DELAPAN

6.2K 544 12
                                    

Vote, komen, and happy reading 🧡
.
.

Hages pulang, melewati Taella yang tampak khawatir pada putra tetangganya ini. Setelah kembali dari kamar Millo, Hages sepertinya sedih, terbukti Taella melihat jejak air mata di pipi gembulnya. Sepertinya kali ini kedua putranya itu berantem serius.

Taella hendak menyusul Millo untuk menanyakan apa yang terjadi, namun pemuda itu lebih dulu keluar kamar, dan langsung memeluknya. Taella hanya mengelus punggung lebar milik Millo, ia merasakan putranya itu sedih, sama seperti Hages tadi. Sebenarnya apa yang membuat dua orang ini bertengkar?

"Kali ini serius ya, Mil?" tanya Taella. Millo mengangguk tanpa melepaskan pelukannya dari sang bubu. Pria cantik itu akhirnya membawa anaknya untuk duduk, membicarakan apa yang terjadi agar mendapatkan kejelasan.

"Bubu tebak, soal backstreet kalian?" terka Taella. Millo mengangguk lemas, sebenarnya ia juga sudah menduga bahwa suatu hari pasti hal ini akan menjadi masalah untuk mereka, dan yah sekarang terbukti.

"Hages itu sulit banget ditebak, bu. Kita udah kenal hampir 10 tahun, dan udah pacaran hampir 3 tahun, tapi nyatanya masih ada hal yang gak bisa Emil paham dari sosok Hages." Taella tertawa pelan, dipikir-dipikir benar juga, mereka sudah bertetangga selama itu, dan ternyata masih bisa ribut soal ini.

"Emang Hages gak bilang alasan kalian backstreet itu apa?" tanya Taella.

"Bubu tau kan kelas IPA sama IPS itu gak pernah akur? Selalu aja ada persaingan di sekolah, sebagai sama-sama ketua kelas yang berlawanan kami harus backstreet," tutur Millo.

"Kamu yakin cuma itu alasan Hages?" tanya Taella lagi. Millo mengerutkan kening heran, memangnya apa lagi yang membuat Hages menyembunyikan hubungan mereka dengan alasan konyol ini? Tidak ada sepertinya, setahu Emillo.

"Emang apa lagi?"

"Mana bubu tau, kan pacar kamu,Mil. Seperti yang kamu bilang, Hages itu susah ditebak, kenapa gak kamu selami lebih dalam dulu, tentang alasan Hages pengen kalian backstreet." Millo terdiam, mencerna maksud ibunya ini. Masalahnya ia tak terpikirkan apapun lagi, kenapa pacarnya itu harus repot-repot menyembunyikan hubungan. Millo bukanlah tipe orang yang memikirkan orang lain dan shit! Apa Hages memikirkan omongan orang jika hubungan mereka terungkap?

"Hages itu...overthinking?"

***

Sementara di bangunan sebelah, tepatnya di kamar milik Hages Samantha, pemuda itu tengah menyelam bersama selimut, memikirkan omongan Millo tadi. Demi apapun, Hages tak pernah bohong soal perasaannya untuk Millo. Ia bahkan sudah jatuh cinta pada tetangganya itu sejak pertama kali mereka dikenalkan oleh kedua orang tua mereka dalam versi mini waktu itu.

Dan seiring berjalannya waktu, Hages semakin yakin dengan perasaannya, benar, rasanya milik Emillo Vergasta, dan tidak berubah selama ini. Namun ternyata perasaannya perlu validasi oleh pasangan. Perasaannya perlu pengakuan untuk Millo. Hages kembali sesak, ini pertama kalinya mereka bertengkar yang benar-benar bertengkar.

"Adek, kenapa?" Suara Tennya membuat Hages buru-buru menghapus air matanya. Ia menahan segala suara isakan agar mom-nya tidak khawatir. Namun ia lupa, bahwa Tennya punya naluri orang tua. Pria cantik itu menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Hages.

"Kenapa sayang?" Hages tak menjawab, buru-buru memeluk Tennya, membenamkan kepalanya pada leher pria itu. Tennya hanya memberikan dukungan berupa pelukan dan elusan lembut di kepala Hages.

"Kalau sedih, nangis aja, ntar mom pura-pura gak liat," tutur Tennya. Hages mempererat pelukannya, dan benar saja ia menangis dalam diam. Membiarkan air matanya membasahi baju Tennya. Sedangkan pria cantik itu hanya mengusap lembut surai coklat Hages, dan sesekali memberikan kecupan di pucuk kepalanya.

Backstreet | Markhyuck Au (✔️)Where stories live. Discover now