1. Kalian lagi🏫

46 13 2
                                    

Sudah memasuki awal semester baru dan tentunya kelas baru. Semua akan terasa beda. Setiap tahunnya siswa kelas akan diacak agar bertemu teman baru. Namun, spesial untuk IPS 5, 3 tahun bersekolah di SMA Zirvanest, mereka akan tetap bertemu dengan teman yang sama.

Ketika para siswa lain sibuk berdesak-desakan di papan informasi sekolah untuk melihat kelas dan daftar nama teman baru, siswa IPS 5 hanya tinggal masuk kelas, tidak perlu lagi melihat nama terpampang di kelas mana mereka ditempatkan. Karena mereka sudah tahu duluan dimana mereka ditempatkan, dan siapa saja teman sekelas.

Pagi itu seorang gadis bertubuh tinggi semampai, kulitnya putih mulus, dan memakai bando merah di kepalanya memasuki kelas. Sempat ia berhenti di depan pintu hanya untuk mendesah malas ketika melihat penghuni di dalam kelas XII IPS 5. Setiap tahun tidak ada yang berubah, dia akan selalu ditempatkan bersama sebelas murid brandalan lainnya sampai lulus.

Iya, XII IPS 5 ini hanya beranggotakan dua belas orang murid saja. Tidak kurang tidak lebih. Kelas mereka sering disebut kelas buangan sebab terletak paling belakang, paling akhir dan paling sedikit. Isinya pun tak main-main, rata-rata mereka adalah murid brandalan yang suka malas-malasan, bolos dan tentunya langganan BK.

Sebagian guru punya alasan untuk mempersatukan mereka. Karena mereka susah diatur, selalu menonjol di kelas sehingga mengganggu murid lain belajar. Intinya mereka sama-sama murid yang tidak bisa diandalkan.

"Kalian lagi," ucap gadis itu berkacak pinggang di depan kelas, menatap malas teman-temannya yang sudah duluan datang kini menatap kearahnya secara bersamaan. Namanya Keynara, si gadis paling pemalas di kelas.

"Wah! Gila! Kayaknya kita emang ditakdirkan selalu ber dua belas deh, guys," heboh gadis lainnya, bertubuh pendek, bulu mata lentik, namanya Lara.

"Jujur sih gue nggak mau ya. Bosen gue liat muka lo pada," sahut cowok berwajah bulat yang hobinya main game online, Deva.

Akibat dari ucapannya--Deva tidak sadar bahwa saat ini seluruh atensi mata menatap kearahnya, horor.

"Dibunuh halal nggak ya?" gumam Alsava, si gadis bertubuh ramping yang kini menatap kesal kearah Deva.

Zael yang duduknya di samping Deva, ikut bermain game bersama cowok itu. Dia sadar bahwa saat ini seluruh tatapan tajam tengah mengarah pada tempat duduk mereka. Sehingga Zael menggeplak pelan kepala Deva, lantas cowok itu segera sadar akan ucapannya, ia pun menyengir tanpa dosa.

Ya, kalau boleh jujur sih masing-masing dari mereka juga bosan suasana kelas tiap tahunnya begitu saja. Tidak ada teman baru, tidak ada angka kelas baru. Lagipula di SMA Zirvanest ini mereka terasingkan. Tidak ada yang ingin berteman dengan mereka hanya karena kelas mereka anak brandalan tidak tahu malu.

Dulu sih pernah waktu awal-awal masuk sekolah, mereka tidak barengan. Namun, ketika semester kedua kelas sepuluh mereka dikumpulkan dalam kelas yang sama sebab para guru sudah mengetahui bagaimana sifat buruk mereka yang tidak bisa diubah.

Bell masuk segera berbunyi, siswa IPS 5 tersebut lantas duduk di bangku masing-masing menantikan wali kelas mereka yang baru akan datang.

Ngomong-ngomong soal wali kelas, setiap tahunnya tidak ada yang berhasil membimbing mereka menjadi yang terbaik. Guru lebih dulu menyerah atas kelakuan mereka. Berkata kasar, menentang ucapan dan tidak mau mengerjakan tugas, bagaimana mungkin para guru tidak angkat tangan. Bahkan anak IPS 5 dibiarkan melewati banyak jam kosong saking malasnya guru mengajar disana.

"Assalamu'alaikum. Selamat pagi," sapa seorang pria tampan memasuki kelas tersebut dengan seutas senyum dibibirnya. Badannya tegap, paling muda dan tentunya suka mengajak para siswa bercanda di sekolah ini. Guru idaman.

Problems ClassWhere stories live. Discover now