Eren membuka matanya perlahan. Ia mencoba duduk dari tidurnya sambil mengucek matanya perlahan. Rasa pusingnya masih terasa. Ia memijit dahinya pelan. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Caa?"
Tidak ada sahutan. Eren mengernyit. Ia berdiri dan berjalan ke arah jendela. Hari sudah mulai gelap. Ia mencoba menemukan handphonenya diatas ranjang.
"Gue taroh dimana ya?", ucapnya bicara sendiri. Ia mendengus sebal saat beberapa saat kemudian ia tak menemukan benda pipih itu.
Eren memutuskan untuk keluar dari kamar. Ia berjalan menuruni tangga sambil berpegang pada pegangan tangga.
"Caaa..."
"Yaa?", suara Rebecca terdengar.
Eren mengernyit. Ia sudah dilantai satu. Keributan dari arah dapur menarik perhatiannya.
"Lo masak?", ia menatap Rebecca yang sedang sibuk didapur lengkap dengan apron yang sudah tampak cocok di tubuhnya.
Rebecca tersenyum, "Iya, gue buatin bubur, tapi gatau ini enak apa nggak"
Eren duduk di meja makan memperhatikan Rebecca yang sedang sibuk mengatur api kompor.
"Apinya angka berapa ya?", tanyanya kemudian sambil memasang wajah bingung.
Eren tergelak, "Ca, lo bisa batalin niat lo buat masak sekarang, mumpung dapur bunda belum berantakan"
Rebecca mendelik tajam, "Jangan remehin gue ya, gini-gini gue bisa masak tau"
"Lo belajar masak sejak kapan?"
"Sejak daddy ga ada", jawabnya sambil menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. "Jadi ini berapa apinya?"
Eren bangkit dari duduknya, "Hmm, emang jumlah apinya berapa?"
Rebecca melengos malas, "Percuma gue tanya sama lo"
"Ca..ntar salah tekan gimana? gimana kalo kompornya meledak", Eren bergidik melihat Rebecca yang mengotak-atik kompor.
"Gila ya? ini kan kompor listrik, dirumah juga kayak gini"
"Emang dirumah lo masak?"
"Masak kok beberapa kali, tapi kalau mau buat bubur bukannya apinya beda ya sama masak biasa?"
"Emang masak bubur ga sama dengan masak yang lain?"
"Hah?", Rebecca memasang wajah bingung.
Dua manusia yang tak mengerti apapun itu saling pandang. Berdebat soal hal yang jelas-jelas tak ada ujungnya karena sebenarnya dua manusia itu ga biasa masak.
Rebecca akhirnya memutuskan menekan sembarangan tombol pengaturan api di kompor. Ia kemudian berjalan ke arah kulkas dan membukanya.
"Kenapa kulkas ini di sia-siakan?"
"Maksud lo?"
"Lo ikan apa gimana? isinya air mineral doang, bahkan susu ga ada", ucap Rebecca melongo.
"Mbok Atun ga sempat belanja sebelum pulang, sebenarnya bunda nyuruh gue, tapi gue belum beli, malah sekarang sakit"
"Lo mau makan yang lain ngga? kita delivery aja yuk", tutur Rebecca akhirnya. Ia membuka apronnya sebal.
"Trus beras yang udah lo rendam ini gimana?", tunjuk Eren pada panci yang sudah terisi beras.
"Buang aja kali ya?"
"Astaga ca, dosa tau buang-buang makanan", sergah Eren.
"Ya terus gimana? atau dimasak aja pake rice cooker?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Thesis: I'M IN LOVE WITH MY PROFESSOR
Romance"Prof Michelle?", kini mahasiswa itu berdiri didepan meja Ariana. Kini wajahnya juga berubah ketika menatap Ariana dari dekat. Mereka hanya saling tatap untuk waktu yang lama. Ariana menatap lekat-lekat manusia yang berdiri di depannya. That's the...