prolog

37 22 30
                                    

             Seorang gadis kecil yang masih dengan penampilan pakaian seragam, bewarna putih merah, rambut yang di model kelabang menjadi favoritnya setiap hari, yang dihiasi dengan jepitan rambut berbentuk kupu-kupu, ia yang barusaja pulang sekolah, sembari menenteng tas rangselnya, berjalan di pinggir trotoar yang hanya seorang sendiri, dengan mengulum senyum begitu gembira

"VALEN TUNGUUU!"

teriakan itu, membuat sang pemilik nama berhenti dari jalannya, gadis kecil ini langsung menoleh ke arah belakang, ia mendapati seorang bocah lelaki seumurannya, dengan mengenakan pakaian sama persis seperti seragam yang ia kenakan sekarang

"Kenapa?" Buka suara Valen

Bocah lelaki itu, yang sudah berdiri di samping Valen, dengan nafas terengah-engah Karna sehabis menyusulnya

"Pulang bareng sama aku ya?" Ajak bocah lelaki kecil itu

"Boleh gak?" Bocah lelaki ini kembali menanyakan kepada Valen kecil, Karna ingin memastikannya kembali, Karna melihat raut wajah Valen yang meragukan

"Emmm-----boleh!ayo!" Sarkas Valen kecil begitu semangat melenggang pergi mendahului bocah lelaki di depannya itu

Karna melihat Valen yang menanggapinya, bocah lelaki ini langsung menyusul melenngang pergi, ia langsung menyambar telapak tangan Valen untuk ia genggam, sembari berjalan

Menikmati angin udara ibu kota. Canda tawa bersama mereka berdua alami, seakan tanpa ada kesedihan sedikitpun yang terukir di raut wajah mereka

Padahal di usia mereka sembilan tahun hanyalah waktu bermain, walaupun sudah gempar gempurnya cinta monyet, tanpa membawa perasaan yang sesungguhnya

Hingga pada akhirnya hanya butuh waktu dua menit untuk hampir sampai di depan rumah Valen

Dengan pengheliatan dari jarak lima centimeter mereka berdua dapat melihat , seorang lelaki dengan pakain jas rapi, dia adalah ayah dari bocah laki laki tersebut

Lelaki itu sedang berdiri di depan rumah pagar hitam yang juga ada Sania, ibu dari Valen, entah apa yang telah di bacarakan dengan kedua orang tua mereka

Kedua bocah ini saling bertanya tanya di dalam hati mereka masing masing

"Papa, mau kemana" tanya bocah laki laki itu yang baru saja sampai di depan rumah Valen

"Ayo kita pulang!" Tukas Devan seorang ayah dari anak laki-laki ini, sembari menarik pergelangan tangan putranya

Sedangkan Valen terlebih dahulu di tarik paksa oleh mamanya, agar menjauh dari lelaki di hadapannya

"Gak mau! Aku mau main sama Valen dulu!" Bantah boca lelaki ini ,yang tidak mau menuruti perkataan Devan

"Nanti kamu punya teman baru di sana!"

"Aku gak mau! Valen itu sahabat aku pa! Kalau aku pergi, Valen juga ikut!"

"ASKARA JANGAN BANTAH PAPA!" emosi Devan yang usdah tidak bisa ia tahan, Karna askara yang terus membantahnya

"Devan lebih baik kamu cepat pergi sama anak kamu" saut Sania, yang sudah muak

"MAMA JAHAT! MAMA GAK BOLEH USIR ASKARA! ASKARA GAK BOLEH PERGI!" Tukas Valen kecil yang tidak terima ucapan mamanya mengusir sahabatnya itu

"dia gak baik buat kamu Valen!ASKARA ITU NAKAL!"

"ENGGAKK! ASKARA ITU ORANG BAIKK!" bantah Valen kecil kedua matanya yang sudah mulai menurunkan cairan bening, hatinya begitu terasa sakit Karna kalimat yang terlontar dari mulut mamanya

"Valen jangan nangis, Valen gak boleh sedih, kara gak papa kok, askara emang nakal, biasanya aku yang sering ngajak kamu makan jajan sembarangan sampai kamu sakit, makannya mama kamj gak bolehin main sama aku" sarkas askara begitu lembut tutur katanya, yang ia ucapkan di depan gadis itu, untuk menenangkannya

"ENGG--AKK, ASKA--RAA! KAM--U GAK B--OLEH PER-GI!" isakan tangis gadis ini begitu mengungkapkan dari lubuk hatinya

"Ini buat kamu, tadi waktu di sekolah aku belum sempet ngasihin ke kamu" ucap askara. Sembari tangan kanannya menyodorkan sebuah kotak berukuran sedang, bewarna coklat dengan hiasan pita bewarna hitam di atasnya

Karna melihat itu membuat Valen kecil menerima kotak tersebut dari tangan askara

"Nanti kalo kamu udah besar, jangan lupa di pakekya, aku yakin besok kamu akan lebih cantik!

Lanjut askara yang berusaha menenangkan Valen " udahhh, jangan nangis okey! Nanti cantiknya hilang Lo!" Sembari jari jemari lentik askara memgusap airmata Valen yang baru saja mengalir di pipinya

Entah gadis kecil ini begitu terisak dalam tangisannya, bagaimana tidak selama lima tahun, askara lah yang menjadi teman sekaligus sahabat terbaiknya, walaupun tanpa persetujuan dari keluarga mereka berdua, pada akhirnya perpisahan ini lah yang menjadi akhir dari cerita kecil mereka berdua


AGRALEN[On Going]Where stories live. Discover now