OC | Gibah Gibah Gibah

977 84 2
                                    

"Tadi pagi Joel sama Yoel berantem lagi, ya?" tanya Giselle yang kemudian menyuap sesendok batagor ke mulutnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tadi pagi Joel sama Yoel berantem lagi, ya?" tanya Giselle yang kemudian menyuap sesendok batagor ke mulutnya. Hari ini dia berangkat agak siangan, ga sempat sarapan dan udah kelaparan. Tapi itu bodo amat, yang dia sayangkan itu karena ga bisa lihat adu tonjok antara dua rival kelasnya.

"Elo sih datangnya telat, seru banget tadi. Tapi cuma sebentar sih," jawab Ami.

Bukannya bermaksud jadi teman spek setan. Tapi gimana ya. Dulu tiap tahu kalau Joel sama Yoel berantemnya beneran, mereka langsung panik dan berusaha melerai apapun caranya. Kalau sekarang mereka udah terbiasa, tetap melerai tanpa merasa panik.

"Yahh, lo ngerekam ga?" kini Giselle beralih ke Yunita yang asik makan sambil sesekali ditunjukin kearah kamera.

Yunita melirik sejenak lalu menggeleng, "Gue ga sempet ke depan," jawabnya singkat.

"Sebenernya mereka tuh kenapa sih? Gue penasaran banget sama masalah mereka," celetuk Chika.

"Ga semua harus lo tahu, Chik," kata Yischa memperingatkan. Dia tahu kalau Chika itu orangnya kepoan dan bakal cari tahu sampai penasarannya hilang. Tapi kadang Yischa pikir kalau yang dilakuin Chika itu agak berlebihan.

"Iya sih, Cha, tapi emangnya lo ga kepo?"

Yischa cuma geleng kepala.

Lagi diam-diaman sambil sibuk dengan urusan sendiri, mata mereka tiba-tiba menemukan sosok yang mereka kenal.

Sekarang ini cewe kelas kumpul bareng di satu meja kantin, tiap hari gitu sih. Tapi ada satu cewe yang ga pernah ikut kumpul, yaitu Arin. Dia pasti pilih diam di kelas sambil makan bekal, atau ke perpustakaan dengan alasan sedang puasa. Kadang cewe itu tiba-tiba ke kantin, tapi ga bergabung sama mereka.

"Satu hal yang bikin gue penasaran selain masalah Joel sama Yoel, yaitu alasan Arin ga mau temenan sama kita," kata Chika.

"Malu kali? Dia 'kan pinter dan cantik, mana mau sama yang blangsakan kayak kita," jawab Bina sekenanya, sengaja agak keras dikit biar Arin yang duduk agak jauh tapi dekat itu bisa mendengarnya.

"Jangan gitu, mungkin dia emang nyaman sendirian," balas Yischa membela teman sebangkunya itu.

"Seengaknya ga separah itu lah, Cha," kata Listya menanggapi. Dia sebagai sesama pendiam dan pemalu merasakannya sendiri. Memang terkadang tidak nyaman berada didekat orang-orang yang salah, tapi bukan berarti harus benar-benar memberi jarak dengan mereka. Apalagi situasi mengharuskan untuk bertemu setiap hari.

Kalaupun memang sepemalu itu, emang ga bisa ya sekedar mengakrabkan diri dengan anak kelas?

Diam-diam Yischa setuju. Dia sendiri memang kesal dengan sikap Arin yang sulit berbaur dengan anak kelas, bahkan dengan dirinya yang sebangku. Tapi dia juga ga suka kalau anak kelas ngejelekin Arin seenaknya, mereka ga pernah tahu alasan Arin jadi seorang penyendiri.

OUR CLASSWhere stories live. Discover now