21. Kiss The Rain

135 104 231
                                    

"Hiks..." Isakan demi isakan keluar mengiringi langkahnya yang kian memelan. Air matanya berjatuhan dan lebur bersama dengan rintik hujan yang membasahi raga. Batinnya kacau, sedemikian rupa dengan hatinya yang remuk redam layaknya gelas kaca yang pecah tak berbentuk. Semua harapan yang sempat ia bangun benar-benar runtuh tak bersisa, bahkan sekeping harapan terkecilnya pun juga ikut musnah di telan kenyataan.

"Lorytta, Highlands tidak lagi baik-baik saja. Kau lihat di atas bukit itu? Campbell tengah membangun barak perang untuk pasukan mereka. Ayah kira rencana kali ini akan berhasil tapi ternyata perkiraan ayah salah, mereka semakin bersikeras untuk menolak perdamaian".

"Ayah tau ini bukan bagian dari rencana tapi sepertinya tak ada pilihan lain."

Bayangan sang ayah tiba-tiba muncul di benaknya. Bayangan ketika ia berbincang tempo hari di menara Glengask dan Ranulf mengutarakan niatnya guna menjadikan pernikahan antara putrinya dan pewaris klan Campbell sebagai pernikahan tebusan.

"Ayah tak tau lagi harus berbuat apa, tak ada cara lain. Bahkan semua rencana itu semakin memperburuk keadaan." Jeda satu tarikan nafas, "karena itu kau mau kan Lass, membantu ayah menyelamatkan rakyat Highlands? Ayah tau ini memang bukan tanggungjawabmu melainkan tanggungjawab ayah, tapi ayah rasa hanya ini jalan satu-satunya."

"Dengan terikatnya kalian dalam hubungan pernikahan ayah rasa itu adalah jalan keluar terbaik untuk kedua klan. Tak akan ada lagi permusuhan dan peperangan di Highlands. Highlands akan kembali bersatu seperti beberapa abad yang lalu".

"Ayah mohon Lorytta".

Sungguh demi apapun Lorytta tak pernah merasa sekacau ini. Hatinya benar-benar sakit, bahkan melebihi rasa sakit yang ia dapat kala mengetahui jika dirinya dijadikan tebusan perang.

"Aku memang berharap bisa menghindar dari pernikahan itu hiks-.. t-tapi aku tak menginginkan hal seperti ini... Aku ingin pulang," ujarnya.

"Tuhan! Tolong bawa aku kembali ke masa ku hiks... Aku menarik kembali perkataanku, aku akan menikahi Lord Abbey tapi tolong hiks- bawa aku kembali," raungnya. Lorytta menangis meraung-raung di tengah hujan yang menerpa tubuhnya.

"Hiks-..." Ia benar-benar menangis sejadi-jadinya tanpa mengindahkan keadaan sekitar. Beberapa orang yang berlalu lalang menatapnya dengan tatapan aneh, namun ia tak peduli. Ia benar-benar acuh pada sekitarnya dan memilih untuk terus menangis sembari membiarkan guyuran air hujan membasahi raganya.

"My Lord dan juga My Lady sangat mengkhawatirkan anda. Ibu anda, Lady Catriona begitu terpukul atas hilangnya anda, bahkan beliau selalu menganggap pelayan yang menemaninya adalah anda," jeda satu tarikan nafas, "begitupun dengan My Lord, di samping mengkhawatirkan keberadaan anda yang belum ditemukan beliau juga mengkhawatirkan istrinya juga keselamatan seluruh rakyat Highlands yang menjadi taruhan".

"Apa yang harus kulakukan? Aku ingin kembali hiks.." Tubuh ringkih itu luruh bersamaan dengan air yang turun dengan intensitas yang semakin deras. Angin kencang dan kilatan petir juga saling bersahut-sahutan dengan tangis pilu Lorytta. Tanpa mengindahkan keberadaan lelaki yang kini tengah sibuk mencarinya ia terus menangis, menyembunyikan wajahnya pada lipatan lutut.

Sedangkan Leedo, ia kalut. Rasa khawatirnya benar-benar menyergap tanpa bisa dikendalikan.

"Kemana perginya gadis itu?" Gumamnya. Hujan semakin deras mengguyur kota dan jalanan mulai lenggang tanpa pengendara. Hanya ada beberapa mobil yang berlalu-lalang sesekali menyalipnya yang kini berkendara pelan. Matanya sibuk menelisik trotoar yang siapa tau gadis yang ia cari tengah berada di sana. Namun nihil, ia sama sekali belum menemukan jejak dari keberadaan Lorytta.

The Lost Prince(ss)  ✿ONEUS✿ Where stories live. Discover now