Berteman?

161 32 19
                                    

Terdengar suara berisik dari dalam kamar mandi Mahesa. Air bercipratan karena Seno sengaja bergerak gerak acak dalam bath up untuk mengisengi Mahesa, yang membuat cowok tujuh belas tahun itu berteriak teriak sedari tadi dan itu mengundang tawa tanpa suara dari Seno, namun tawa itu sangat terlihat manis di wajah Seno.

"Adek, jangan gerak gerak dulu, abang mau pakein sabun sama adek!" Seno masih iseng, ia bergerak menjauhi tangan Mahesa yang hendak memakaikan sabun padanya. Bahkan sampai Seno berdiri, lalu keluar dari bath up.

"Jangan nakal, dek! Sini, pake sabun dul—ADEK!" Mahesa dibuat sangat panik karena tiba tiba si bungsu terpeleset dan jatuh. Menghampiri si bungsu sembari bertanya dibagian mana yang sakit dan Seno menunjukkan bokong serta kaki kanannya, bibir nya melengkung ke bawah, sepertinya ia akan menangis.

"Jangan nangis! Kan salah sendiri nakal! Itu hukuman buat orang nakal!" Mahesa menggendong Seno, ia berniat untuk memakaikan sabun untuk anak itu agar segera selesai mandi. Hari ini hari minggu, jadi Mahesa tidak pergi ke sekolah, karena itu lah pagi ini ia memandikan Seno.

Ketika hendak menurunkan Seno kedalam bath up, dapat ia rasakan pelukan erat pada lehernya, rupanya Seno tidak mau melanjutkan mandinya yang tanggung itu "kenapa dek? Ini tinggal pake sabun" Seno menggeleng, air mata jatuh dari kelopak matanya, ia menangis tanpa ada suara yang keluar, Mahesa tidak pernah sanggup melihat tangisan yang menyakitkan itu. Ia memeluk Seno guna menenangkannya.

"Adek jangan nangis.. nanti kaki nya kita kusuk ya? Habis mandi. Oke?" lagi Seno menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya bahkan tangisan nya semakin terlihat menyakitkan.

"Kan itu salah adek, siapa suruh lari lari? Pokoknya pake sabun dulu" dengan sedikit paksaan Mahesa meletakkan Seno masuk kembali kedalam bath up, anak itu memandang Mahesa dengan mata yang memerah, sebenarnya Mahesa tidak tahan melihat mata itu, tapi Seno harus tetap menyelesaikan acara mandi nya.

.

Mahesa memandang sendu Seno yang baru saja selesai di kusuk. Badan nya kembali bau minyak, padahal ia baru mandi. Ia menghampiri Seno yang tidur memunggungi nya. Sepertinya ngambek.

"Adek jangan tidur gitu, nanti badan kamu sakit lagi" ia memperbaiki letak tidur Seno, dapat ia lihat cebikan dari bibir anak itu dan itu sangatlah lucu.

"Ngambek yaa??" goda Mahesa.

"Abang nakal! Adek kan gak mau di kusuk, sakit"

"Nanti kalau gak di kusuk jadi bahaya, dek"

Seno diam tidak menangggapi, yang ada itu membuat Mahesa gemas karena bibir anak itu terlihat semakin mencebik kesal dengan mata yang selalu menjauh dari Mahesa.

"Abang kebawah dulu ya? Ambil sarapan buat kita" tanpa menunggu respon si kecil, Mahesa turun meninggalkan kamar Seno. Hingga tidak lama ia kembali datang dengan nampan di tangannya, ia membawa bubur dan nasi goreng serta minuman berupa air putih, untuk keduanya dan jangan lupakan buah apel yang sudah di kupas terlebih dahulu dengan bantuan Bibi Rima.

Setelah mendudukkan Seno dengan posisi yang aman, Mahesa berdoa untuk makanan pagi ini lalu mulai menyendokkan bubur pada Seno dan diterima baik oleh anak itu.

"Abang makan saja, biar Seno makan bubur nya sendiri" ia mengambil alih bubur ditangan Mahesa lalu mulai memakannya sendiri.

"Kok gak mau disuap sama abang sih? Adek gak mau dimanja manja?"

Telunjuk Seno bergerak ke kanan dan ke kiri "nanti Abang makannya jadi lama"

Mahesa menghela nafas dan tetap memakan nasi goreng nya walau pun perhatiannya tetap ia berikan pada Seno, sedangkan yang di perhatikan menatap fokus pada buburnya. Pagi ini, menu makan Seno berbeda karena Mahesa yang memintanya, badan Seno agak panas setelah jatuh tadi makanya langsung segera di kusuk takut semakin naik panas nya, jadi lah ia meminta Bi Rima membuatkan bubur untuk Seno.

Melihat dunia luarWhere stories live. Discover now