01 - "First Time?"

102 12 4
                                    

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"...Baru pertama kali?"

Ducky mengerjapkan mata. Menghindari bertemu pandang dengan lawan bicara tetapi tidak tahu harus menyarangkan pandangannya ke mana.

 Menghindari bertemu pandang dengan lawan bicara tetapi tidak tahu harus menyarangkan pandangannya ke mana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Koloni tak bernama.

Koordinat tak dikenal.

Jarak dari koloni besar lain, tak diketahui.

Cuaca hari ini sangat buruk, jarak pandang kurang dari 1 meter dengan kacamata pelindung. Sudah hari ketiga sejak tiba di koloni ini dan masih belum juga mendapat pekerjaan.

Memulai laporan dengan tulisan tentang cuaca biasanya akan mendapat hukuman di tempatnya bertugas dulu, tetapi cuaca hari ini betul-betul mustahil untuk tidak dituliskan. Badai pasir yang sangat parah. Entah apakah masih ada cukup kelembaban di suatu tempat hingga menimbulkan perbedaan tekanan udara yang cukup signifikan dan membuat angin mengembus demikian kencang, membawa serta debu dan partikel ringan dari tanah yang sudah gersang atau ada penyebab lain yang belum diketahui.

Hal yang pasti, Ducky merasa jari dan tangannya cepat pegal karena harus menggunakan pensil dan kertas untuk menulis. Otot jemarinya sudah terlalu terbiasa dengan peralatan canggih Liberté, Koloni tempat asalnya. Sekarang, untuk menggoreskan pensil di atas kertas saja dia harus menerima pandangan sinis dari orang-orang di sekelilingnya.

Apakah alat tulis memang semahal itu? Lalu mengapa Suster Tilia memberikan setumpuk buku kosong dan segenggam pensil kepadanya sebagai hadiah perpisahan? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benaknya selagi menorehkan campuran grafit dan tanah liat dalam genggaman ke kertas polos tak bergaris. Hati-hati dan serapi mungkin untuk tidak membuang-buang

Koin-koin yang diberikan oleh Dokter Aurer menipis dalam sekejap. Besok aku harus keluar dari penginapan ini karena koin yang tersisa hanya cukup untuk membeli makanan saja.

Para perawat yang lain bilang, aku bisa dapat kerja dengan mudah tapi sejauh yang kulihat semua yang kudatangi jangankan menerima pekerja baru, pekerja lama mereka saja sudah beberapa minggu tidak dibayar.

Penginapan yang kupilih ini sudah yang termurah, tetapi koinku hanya bisa membayar kamar untuk 3 malam 4 hari. Ditambah fasilitas yang seadanya. Penerangan listrik hanya di area komunal dan lorong. Kamar langsung gelap saat petang. Air—tidak gratis, hanya cukup untuk minum. Masih bisa disisihkan sedikit untuk menyeka wajah dan sedikit area leher. Makanan untuk dua kali sehari—juga tidak gratis, hanya rebusan dendeng yang mereka sebut sup. Sangat encer dan hambar.

Ducky's Today MenuWhere stories live. Discover now