya.
Tubuh mungil nan kurus itu Kini Terlempar ke danau bersama Angin yang membersamai nya dari awal.
Namun dengan Cepat, seseorang mencekat tangannya, menarik nya dengan Cepat ke arahnya.

Sena Melihat ke arahnya, dia mengenal sosok itu.

"Sudah ku bilang, berhenti lah mengganggu urusan ku, biarkan jasad ku berada di sana." Dia memukul Dadanya.

"Tidak Sena, Semua Permintaan Akan ku turuti, tapi bukan yang ini." Nada lembut nya, serta mata lembut nya, kini di tujukan untuk dirinya.
Sena menatap mata Emerald itu lamat-lamat, Bhuhaib berada di sisinya sekarang, namun entah kenapa dia merasakan lebih aman dari sebelumnya nya, seolah-olah ikatan batin telah mengikat dirinya dengan bhuhaib.

"Aku melindungi mu, Menjadi rumah mu, dan Kupastikan kau menjadi bagian dari hidup ku."
Mendengar itu, Sena mencengkram Pakaian yang di pakai oleh Bhuhaib, dia mencengkram nya dengan kuat, seolah-olah Dia menggambarkan bahwa dia sedang Runtuh, hancur bersama bangunan-bangunan itu.

"Keluarga ku telah lenyap bersama Goldcorna, dia mengambil alih semuanya nya." Tangisan pecah di bidang datar Bhuhaib, perawakan nya yang besar, menutup tubuh mungil nya.

"Haruskah aku Membunuhnya, mengambil Jantung nya Untuk mu?..."
Sena menggeleng cepat.
Bhuhaib meletakkan nya di pangkuannya, membiarkan Sena menatap dirinya, dia membiarkan Sena menangis di sana.
"Senaku." Bhuhaib membelai Rambut Peraknya.

_______________________________________

SYEDIH BANGET GYUSSSS.

TULIS PENDAPAT KALIAN DI DALAM KOMENTAR YAH

Kaisar Di Langit Perak ( The Kingdom Of Tartaria And Princess Of Asia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang