20. Jatuh Cinta adalah Hak Semua Orang

21.6K 1.7K 14
                                    

Happy reading🤗

Vote yagesya🤍

_____

"Terus lo jawab apa?" Tanya Cakra pada Jojo yang tengah sibuk meniup kopi bergumul asapnya.

"Ya gue jawab sejujur-jujurnya kalau gue hidup sama ibu tiri. Berhubung kita satu SD, lo tahu lah hubungan gue sama nyokap tiri gue gimana."

Jojo menyesap sebentar sebelum melanjutkan. "Gue sering dimarahin, pernah juga gak dibolehin makan gara-gara kuteknya tumpah kesenggol sama gue, pernah dikurung juga tiga hari pas bokap ke luar kota. Pedih Men, gak enak deh pokoknya punya ibu tiri. Baiknya di depan bokap aja, giliran gue kasih tahu semua kelakuan istrinya, bokap gue malah lebih belain si nenek lampir dibanding gue darah dagingnya sendiri."

"Dan lo ceritain itu semua ke Lio?" Tembak Cakra meninggi intonasinya.

Jojo mengangguk mantap, acuh pada ekspresi geram teman tongkrongannya. Ternyata di balik hidup yang kuterka mahsyur, Jojo punya kisah pelik tersendiri. Memang ya, sepertinya manusia bermukim di bumi ini untuk menerima ujiannya masing-masing.

"Kenapa lo ceritain gitu sih? Lo makin menajamkan stigma ibu tiri jahat di otak Lio  jadinya." Kesal Cakra menyambar kopinya. "Lo gak bisa pukul rata semua ibu tiri itu sama ya! Ashanti contoh nyatanya."

"Gini deh," Cakra melanjutkan opininya seusai menarik napas panjang. "Lo kenal Inara pasti. Lo percaya Inara sama kayak nyokap lo? Lo percaya Inara bisa sejahat itu sama orang?"

Kenapa malah aku dibawa-bawa? Jojo cepat merebut jatahku berbicara. "Iya sorry deh. Lagian gue mana tahu yang dimaksud Lio itu Nara. Setahu gue, Nara tuh benci setengah gila sama lo sampai sahabatnya- Kanaya, minta tolong buat gak usah bahas-bahas lo di depan Nara."

Sekilas Jojo melirikku. "Nara gedeg banget sama lo pokoknya, makanya gue gak nyangka kalian bakal CLBK."

"Kita gak balikan!" Koreksiku cepat. Agak trauma membiarkan kesalah pahaman ini. Takutnya Lio mendengar lagi. Ujungnya ngambek dan kabur.

"Belum lebih tepatnya." Tak mau kalah Cakra.

Entah apa yang lucu, Jojo terpingkal kemudian. Kopinya sampai sedikit tumpah akibat guncangan tawa. "Anjir, jadi lo sedari tadi cuma ngaku-ngaku doang Cak? Gue kira beneran kalian udah jadian. Gaya lo posesif amat, Broh! Seolah-olah Inara punya lo seorang. Jempol dah!"

Cakra melempar bantal sofa sekeras yang ia bisa. Tak segan ia mengusir Jojo dengan lantangnya. Pertemanan mereka sudah di tahap sangat dekat mungkin, karena baik Cakra atau Jojo terlalu blak-blakkan. Apa itu jaga sikap? Apa itu bersikap hati-hati karena takut teman tersinggung?

"Sono lo, dapur lo nangis ntar. Katanya mau eksperimen ide baru buat menu. Pergi dah lo! Di sini aja gak ada ngebantunya!"

Betul, Jojo ini doraemonnya makanan. Minta makanan apapun pasti ia kabulkan, mana rasanya tidak pernah gagal. Selalu menggelitik lidah. Itu juga sisi lain yang membuatku jatuh suka padanya dulu.

Selain kuliah bisnis dan marketing, ia mendapatkan ilmu racik tersebut lewat sekolah kokinya.

"Bener-bener gak tahu diri ya! Gue yang nemuin anak lo, kalau bukan gue yang nemuin Lio, gak tahu dah tuh bocah udah diculik kali." Jojo menunjuk lutut berbalut kassa Cakra. "Itu juga siapa yang obatin hah? Siapa yang mapah lo ke tempat insiden Nara ketiban itu?"

"Oke, terimakasih. Silakan pergi!" To the point Cakra.

Kata Jojo, ia bertemu Lio ketika sedang kehabisan terigu untuk percobaan pastry-nya di sebuah toko. Lio sendiri tengah memilih es krim.

Ketika Berhenti di KamuWhere stories live. Discover now