BAB 3 ( Dia lagi? )

6 1 0
                                    

There terus saja membolak-balikkan berkas yang tengah ia pegang, namun kali ini aktivitasnya terhenti kala mendengar suara seseorang yang berdeham

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

There terus saja membolak-balikkan berkas yang tengah ia pegang, namun kali ini aktivitasnya terhenti kala mendengar suara seseorang yang berdeham.

Gadis itu langsung saja mengarahkan kepalanya ke arah sumber suara. Mata There langsung saja membola.


Apakah gadis itu sedang bermimpi? Pria brengsek yang ditemuinya tadi kini yang ditunggu?

Rekan kerjanya? Akh, yang benar saja! There tersenyum miris menertawakan dirinya sendiri.

"Selamat pagi semua," sapa Dave dengan mata yang mengarah ke arah There, sementara gadis itu hanya mampu tersenyum paksa.


Sepertinya ini hari yang sangat sial bagi There!

"Senang bertemu dengan Anda, Nona," ucap Dave kepada There.

Lagi dan lagi There hanya bisa tersenyum dengan paksa. Mau tak mau gadis itu hanya bisa mengikuti Skenario yang telah Tuhan, bukan?

Setelah satu jam akhirnya rapat telah selesai, kini perusahaan There dan juga Dave telah resmi bekerja sama.


Jika boleh, rasanya There ingin segera keluar lebih dahulu dari ruangan yang serasa mencengkam ini. Hingga pada akhirnya satu persatu orang keluar dari ruang meeting.

There merogoh tasnya guna mencari ponsel gadis itu yang terus saja bergetar sejak tadi. siapa tahu penting, bukan? pasalnya sejak pertengahan rapat hingga saat ini ponselnya terus saja berbunyi.

Setelah mendapatkan apa yang dicarinya, There langsung mengangkat telepon dari Fathir. Ya, yang menelepon dirinya adalah Fathir.

"Ada apa?" tanya There.

"Kau di mana? Apakah rapat sudah selesai? Maafkan aku baru bisa datang, There. Aku berada di lantai bawah, lobi," jawab Fathir ditelepon.

"Tidak masalah, aku bisa menangani semuanya dengan baik," ucap There dengan tersenyum tipis hingga menampakkan lesung di kedua pipinya.

Dave sejak tadi memang masih berada di tempat duduknya, pria itu juga belum beranjak, akh, tepatnya tengah menunggu There keluar dari ruangan ini.

Dave menatap There dengan senyum yang sulit diartikan sementara sang empu tidak sadar akan hal itu.

"Aku segera datang, tunggu aku di sana!" There langsung beranjak dari duduknya hendak keluar, begitu juga dengan Dave.

Pria itu juga keluar ruangan ikut membuntuti There. There yang tahu dirinya diikuti langsung saja menatap Dave dengan geram. Akh, sebenarnya apa yang diinginkan pria itu?

Apakah Dave menginginkan pertanggung jawaban soal tadi?

"Ada apa dengan kau, Tuan?" tanya There pada akhirnya.

"Tentu saja ingin keluar, memangnya apa?" There menghembuskan nafas pelan, gadis itu berusaha tidak menggubris perkataan Dave, There terus saja berjalan mencari lift yang tidak ramai.

There memang malas jika harus berada di dalam kerumunan, apa lagi tadi ada beberapa orang yang menghadiri rapat, sementara kapasitas lift di kantor ini tidak bisa lebih dari sepuluh. Maka mencari jalan lain mungkin lebih baik.

"Ternyata kinerja kau cukup baik," kata Dave tiba-tiba.

"Akh, terima kasih. Aku anggap itu adalah pujian."

"Kamu bisa menggunakan lift pimpinan di sebelah sana. Kamu mau ikut bersamaku?" tawar Dave.

There menatap pria itu dengan tatapan curiga, akh, tiba-tiba saja perasaan There tidak enak jika harus ikut pria mesum itu. Namun sepertinya tidak ada jalan lain, sementara Fathir telah menunggunya di lobi.

Karena tidak mau lama temannya sekaligus rekan kerjanya itu terlalu lama menunggu, akhirnya There mau menerima tawaran Dave.

There langsung saja mengikuti langkah Dave, saat lift terbuka, Dave langsung saja menarik There masuk lalu membenturkan tubuh There ke dinding lift.

Tentu saja hal itu membuat There terkejut, pintu lift tertutup dan tanpa aba-aba bibir Dave langsung saja menempel di bibir ranum There.

There sempat terkejut beberapa saat terlebih saat Dave tidak hanya mengecupnya, namun juga melumat bibi ranum itu, rasa yang asing langsung saja There rasakan.

Tangan kanan Dave mengunci pergerakan There sementara tangan kirinya menekan tengkuk gadis itu agar memperdalam lumatannya.


Setelah beberapa detik There langsung saja meronta, namun usahanya sia-sia karena tenaganya tidak sebanding dengan Dave.

Hingga pada akhirnya suara lift terdengar menandakan pintu terbuka, Dave langsung menjauhkan wajahnya. Pria itu juga tersenyum miring ke arah There.

Dave juga menyeka sisa air liurnya yang tersisa di bibir There. Sementara gadis itu sudah menatap Dave dengan murka.

"Manis." Setelah mengatakan hal itu Dave keluar dari lift.

There yang tidak terima dengan perlakuan Dave langsung saja berjalan cepat menghampiri Dave, saat telah menghadang jalan Dave, There langsung melayangkan tamparan keras di pipi mulus Dave.

Terdengar suara nyaring disisi kantor, beberapa aktivitas sempat terhenti guna menyaksikan atasannya ditampar oleh seorang perempuan.

"Apakah kau tidak memiliki sopan santun, Tuan?" tanya There dengan menatap Dave garang.

Dave memegangi pipinya yang terasa sedikit kebas, demi apa pun. Tamparan There memang cukup sakit.

"Pria kaparat seperti kau tak pantas hidup!" Setelah mengatakan hal itu, There langsung saja pergi meninggalkan Dave.

Desas-desus mulai terdengar di lantai satu. Tentu saja para karyawan Dave tidak percaya dengan apa yang terjadi. Selama ini memang tidak ada yang berani membantah bahkan melawan perkataan Dave kecuali ibunya.

Namun kali ini? Seorang pimpinan perusahaan baru saja ditampar seorang perempuan di depan khalayak umum? Hay! Yang benar saja?

"Apa yang kalian lihat? Cepat bekerja!" ucap Dave sambil menatap karyawannya satu persatu.

"Sial! Bagaimana bisa dia mempermalukan diriku seperti ii?" gumam Dave dengan kesal.

Dapat dipastikan berita seperti ini akan cepat menyebar ke seluruh penjuru kantor. Ya, berita memang seperti angin, bukan?

Sedangkan There sudah tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi, perempuan itu sudah berniat memutuskan kontrak pekerjaan. Sepertinya itu hal bagus!

Daripada ia harus bekerja sama dengan seorang yang tidak bisa menghargai orang lain, bukankah lebih baik memutuskan kerja sama?

There menata penampilannya kembali yang sedikit kacau, setelah dirasa rapi ia menghampiri Fathir yang telah menunggunya di lobi.

"Hay! Bagaimana rapatnya? Apakah lancar?" tanya Fathir kala melihat There berjalan menghampirinya.

Tatapan Fathir berubah menjadi khawatir saat menatap muka There yang seolah menahan tangis. Memangnya siapa yang tidak menangis bila dilecehkan seperti tadi?

"Ada apa denganmu, There?" tanya Fathir lagi.

"Tidak ada, bagaimana perusahaan? Apakah ada kendala yang berat?" Fathir menggeleng.

"Ya sudah, aku ingin segera kembali ke perusahaan, ada suatu hal yang ingin aku lakukan." Fathir mengangguk patuh lalu mengantar There ke mobilnya.

Sebenarnya ada banyak pertanyaan dikepala Fathir, namun sepertinya untuk bertanya saat ini bukan hal yang baik.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yes Mr BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang