Jangan panik, tenang aja

3.6K 263 26
                                    

HALOOO!!! UP INI DULU YAA NTAR YG LAIN NYUSULL

VOTE KOMEN JANGAN LUPA!!

————

Ian kelabakan menghubungi istrinya. Memberitahu Sahra bahwa dengan mendadak acara pertemuan keluarga dipindahkan ke rumah mereka. Kepanikan laki-laki itu langsung menular kepada sang istri.

Sahra bingung setengah mati memikirkan kedatangan banyak orang ke rumahnya. Masih ada yang harus disiapkan meskipun tak banyak. Ia harus menyuruh Ian pulang sekarang untuk membantu meskipun rumah sudah bersih sejak pagi dan keluarga suaminya itu mengatakan supaya tak menyiapkan makanan. Makanan yang sudah dipesan untuk ke rumah nenek akan dikirimkan ke kediaman pasutri itu.

Ian membantu membereskan bagian luar rumah. Sudah tersedia parkiran untuk jajaran mobil mewah saudaranya, tapi ia tetap harus menata tanaman yang tampak tidak rapi. Pasangan suami-istri itu benar-benar berusaha merapikan semuanya.

"Udah belum, mas?" tanya Sahra dengan kepala nongol di pintu kepada sang suami. Hanya dibalas anggukan oleh laki-laki itu.

Abian menegakkan tubuhnya. Berdiri sambil peregangan kecil. Kakinya mengayun memasuki rumah mendekati si istri.

"Jangan, taruh aja. Biar saya yang angkat." ujarnya mencegah usaha Sahra memindahkan meja untuk dirapikan lagi.

Perempuan itu menggeleng kecil. "Udah gapapa kok, mas. Cuma meja ini."

"Ga usah ngeyel." Sambil melangkah dengan jangkauan besarnya, Ian menghampiri istrinya itu. Menyuruh Sahra melepaskan pegangannya pada pinggiran meja untuk digantikan tangannya.

Sahra tersenyum tipis. Membiarkan meja yang akan ia angkat untuk dikuasai Abian.

Namun laki-laki itu tak kunjung mengangkatnya. Melainkan hanya diam tampak memikirkan sesuatu.

"Nanti kalau ada saudara, kita harus tunjukkan ke mereka kalau kita benar-benar bahagia dengan pernikahan ini. Kamu tidak perlu bicara macam-macam. Jawab yang penting-penting saja."

Sang istri tercekat beberapa saat mendengarkan ucapan suaminya itu, sebelum akhirnya Sahra memberi anggukan. Bahkan menimpali.

"Iya, tenang aja. Aku pinter pura-pura kok."

Sedikit sentilan untuk hati Ian saat mendengar istrinya berkata demikian. Niat awalnya hanya agar keluarga tidak kecewa saat melihat hubungannya dengan Sahra. Maka dari itu Abian memberi tau terlebih dahulu sebelum acara keluarga nanti. Tapi sekarang ia malah dibuat berpikir.

"Jadi Sahra tidak bahagia? Lantas bagaimana dengan senyum dan tawa yang ditampilkan perempuan itu selama ini?"

"Buruan pindahin mejanya, mas." Kata-kata dengan suara istrinya ini membuat Ian tersadar. Kepalanya mengangguk, lalu mulai bergerak memindahkan meja ke tempat yang diinginkan Sahra.

Suami-istri itu benar-benar sibuk mempersiapkan kedatangan keluarga Abian jam empat nanti. Sampai-sampai baru sempat membasuh diri satu jam sebelum rencana kedatangan itu.

Keduanya menunggu di ruang tengah. Masih ada setengah jam lagi dan belum ada tanda-tanda kehadiran rombongan keluarga Abian. Pasangan itu hanya diam dengan pikiran masing-masing.

"Emm, ayo kita latihan mesra." ajak Ian tiba-tiba.

Kening Sahra mengerut. Menoleh dan menengok kepada sang suami.

"Yaa kalau kamu tidak mau, tidak masalah. Kita bisa pura-pura saat sudah ada tamu nanti."

Sahra menggeleng-geleng. "Engga kok, aku mau." ucapnya cepat-cepat. Bahkan tubuhnya berdiri secepat kilat. Menunggu Abian mengikutinya.

MAS IANDonde viven las historias. Descúbrelo ahora