03 ; Balapan

236 16 0
                                    

Hari sudah sangat malam, Amar berhasil keluar tanpa sepengetahuan orang rumah dan segera pergi ke arena balap.

Di sana ke empat temannya sudah menunggu, selain Tama mereka dalam formasi lengkap.

Tidak usah kaget dengan Sadam yang tiba-tiba datang, karena laki-laki itu bukan tipe yang suka nimbrung di group dia akan langsung berangkat jika ada wacana.

Arena balap liar malam itu belum terlalu ramai, mengingat waktu masih menunjukkan pukul 10 mereka masih harus menunggu dua jam lagi untuk pertunjukan.

Sementara menunggu tempat itu mereka berbincang di pinggiran jalan, semua mata menuju pada mereka apa lagi para gadis-gadis berpakaian minim dan berwajah abu-abu, mereka dengan liar menatap Amar penuh nafsu.

Lama mengobrol sambil menikmati sebatang rokok beberapa gerombolan laki-laki menghampiri mereka.

Motor ninja dengan paduan warna merah hitam terhenti, laki-laki tampan berambut klimis terpampang jelas di depan wajah Amar, nampak mencari seorang laki-laki lain diantara kelimanya.

"Mana si Tama?" Ketusnya melihat laki-laki yang dimaksud tidak ada dalam barisan itu.

"Ga ada, sama gua aja Lo malam ini." Jawab Amar tak kalah ketus, laki-laki itu mematikan rokok di tangannya melangkah lebih dekat ke arah Abi.

"Ngga bisa dong, gua kan ada masalahnya sama Tama ngapa jadi Lo yang maju." Bantah Abi.

"Takut Lo?" Tantang Amar semakin gencar.

Abi membuang muka "mimpi."

Balapan pun di mulai, saat sempat tertunda 2 jam lamanya, arena sudah sangat ramai mereka sudah mulai pasang taruhan siapa yang akan menang malam ini.

Sampai motor melaju mereka bersorak gembira, laju motor yang begitu cepat deru mesin yang cepat hilang dan persaingan sengit antara dua manusia itu terasa mencekam malam itu.

Balapan berlangsung cukup singkat dengan Amar yang pasti memenangkan pertandingan malam ini maka uang sepuluh juta berada di tangannya.

Amar yang sudah turun dari motornya menatap Abi yang baru menyentuh garis finish menatap laki-laki itu remeh mengundang erangan kesal dari laki-laki klimis itu.

Dengan emosi ia melangkah dan hendak mencekik leher Amar beruntung di tampik dengan Bogeman ke arah pipi kanan.

"Lain kali temen Lo yang harus maju kontol." Geramnya kesal

Amar mengangkat satu sudut bibirnya makin menatap Abi remeh "kenapa kapok Lo kalah sama gua 3 kali?"

"Kontol, temen Lo noh banci! ngga berani lawan gua Lo?!" Abi makin gencar mengundang emosi Amar.

Amar hendak kembali melayangkan pukulannya namun seseorang berteriak "woy polisi woy." Membubarkan kerumunan.

Masa berhamburan tidak ada yang tau mereka pergi kemana namun selama sirine polisi tidak tertangkap oleh indra pendengaran mereka berarti mereka aman.

Sama dengan Amar yang memilih bersembunyi di rumah Sadam setelah tidak tahu harus kemana ia pulang dia tidak mau dipukuli sampai mati karena besok dia harus tetap memimpin untuk anak ultras menyemangati tim basket.

Rumah Sadam terletak di tengah-tengah kepadatan kota minimalis dan hanya terdapat dua lantai. "Selamat datang tuan muda Amar maaf ya tidak se mewah dan se Megah rumah mu yang di pondok indah itu."

Amar menampar belakang kepala Sadam, meski benar rumah itu tidak sebesar miliknya namun itu tetap termasuk megah dengan disain yang minimalis.

Orang tua Sadam berbeda dengan Amar orang tua laki-laki itu sibuk bekerja di negri orang sampai melupakan anak paling sulungnya yang tertinggal di tanah air.

Malam itu mereka habiskan dengan tidur, karena lelah Amar memilih tidur di sofa ruang tamu sementara Sadam di kamarnya.

***

Pagi menyapa Sekar sudah keluar dari kamarnya dengan wangi manis parfum dari sekujur tubuhnya.

Seorang perempuan berjilbab dan berdaster yang tengah menonton drama di tv beralih pandangannya pada Sekar dengan penasaran dia menghampiri Sekar.

"Pagi pagi hari Minggu udah cantik tumben kamu, mau kemana?" Tanya wanita itu menatap penampilan Sekar yang terlihat segar hari ini.

Sekar tersenyum ceria wajah manisnya begitu lucu dengan tambahan outfit girly yang cocok dipadukan dengan dirinya.

Dress bunga-bunga menutupi tubuhnya, rambut yang selalu di kuncir kini dia biarkan tergerai indah wajah manisnya yang sudah di tutupi makeup membuatnya terkesan makin feminim.

"Ih Sekar kan udah bilang, Sekar mau nonton basket." Ujarnya lucu

Sang ibu menatapnya tak percaya "mana ada orang mau nonton basket pake dress, kaya mau kondangan aja."

Sekar berdecak malas "lucu tau Mak liat nih bunga bunganya lucu."

Sang ibu menghela kesal "mau nonton basket apa mau ngebet yang main itu?"

Sekar tersenyum malu "dua duanya Mak."

"Kan Mak udah bilang kalo kamu kesana sendiri ngga boleh, Mas Hendra juga katanya mau ada proker" omelnya tak terhenti

"Siapa bilang Sekar mau sama Mas Hendra." Gadis itu menungging kan senyuman "Sekar sama mas Leo tau."

Nampaknya wanita di depan Sekar hendak kembali memberikan Omelan panjang lebar namun sebuah klakson motor menghentikan niatnya "tuh mas Leo udah di depan, dadah emak." Sekar tersenyum girang dia segera menyalami sang ibu lalu berlari keluar.

"Jangan sore sore pulangnya! Kamu masih anak gadis, inget!" Teriaknya hanya di tanggapi anggukan dari Sekar.

Di depan Sekar bisa melihat Leo dan kakak sepupunya Hendra tengah berbincang sejenak, meski tergolong orang baru tapi Hendra sudah dekat dengan Leo.

"Mas misi dong nanti Sekar ketinggalan." Sela Sekar diantara pembicaraan keduanya.

"Bocil kasmaran pengen banget ketemu cowoknya, nanti kalo udah jadi dia yang harus antar jemput kamu." Usir seorang laki-laki bernama Hendra yang sudah rapi dengan kemeja dan helm Cargloss di kepalanya yang belum di copot.

"Ih mas Hendra ngga mau nganterin aku lagi?" Ucapnya sedih.

"Udah udah, sana! tadi katanya nanti ketinggalan, sana sana!" Usirnya sambil mendorong Sekar mendekat ke arah Leo.

"Mas, Leo duluan ya mas." Pamit Leo.

Laki-laki itu langsung menuju motor matic miliknya diikuti Sekar yang juga membonceng di belakang.

Mereka melaju dengan santai perjalanan diramaikan dengan Sekar yang menyenandungkan lagu-lagu Korea, meski tidak fasih berbahasa Korea Sekar masih bisa menyanyikan lagu itu dengan sempurna.

"Kita langsung ke GOR aja Kar?" Tanya Leo di saat satu lagu selesai Sekar nyanyikan.

"Iya mas, yang di sekolah anak-anak ultras aku ngga kenal mereka." Jelas Sekar

"Amar? Dia temen SMP kamu kan?"

Sekar mengangguk, meski Leo membelakangi Sekar dia bisa merasakan Sekar menggeleng kecil di belakang "masa sama Amar doang, nanti aku di gosipin yang engga engga lagi."

Leo paham dia memang sering mendengar gosip tentang Sekar yang mengejar Amar dan Leo sekaligus, gosip itu sudah bukan lagi rahasia Leo sudah tau seluk-beluk gosip aneh itu.

TBC.

Stay in the middle like you a little~~

Sabar ya yang mau liat mereka deket deket wkwk

Bukan cinta segitiga [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang