DUA PULUH SATU

5K 429 2
                                    

Vote, komen and happy reading 🧡
.
.


Pukul 10 malam Hages sendiri di rumah. Kedua orang tuanya belum pulang dari perjalanan bisnis di luar kota. Dan secara kebetulan Henley juga menginap di kos temannya, katanya akan ada festival jurusan, entahlah Hages tidak terlalu paham.

Malam bukan jadi halangan untuk Hages menikmati tontonan dramatis di televisi. Entah kenapa Hages memilih sinetron yang jelas tak ia sukai untuk menemaninya malam ini. Separuh hatinya gelisah entah karena apa.

Tok tok

Suara ketukan jendela kamar membuat Hages terkejut. Pikirannya melalang buana tentang makhluk halus, apalagi ia hanya sendirian di rumah. Mengumpulkan keberaniannya Hages mendekat.

"S-siapa?"

"Yang?" Suara familiar membuat Hages lega, dengan sigap pemuda itu membuka gorden, dan mendapati sosok Millo tengah berdiri dibalik jendela kaca kamarnya.

"Pengen tidur disini." Hal yang pertama kali Millo ucapkan.

"Lo kenapa? Astaga! Mil, lo tawuran dimana?" Hages baru menyadari bahwa wajah kekasihnya itu babak belur, karena tadinya pemuda itu memakai hoodie, dan menutupi kepalanya dengan kupluk.

"Gue gak papa."

"Gue nanya kenapa? Lo tawuran? Ada yang nyerang lo? Atau ada perampokan?" Millo terkekeh geli mendengar segala kecerewetan Hages. Hal itu menambah kesan menggemaskan pacarnya.

"Gue..."

"Cepet jelasin, Mil."

"Gue pengen peluk." Bukan penjelasan yang Hages dapat, justru Millo kini memeluknya, menumpukan kepalanya pada pundak Hages.

"Millo, gue lagi khawatir nih, lo kenapa sebenernya?" Hages berusaha menjauhkan pacarnya itu agar lebih leluasa melihat wajah luka Millo.

"Boleh cerita nanti gak, obatin dulu yang," pinta Millo.

"Ck, duduk sini dulu, gue ambil obatnya." Millo memilih duduk di ranjang Hages, alih-alih di sofa seperti yang disuruh Hages. Pemuda itu memperhatikan Hages yang kini sudah kembali membawa sekotak obat-obatan untuk lukanya.

"Tahan bentar ya, lumayan juga luka lo." Hages mengobati Millo dengan telaten, sesekali ikut meringis ketika melihat Millo meringis. Millo tersenyum kecil melihat wajah Hages dari dekat. Mata coklat Hages menjadi fokus Emillo, entah mengapa setiap melihatnya Millo menjadi tertarik sendiri, hingga tak mampu mengalihkan pandangannya barang sejenak.

"Apa jadinya gue tanpa lo, Ges." Kening Hages berkerut,lalu menjauhkan bekas kapas yang sudah berubah warna itu dari wajah Millo.

"Lo kenapa sih, Mil?"

"Gak papa, gue cuma bersyukur aja bertemu, kenal, dan sayang sama lo." Hages bergidik, sungguh Millo malam ini seperti kerasukan sesuatu. Apa jangan-jangan orang ini bukan Emillo Vergasta pacarnya?

"Lo kesurupan, Mil?" heran Hages. " Dan lo janji mau cerita, kenapa muka lo?" sambung Hages setelahnya.

"Gue tadi temuin Felix, Lagos, sama Haje."

Hages langsung sangsi." Mereka yang bikin lo gini??"

"Denger dulu gemes." Millo menenangkan.

"Iya apa?"

"Gue yang mulai mukul mereka tadi, gue kesel sekaligus marah sama mereka, Ges. Gue ngerasa emosi banget, terlepas dari kejadian gak terduga kemarin, acara yang gue susun gagal. Sebagai persembahan terakhir gue buat sekolah, gagal total karena mereka. Lalu gue mulai nyerang mereka dan kami berantem. Gue cuma melampiaskan apa yang gue pendam, salah ya?" Hages menggeleng, lalu memeluk Millo dengan erat. Dan pemuda itupun membalasnya.

Backstreet | Markhyuck Au (✔️)Where stories live. Discover now