Chapter 31

709 63 2
                                    

Satu ⭐ darimu sangat berarti untukku
Happy reading 🤗

Anehnya sejak hari itu Aurissa melarang Eldern untuk menjemputnya pulang, pagi berikutnyapun pria itu tak lagi menunggunya di depan apartmen, hanya pesan-pesan saja yang masuk dengan permintaan maaf kalau dia sedang sangat sibuk, hari itupun Eldern hanya menggenggam tangannya tanpa banyak berbicara seperti biasanya.

"Apakah dia semarah itu melihatku mengobrol dengan Kevin?" Gumam Aurissa gusar.

Tapi dengan jedanya Eldern berada disekitarnya membuat Aurissa bisa berpikir jernih, ia juga khawatir dan takut kehilangan pria itu semarah apapun dia padanya.

Ditengah-tengah kegalauannya, terselip kabar yang membahagiakan untuk dirinya yaitu bab terakhir skripsinya sudah di acc dan dia akan segera mendaftar sidang. Dia juga mendapat kejutan dari Kakaknya yang ternyata sudah pulang dan ada di apartemennya besama sang kakak ipar.

"Kak Ben.... kangen," Aurissa langsung melompat memeluk Ben yang disambut dengan rentangan tangan dari kakaknya itu. "Gimana Eropa? Calon keponakan Caca udah jadi belum?" Godanya.

"Kamu kira kita lagi buat kue bisa jadi secepat itu." Balas kakak iparnya Zelline dari arah dapur. "Sa... makanan dari mama udah kakak masukin kulkas ya, nanti tinggal angetin aja."

"Kalian abis dari Bandung? Emang pulang dari Swiss kapan?" Tanyanya dengan raut bingung.

"Dua hari lalu, langsung disuruh ke Bandung sama Mama Papa."

"Oh ia, bukannya harusnya hari ini ya kalian pulang, kok?"

Ben dan Zelline saling lirik. "Aku ke kamar dulu ya, mau rapihin baju kamu." Zelline berlalu menuju kamar meninggalkan kakak beradik itu untuk berbicara serius.

"Sini deh, kok kamu kurusan sih?" Ben mengelus rambut Aurissa dan merangkul sayang adik perempuan satu-satunya itu.

"Pusing mikirin skripsi," Jawabnya seraya kembali memeluk Ben, bermanja dengannya.

Nyamannya.

"Mikirin skripsi atau mikirin Eldern?"

"Ih.. Ngapain mikirin dia!"

"Kamu lagi berantem sama dia?"

"Enggak tuh." Elaknya.

"Masa sih?" Ben mengusap pelan dahi Aurissa, "Tapi kok disini jelas banget ya kalau adik kakak ini lagi galau."

Aurissa memang tak bisa berbohong pada Ben. "Dia ngasih tau kakak?"

"Tanpa dia kasih tau, kakak bisa selalu tau keadaan kamu."

Aurissa diam, menikmati kehangatannya bersama Ben, sementara pikirannya melayang jauh pada Eldern. "Kalau ada masalah itu cepat diselesaikan, jangan dibiarkan berlarut-larut."

Aurissa mendongak menatap Ben, "Kakak tau?" Yang dibalas anggukan oleh Ben.

"Harusnya kamu mendengar penjelasan dia dulu."

"Kenapa kakak gak pernah ceritain ini ke aku?"

Ben menarik napas pelan mencoba membahas hal serius ini dengan Aurissa, "Itu aib Ca, dan gak ada hubungannya sama kamu."

Extraordinary You Where stories live. Discover now