TUJUH BELAS

5.8K 446 13
                                    

Vote, komen, and happy reading 🧡
.
.

Millo membantu Taella menyiapkan makan malam, untuk menyambut Jaelan dan Lijen. Malam ini calon keluarga itu akan makan bersama di rumah Taella untuk membicarakan persiapan pernikahan. Sebenarnya ini bukan kali pertama mereka bertemu, namun ini kali pertama Millo menyambut calon ayahnya itu di rumah.

Di pertemuan sebelumnya Millo masih kaku dengan ayah Lijen itu, karena ia bingung memulai pembicaraan dan juga tampaknya Jaelan juga bingung waktu itu. Namun seiring berjalannya waktu Millo bisa sedikit demi sedikit membangun interaksi yang baik dengan Jaelan. Ya walaupun tidak semulus Lijen dan Taella dekat.

Ting

Suara bel membuat, Millo berinisiatif untuk menuju pintu depan, karena ia yakin Lijen dan papanya sudah datang. Dan benae saja, ketika pintu terbuka menampilkan sosok dua pria tampan.

"Bang!" sapa Lijen. Jae tentu saja mengerutkan kening heran mendengar sapaan akrab anaknya ini. Maklum pemuda itu tidak menceritakan apa-apa padanya.

"Masuk Jae." Taella menyusul dan mempersilahkan mereka.

"Papa aja? Lijen enggak, Bu?" Taella terkekeh pelan.

"Lijen juga masuk sayang." Pemuda itu tersenyum penuh bahagia, hingga Millo heran sendiri melihatnya. Memang biasanya Lijen akan senang bila bertemu bubunya, tapi malam ini tampak lebih senang. Ada apa?

Makan malam dimulai, dan tampaknya calon keluarga ini tak kaku lagi. Terbukti Millo dan Lijen dapat melontarkan candaan yang disambut baik oleh bubu dan papa mereka. Semuanya tampak akrab, terlebih Lijen dan Millo. Dua orang itu seperti adik kakak kandung yang sudah punya ikatan lama. Hal itu sukses membuat Jaelan dan Taella tersenyum.

"Jadi bang Emil itu dulu diajarin sepeda sama Hages?" Lijen merasa lucu mendengar masa kecil Millo.

"Bucin sejak kecil anaknya, bubu ajarin gak mau, giliran Hages mau. Padahal masih sama-sama baru bisa sepeda." Lijen dan Jae tertawa kecil, sedangkan Millo yang jadi objek hanya bisa tertawa.

"Sebucin itu ya?" sahut Jae.

"Papa juga bucin sama bubu," cibir Millo.

"Bener tuh, lo tahu gak bang, papa galau pas denger gue gak setuju waktu itu." Jaelan mendengus sebal ketika Lijen membocorkan aibnya, sedangkan Taella tertawa kecil.

"Sama kaya bubu, emang buah jatuh pohonnya jatuh, kelapa jatuh," sahut Millo.

"Kok kaya ada yang salah," balas Lijen.

"Buah jatuh gak jauh dari pohonnya," koreksi Jae.

"Nah itu maksudnya, beda dikit doang pa,"sambut Millo.

"Beda banget itu abangke!" umpat Lijen dihadiahi tawa dari mereka bertiga.

Malam ini kebahagiaan tercipta di rumah Millo. Bahkan tawa mereka sampai ke tetangga sebelah.

"Buset bahagia bener tuh calon keluarga," komen Tennya.

"Mom jangan kepo." Jovan terkekeh pelan melihat istri mungilnya itu mengintip dari jendela rumah mereka. Henley dan Hages yang sedang menonton televisi bersama juga ikut geleng-geleng kepala melihat ibunya ini.

"Tapi Jae itu beneran baik kan dad? Awas aja kalau sampai brengsek dan nyakitin Taella." Ten menyudahi aksi mengintipnya, ia menyusul suami dan anak-anaknya ke sofa depan televisi.

"Aman kok, dia rekan bisnis aku juga. Jangan kepo lagi, mereka tuh udah jodoh, sini gabung nonton bareng," ajak Jovan. Tennya menurut lalu bergabung dan langsung merebahkan kepalanya di paha Jovan, mengabaikan dua anaknya yang merasa jengah.

Backstreet | Markhyuck Au (✔️)Onde histórias criam vida. Descubra agora