Sepuluh

21.1K 889 131
                                    

"Mas, aku minta maaf. Aku tau aku salah Mas.. " lirih Dina saat mereka sudah berada di dalam kamar.

"Kenapa kamu enggak kasih tahu saya kalau kamu hamil?" tanya Dartu dengan menatap lurus kedepan.

"Aku belum siap Mas, " jawab Dina jujur ia menundukan kepalanya.

"Kamu berniat menggugurkan nya?" tanya Dartu akhirnya.

Dina menelan salivanya gugup.

"Jawab Din!" bentak Dartu kepada istrinya.

Dina tersentak dengan suara lantang suaminya.

"Enggak Mas.. " jawab Dina sekenanya.

Dartu menjambak rambutnya kasar. Ia menatap nyalang istrinya.

"Mau kamu apa sekarang hah?!" mendekat menghampiri istrinya.

Dina semakin takut ketika suaminya berjalan mendekatinya.

"Aku minta maaf Mas, aku enggak bermaksud seperti itu." lirih Dina memohon maaf kepada suaminya.

Tiba-tiba Dartu teringat akan laki-laki yang pernah bertemu dengan istrinya di depan balai desa.

"Anak siapa itu?" tunjuk Dartu kepada perut istrinya yang masih rata.

Dina yang awalnya menunduk itu mendongak menatap tak suka kepada suaminya.

"Maksud kamu apa Mas?!" tanya Dina tidak suka dengan pertanyaan suaminya barusan.

"Saya tanya, anak siapa yang ada dikandungan kamu itu!" bentak Dartu dengan mata memerah menahan amarah.

Dina luruh jatuh ke lantai, ia menyugar kasar rambut panjang nya. Bisa-bisanya suaminya bertanya seperti itu.

"Terserah lah Mas, aku capek." Dina menangis di tempat dalam diam. Tubuhnya lemas sekarang ini. Ia tidak ada tenaga untuk membela diri lagi.

"Anak siapa?!" tanya Dartu dengan memegang pipi istrinya. Dina kesakitan dengan apa yang dilakukan suaminya.

"Mas, kamu nyakitin aku.. " lirih Dina. Hal itu tidak membuat Dartu tersadar ia semakin menatap tajam istrinya.

"Kamu lagi marah Mas, kita lanjut besok aja ya, badanku juga udah capek." ujar Dina menghentikan permasalahan ini sementara waktu. Ia tidak ingin ikut tersulut juga.

Dartu menarik nafas berulang kali hingga akhirnya melepaskan pegangan nya di pipi istrinya.

Ia keluar dari kamar, menghubungi seseorang di sebrang sana untuk membantu nya. Masalah ini harus selesai besok.

Sedangkan di kamar, Dina menangis sejadi jadinya. Ia berdiri lalu merebahkan dirinya diatas ranjang. Tubuhnya butuh istirahat. Ia tidak mau banyak pikiran juga.

Pagi harinya Dina bangun kesiangan. Kondisi kamar sepi seperti tadi malam.

Dina masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya setelah itu berpakaian rapi. Baru saja ia akan keluar kamar pintu kamarnya sudah terbuka. Menampakan Dartu disana dengan wajah kakunya.

"Saya tunggu kamu dibawah." titah Dartu. Dina menghembuskan nafasnya dan mengangguk mengikuti Dartu dari belakang.

Dibawah sudah ada orang tua Dina, mertuanya dan juga laki-laki yang pernah bertemu dengan Dina di balai desa.

"Apalagi ini?" batinnya.

Dina duduk disamping orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dina duduk disamping orang tuanya.

"Ibu kangen sama kamu nduk.. " Rahma berjalan menghampiri putrinya yang tengah hamil itu.

Berita bahwa istri Kades mereka hamil sudah menyebar luas hingga ke desa sebelah jadi tidak heran jika orang tuanya sudah mendengar berita ini.

Dina membalas pelukan ibunya tak kalah erat, ia sedih.

"Jelaskan maksud kedatangan kamu kesini." ujar Dartu lugas kepada laki-laki yang duduk di depan suaminya.

Saat akan berbicara laki-laki itu menatap ke arah Dina, "anak yang tengah dikandung Dina itu anak saya. Darah daging saya." ujar laki-laki itu tanpa merasa takut ataupun malu. Hal itu sontak membuat semua orang disana tidak percaya. Kecuali Dartu yang memang sengaja membawa laki-laki itu kemari.

Dina yang mendengar hal itu hanya menghembuskan nafasnya pasrah. Sungguh, kenapa hidupnya rumit seperti ini.

"Enggak mungkin!" bela Rahma untuk putrinya.

Wahyu berdiri ingin menghajar laki-laki itu tapi ia urungkan ketika Dartu mengangkat tanganya tinggi.

Ibu Fat dan Pak Syaiful yang mendengar itu pun tidak percaya, karena ia tahu menantunya tidak mungkin seperti itu. Menantunya adalah wanita baik-baik.

"Siapa yang nyuruh kamu sebenarnya hah?!" tanya Dina yang kini sudah berdiri.

Harga dirinya disini dipertaruhkan tapi suaminya malah tidak mendukung atau mempercayainya.

"Dartu!" peringat Syaiful kepada putranya. Ia tidak menyangka putranya bisa tidak percaya kepada istrinya sendiri.

Dartu diam, ia tidak mau menghabiskan tenaganya hanya untuk hal tidak penting seperti ini.

"Mas!" panggil Dina kepada Dartu yang hanya mengendikan bahunya acuh.

Sia-sia Dina meminta pertolongan kepada kepada Dartu.

"Saya akan penjarakan kamu kalau kamu berani berbohong." ancam Syaiful kepada laki-laki itu.

Laki-laki itu hanya menatap lurus kedepan. Ia tidak tega harus melakukan hal ini. Tapi sekarang nyawa anaknya tengah dalam bahaya. Ia harus mau bekerja dengan cara ini agar anaknya bisa sembuh.

"Mas, aku yakin kamu percaya sama aku kan Mas?" tanya Dina menatap suaminya.

Dartu diam tidak merespon apapun mmebuat Dina menangis detik itu juga.

"Kamu tau kan Mas aku belum siap jadi istri, aku belum siap hamil, aku belum siap punya anak mana mungkin aku selingkuh Mas, Mas jangan kaya gini Mas.. " harap Dina memohon.

"Mas.. " panggil Dina lirih berniat menggapai tangan kekar suaminya namun ditepis.

"Nduk ayo!" ajak Wahyu kepada putrinya.

"Kita pulang saja ya Nduk," menghampiri putrinya untuk ia rangkul.

Dina menangis di pelukan ibunya. Ibu Fat yang melihat tidak tega kepada menantunya.

"Tu, istri mu enggak mungkin ngelakuin itu Nang." ujar Bu Fat membela menantunya karena ia percaya menantunya tidak mungkin seperti itu.

"Dartu!" murka Syaiful saat putranya sama sekali tidak bergeming di tempatnya.

Syaiful menghampiri Dartu dan memukul kasar putranya.

Dina yang melihat itupun jadi tidak tega.

"Pak sudah.. " Dina menghalangi Syaiful yang berniat akan meninju wajah suaminya lagi.

"Ayo Nduk!" paksa Rahma, menarik Dina keluar dari rumah itu.

"Tapi Bu, Dina enggak selingkuh. Ini anak Mas Dartu." ujar Dina membela diri.

Rahma mengangguk, "Ibu percaya sama kamu, tapi suami kamu endak."

Dina menangis tersedu hingga akhirnya semua nya gelap. Dina pingsan.

"Dina!"




Pak Dartu kok diem-diem bae ya.

Gemas jadinya

Istri Pak KadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang