sama ayang

48 8 0
                                    


Nananana

"Bunda, ane mau sekolah"pinta Jane memelas.

"Ane masih sakit jadi tidak boleh sekolah dulu"ucap jania.jane memanyunkan bibir. Ia ingin sekolah Jane kasihan Alen akan duduk sendiri.

Setelah makan pagi Jane berjalan menuju kamarnya dan berist, itu yang di suruh sama bundanya.

Terkadang Alen bertanya tanya kenapa dengan Alen apakah ada yang di sembunyikan darinya. Jane selalu melihat wajah maupun badan Alen yang terlihat itu memar meski Jane tidak tahu itu memar atau bukan. Jane juga bertanya pada Alen dimana rumahnya, tapi Alen selalu menjawab dengan
"rahasia ,Jane harus mencarinya sendiri"
kata kata itu yang selalu alen katakan. Ia juga heran kenapa Alen tidak pernah membawa uang saku .
apakah Alen miskin?
Pertanyaan itu yang selalu di dalam pikiran Jane.

Tak tau kenapa ia merindukan sosok Zayn saat ini ,ketika ia duduk ataupun berhadapan pasti jantungnya seperti ada gendang hingga jantungnya berdebar. Mungkin kah ia cinta dengan zayn.tapi Jane tidak yakin , Jane harus memastikannya. Jane pernah melihat Alen menangis dan tertawa bersamaan di belakang sekolah.

°°°
°°°
°°°

Pagi yang indah,semua pasti senang dengan pagi. Tapi tidak dengan Alen. Dia tidak suka pagi.

Alen membuka matanya, ia tidak mendapi Maya di tempat tidurnya, mungkin bundanya ada di dapur.

Ia menyandarkan bahunya di pinggiran pintu, Alen melihat jam menunjukkan 05:10 masih ada waktu untuk bersiap ke sekolah.

Ceklek

Pintu terbuka mendapati sosok kakaknya yaitu Aiko, Aiko mendekat ke arah Alen dan duduk di pinggiran tempat tidur. Aiko menatap Alen seksama.

"Di pukul lagi sama papa"tanya Aiko ,Alen tak menjawab. Aiko menghela nafas kasar.

"Kenapa kamu konsumsi obat itu"tanya Aiko lagi. Alen diam tak menjawab,ia bingung harus menjawab apa.

"Jawab Alen"ucap Aiko sedikit kasar.

"Emm itu itu itu buat Alen bisa tenang"jawab Alen gugup.

"Tapi kamu tau kan jika kamu selalu mengkonsumsi obat itu, kamu GK tau efeknya jika kamu minum itu"Aiko sangat marah saat ini.

"Aiko cuma ingin tenang kak" Alen berdiri berhadapan dengan Aiko

"Tapi GK gini caranya Alen, kamu bisa gila karena obat itu"teriak Aiko marah.

"Cara? Caranya gimana lagi Alen kak, kakak gak pernah tau apa yang di rasakan Sama Alen Alen, Alen ,gak tau harus apa kak, Alen bingung. Alen itu berbeda dengan kakak , kakak GK tau rasanya jadi Alen" Aiko menatap sedih Alen .

Alen berdiri meninggalkan Aiko sendiri, ia berjalan menuju kamar mandi, Aiko berjalan mendekat ke arah almari Alen , ia menyiapkan seragam sekolah Alen, Aiko mengeluarkan handphone miliknya dan memainkannya sambil menunggu Alen sudah mandi.

Tak berapa lama Alen keluar dari kamar mandi. Ia berjalan mengambil baju yang sudah di siapkan kakaknya.

"Kakak akan mengantarkan mu"

"Terserah kakak"

Ia mengambil buku di tempat belajarnya dan memasukkan bukunya ke dalam tas.

Di mobil.

"Alen jangan berteman dengan mereka, mereka tidak baik"Alen menatap Aiko heran.

"Kenapa"

"Mereka itu berandal Alen kamu harus tau itu"

"Kakak GK berhak untuk masalah pertemanan alen, mereka mengerti Alen"

"Baiklah"ujar Aiko pasrah .

Ia hanya takut kejadian di mana Alen hampir di perkosa oleh 4 orang pria, waktu itu Alen masih berumur 11 tahun. Untung saja waktu itu Aiko ada di hotel dan berpapasan dengan mereka. Aiko melihat Alen di seret layaknya hewan. Menangis berteriak tapi tak ada yang mau menolongnya.

"JANE & ALEN"Where stories live. Discover now