Bonus 2 : Two Legends

91 11 3
                                    

Menatap sekitar dengan waspada, sepasang kaki yang terbalut sepatu kulit hitam itu melangkahi mayat demi mayat sebelum akhirnya tiba-tiba berhenti di depan seorang anak yang berdiri membelakanginya. Dari perawakan anak ini, dia pasti seumuran dengan putranya yang saat ini sedang ikut ujian masuk SMP.

"Apa yang kamu lakukan disini, nak? Apa kamu salah satu anak yang di asuh Cross Dead?"

Kedua bahu anak itu tampak gemetar, untuk kemudian tanpa berbalik ia berlari ke arah kiri. Dengan lincahnya anak itu melompati mayat-mayat yang dalam sekejap hilang dari pandangannya. Terkejut sekian saat, ia tersentak dan berseru, "Ah! Dia pasti anak dari kelompok itu, kan? Haruskah kususul dan kubunuh? Tapi anak itu tersenyum ... bagaimana ya?"

Selagi berpikir keras, fokusnya tiba-tiba hilang lantaran suara desingan pedang yang amat jelas. Begitu kelopak matanya yang merunduk terangkat, ujung pedang yang mengkilat terhunus tepat kearah dahinya. Dengan mudah ia menghindari serangan itu, namun sebuah tendangan sukses membuatnya terdorong dan nyaris jatuh akibat terpeleset genangan darah.

"Astaga, siapa yang- anak kecil?" gumamnya tak percaya setelah melihat siapa yang menyerangnya.

Didepannya, sosok seorang anak remaja terbalut yukata merah dan jubah putih penuh darah berdiri dengan pedang yang juga sudah basah oleh darah. Topeng aka hannya yang menutupi wajah membuatnya sulit menerka siapa anak itu. Tapi dari topeng dan penampilan itu sudah cukup untuk membuatnya mengenali siapa sosok dihadapannya itu.

"Ya ampun, tampaknya aku bertemu dengan Manjushage yang terkenal itu."

Mengibas pedangnya kuat, Manjushage yang ia perkirakan saat ini berusia 12 tahun itu memiringkan tubuh dan mulai pasang kuda-kuda. "Rambut biru pucat ... apa kau Mr. Fixer dari ZINGAI?"

Yosa membalas dengan senyum dan mengangkat kedua tangannya. "Hentikan, aku kemari bukan ingin berhadapan denganmu. Kedatanganku kemari untuk berurusan dengan Cross Dead."

"Apa?" Manjushage menegakkan tubuhnya. "Apa urusan ZINGAI dengan Cross Dead?"

"Kenapa aku harus memberitahumu?" balas Yosa santai.

" ... benar juga."

Menarik beberapa mayat di sekitarnya, Yosa menumpuk mayat-mayat itu untuk kemudian duduk diatas punggung mayat. "Melihat semua mayat ini, sepertinya kau sudah membantai mereka semua, ya?"

Mengikuti apa yang di lakukan Yosa, Manjushage menumpuk mayat dan mendudukkan dirinya. Bahkan pembunuh cilik itu dengan santainya membersihkan darah yang menempel pada pedangnya. "Bayarannya 500 triliun. Mana mungkin kutolak?"

"Untuk satu kepala Red Parade?" tanya Yosa.

"Untuk satu kepala Red Parade," ulang Manjushage.

"Hee ... luar biasa sekali harganya. Aku baru tahu orang keji sepertinya dibayar semahal itu."

"Berkacalah, Mr. Fixer. Kepalamu juga bernilai."

"Tolong yang sopan, ya. Aku ini duda beranak satu!"

" ...? terus apa urusannya denganku?"

Mendengar pertanyaan ini mengundang senyum di wajah Yosa. "Tidak ada, sih. Hanya saja melihatmu membuatku teringat dengan puteraku yang saat ini sedang ujian masuk SMP."

" ... "

"Apa kau tidak tertarik?"

"Tidak," jawab Manjushage cepat. "Lingkungan seperti itu terlalu lembut untukku."

"Tapi menurutku kau jauh lebih cocok disana."

" ... Kenapa kau berpikir begitu?"

Meski terhalang topeng, Yosa tahu pasti raut yang berada di balik aka hannya itu sedang menyiratkan kebingungan. Beralih kearah lautan mayat dan darah yang menggenangi tanah pinggiran dalam ghetto ini, Yosa menatap salah satu mayat yang terebah dengan wajah yang masih menampakkan ekspresi ketakutan akibat ngeri yang luar biasa.

"Menurutku, kamu masih punya hati karena langsung membunuh mereka langsung di area vital."

" ... itu bukan kebaikan hati. apa duda beranak satu semuanya sebodoh dirimu?"

"Dasar anak kurang ajar."

Manjushage mengendikkan bahu dan bangkit dari duduknya. "Terserahlah. Kau bisa bawa kepala Red Parade di dalam sana. Tugasku hanya meratakan Cross Dead."

"Aah~ benar juga. Aku harus cepat. Setelah ini aku harus beli kue untuk menyambut kepulangan anakku."

" ... "

Belum lama sejak Yosa melangkah pergi dari duduknya, Manjushage yang tiba-tiba menghentikan langkah tiba-tiba berbalik sembari menyarungkan pedangnya.

" ... aku masih penasaran kenapa kau berkata bahwa lingkungan damai itu cocok dengan diriku."

Yosa menghentikan langkahnya untuk kemudian berbalik. "Karena kamu memang pantas mendapatkannya."

"Karena itu kutanya kenapa, kan?"

Menyadari jawaban apa yang diinginkan si pembunuh cilik itu, Yosa mengulum senyum lembut dan menjawab dengan sepenuh hati. "Karena kamu memang pantas mendapatkannya."

Manjushage terdiam di tempatnya, untuk kemudian berbalik. " ... sudahlah."

"Tidakkan menyedihkan jika seumur hidup kamu hanya akan melihat pemandangan seperti ini?"

Kalimat ini membuat langkah Manjushage terhenti.

"Diluar sana, ada anakku yang mungkin saja akan menjadi penerusku. Di usianya yang masih muda, dia bersekolah dan mencari teman. Dengan riangnya berkumpul mengerjakan tugas kelompok dan saling bertukar telepon dengan teman. Tidakkah hal sederhana seperti itu menggugah rasa kesepianmu?"

" ... "

"Lalu, disaat kamu mendapat teman nanti, pada satu titik kamu akan bertemu dengan orang yang kau cintai. Kemudian dengan naifnya kamu ingin menikahinya dan membahagiakannya seumur hidup. Jika kamu bisa melakukannya, bukankah itu pasti akan sangat menyenangkan?"

" ... "

Melihat si pembunuh cilik termenung, Yosa mendengus untuk kemudian melanjutkan perjalanannya. "Kuharap kamu menemukan jalan hidup yang paling kau inginkan, Manjushage-kun!"

Setelah Yosa memasuki markas utama Cross Dead, Manjushage melepas topengnya untuk kemudian mendongak melihat langit yang tampak mendung diatas sana.

" ... hidup damai seperti itu, apa aku masih pantas merasakannya?"

Mengenakan kembali topengnya, Manjushage berjalan menjauhi lokasi penuh darah itu dan menghilang di ujung jalan gelap yang terhubung dengan gang ghetto lain dengan perasaan hampa.

Tanpa tahu bahwa di masa depan, ia akan terpengaruh begitu banyak dengan kalimat dari sosok yang sampai kapanpun takkan pernah bisa ia kalahkan dalam pertarungan satu lawan satu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Beloved Doppelganger || EveSou [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang