Bab 6

2.2K 238 40
                                    

Kaiser tidak tahu jika berjalan di belakang Yoichi dapat mengaduk perasaannya sedemikian rupa.  Terkadang alisnya akan menukik tajam kala omega-nya di tatapi banyak laki-laki. Ingin rasanya Kaiser berteriak bahwa Yoichi adalah -klaim sepihak- miliknya. Sialan padahal dia yakin scent manis itu sudah tertutupi aroma alpha miliknya. Tapi tetap saja ada satu dua orang yang jelalatan. Yoichi memang terlalu cantik untuk dilewatkan.

Sang pemuda terus melangkah mengikuti jejak yang ditinggalkan yang lebih muda. Kaiser ingin sekali menggenggam tangan mungil itu tapi nyalinya ciut sekarang. Sehari setelah dia melakukan scenting dadakan Yoichi seolah memberi jarak. Sepertinya dia marah.

Kadang Kaiser berfikir apakah kesalahannya memang sefatal itu? Ya dia akui ini memang salahnya, tapi hei tidak tahukah Yoichi bahwa ini diluar kendalinya?

"Yoichi hei aku minta maaf okay? "

Yoichi menghentikan langkahnya lalu berbalik "Kau ah! Kau membuatku sakit kepala, berhenti mengikuti ku" Marahnya.

Kaiser menggaruk kepalanya, ya lagi-lagi dia terbawa suasana. Wajar saja karena alpha memang ingin dekat dengan omega-nya kan? Rasanya dia ingin terus mengikuti langkah kaki jenjang itu kemanapun, dia takut kalau berpaling satu detik saja Yoichi hilang dari penglihatannya.

"Aku akan berhenti kalau kau mau memaafkan ku"

Bibir mungil itu berkerut ke bawah, Kaiser benar-benar membuatnya pusing. Kemarin dia membuat seisi rumahnya heboh karena Yoichi habis mendapat klaim Alpha. Bahkan sang nyonya sampai pingsan dadakan, Yoichi masih ingat jelas sepupunya Reo terbang dari Amerika menggunakan jet pribadi hanya karena Yoichi bau feromon alpha.

"Aku senang sekali, aku takut Yoichi-sama memilih jadi bujang lapuk sampai tua nanti"

Sialan!

Mengingat kalimat menyebalkan yang Hiori katakan membuatnya semakin kesal!

Belum lagi sejak malam dia tidak bisa tidur karena terus memikirkan Kaiser. Seperti sekarang sosok berbadan tegap itu semakin terlihat mempesona. Tampan. Dengan senyum dan wajah cerianya yang selalu membuatnya berdebar AARRGGH! Gila! Dia pasti gila. Yoichi menggeleng pelan.

Melihat hal itu membuat Kaiser merasa bersalah, dia mengangkat tangannya dan mendaratkan telapak tangan hangatnya ke pipi si omega "Yoichi, maafkan aku ya? " Ucapnya tulus.

Yoichi membeku, lagi-lagi otak dan tubuhnya tidak bisa diajak bekerja sama.
Detik berikutnya saat dia merasakan sentuhan tepat di pipinya—membuat suhu tubuhnya naik beberapa derajat. "Hei kau demam??! " Panik Kaiser.

"Tidak! Aku baik-baik saja. Lagian a-aku tidak bilang marah padamu kan? Itu kau yang seenaknya menyimpulkan"

"Benarkah? Hahaha aku kira kau marah padaku"

"Hei lihat! Itu kak Kaiser sedang tertawa! "

"Mana?! Kyaaa tampan sekali! "

Yoichi mendengar bisik-bisik siswi di lorong. Tangannya yang masih membawa lembar portofolio dia angkat untuk menutupi wajah alpha-nya. Yoichi menatap dua gadis tadi sinis, dia bahkan tidak sadar dengan apa yang dilakukannya sekarang. Tapi sekilas saja orang-orang bisa tahu kalau omega manis itu sedang cemburu.

"Kenapa? " Tanya Kaiser heran, dia mengambil kertas di tangan Yoichi dan membolak-baliknya.

"Bukan apa-apa! Ayo pergi, aku merasa kalau orang-orang disini mulai menyebalkan" Ajak Yoichi meraih tangan Kaiser, ekspresinya mirip seperti anak kecil tengah minta dibelikan sesuatu. Kaiser terperangah, Yoichi menyentuh tangannya duluan? Meski sepele, tapi baginya memiliki arti luar biasa. Tanpa sadar dia menggigit bibir dalamnya gemas.

✔[ Kiis ] CupidWhere stories live. Discover now