13 ; Bingung

102 8 0
                                    

[⚠️chapter ini mungkin kebanyakan narasi⚠️]

Tak lama nyatanya waktu berlalu cukup cepat dua minggu lagi mereka akan menghadapi ujian tengah semester ganjil membuat beberapa murid makin giat belajar.

Hal ini juga Amar rasakan, sang ayah makin memaksa Leo untuk bisa membantu Amar mendapatkan nilai sempurna di ujiannya kali ini.

Amar mau tak mau juga harus ikut berjuang dia tidak ingin Leo di berhentikan mengajarnya, dia ingin Leo terus bersamanya.

Hari di luar hujan Leo baru saja pulang Amar membuka ponselnya menanyakan apakah Leo sudah sampai, namun belum ada jawaban tanpa Sadar Amar terus menunggu jawaban Leo yang membuatnya gelisah, apakah ada sesuatu yang terjadi di jalan? atau apakah Leo sengaja tidak menjawabnya?

Amar merasa aneh Leo belum menjawab chat miliknya lebih dari 3 detik namun dia sudah kalang kabut tidak karuan dia mencoba menghela nafas menenangkan diri sendiri ia akhirnya memilih membuka situs lain.

Amar memilih mencari informasi tentang pertandingan sepakbola yang akan dilakukan beberapa hari lagi namun tiba-tiba situs berjudul kan "are you not sure about your sexuality?" malah menarik perhatiannya.

Jempolnya ia bawa untuk mengklik web yang ternyata berisi beberapa pertanyaan lima menit Amar mengisi pertanyaan itu tanpa sadar dia bahkan mengabaikan beberapa notifikasi lain dan hanya fokus ke kuis itu.

Setelah berada di penghujung pertanyaan ia sedikit gemetaran untuk mengetahui hasilnya ia takut, ia selalu melabeli dirinya sendiri sebagai seorang yang 'normal' lurus dan tanpa celah namun ketika menghadapi hal seperti ini Amar mulai mempertanyakan apa sexuality dirinya.

Amar mengumpulkan keberaniannya sampai akhirnya keluarlah hasil dari kuis itu, sang kuis mengidentifikasikan Amar sebagai seorang Biseksual, membuat Amar malah semakin bingung, maksudnya dia bisa mencintai 2 gender sekaligus? tapi bagaimana caranya?

Amar merasa bingung dan gelisah ia tidak tahu apa yang harus dia lakukan namun ia tidak mau terlalu percaya akan hal seperti itu berfikir bahwa perasaannya pada Leo hanyalah sebuah hal yang normal.

×××

Meski sekarang sudah menunjukkan hari Sabtu yang dimana harusnya para murid beristirahat di rumah tidak dengan anggota paskibra, dan osis mereka memanfaatkan hari itu untuk melakukan pelantikan agar hari senin mereka bisa melakukan serah terima jabatan yang selanjutnya akan disusul pramuka di hari yang sama.

Sama dengan Leo dia ikut kegiatan itu dengan senang hati sebagai pengurus, meski pekerjaannya tidak se berat saat ia kelas 11 setidaknya hadir dan menonton kegiatan itu juga menyenangkan untuknya.

Karena dibarengi dengan anggota paskibra mereka harus bergantian dan pintar dalam mengatur jadwal tempat dan waktu seperti sekarang aula sudah selesai digunakan anggota paskibra sudah saatnya anggota osis ingin memakainya.

Leo kali ini sudah bersiap di atas panggung aula dia tidak hanya duduk dan diam mendengarkan materi kini ia di tunjuk untuk menjadi moderator ia sudah siap dengan almamater osis tercintanya sementara anggota osis lain masih mencoba berdesakan masuk bergantian dengan anggota paskibra yang juga ingin keluar.

di antara banyaknya anggota paskibra Leo bisa melihat Sekar, gadis itu nampak tegas dengan rambut yang di kuncir tegak dengan topi menutupi bagian atas kepalanya hanya saja wajah malasnya belum hilang, semenjak kejadian pasca kehilangan kesempatan lomba itu Sekar menjadi sensitif dan sungkan dengan paskibra entah kenapa.

Setelah semua anggota duduk dan mendapatkan beberapa briefing Leo memulai materi dengan pembukaan yang khas seorang MC.

materi tentang kepemimpinan itu dibawakan sekitar 30 menit dengan sesi tanya jawab dan lain-lainnya Leo berdiri di atas panggung tanpa sadar seorang laki-laki dengan pakaian serba putih sedang menatapnya.

Di luar aula para anggota Karate melakukan latihan rutinnya di hari sabtu begitu juga dengan Amar yang kini sedang membantu adik kelas melakukan sit up.

"woy!" Tegur Ruhut coach karate yang  sudah Amar anggap sebagai orang tua keduanya di sekolah.

Pria dengan tubuh yang tegap dan masih segar itu nampak tersenyum melihat Amar sibuk mengintip kedalam aula dari tadi "Sukanya kau sama yang di atas panggung itu?" Tanya Ruhut khas orang minang.

Amar berbalik menatap coachnya itu nampak tak percaya apakah se ketara itu? "Ngga coach, lagi liat aja anggota osis mana yang mukanya sok alim." ucapnya bohong.

"alah bohong kali kau ku lihat hidung kau pun sudah bisa itu kau jadikan gantungan saking panjangnya dia kayak pinokio." Ejeknya lalu tertawa.

Amar agak geli sebenarnya candaan seperti itu tidak lucu sama sekali baginya namun jika itu dibarengi dengan tawa coach Ruhut dia mungkin bisa tertawa lebih kencang.

"aku tebak, sebelah kanan itu yang sedang kau incar." ucapnya lalu merangkul bahu Amar.

Tanpa sadar daun telinga Amar mulai memerah tidak pernah ada yang berkata dengan jujur seperti itu tentang sexuality nya itu tanpa rasa malu coach Ruhut adalah yang pertama.

"baiknya dia ku lihat, cepat kau gebet jadikan doi doi itu kau pun sudah dekat kan ku dengar dia guru kau juga."

Amar mengangguk "Coach saya belum seberani itu."

Ruhut tertawa dengan tangan yang masih merangkul Amar dia menggoyangkan tubuh Amar seperti pohon pisang yang enteng "Bawa lah santai dulu tahu aku ini susah buat bocah sekecil kau ini, apapun jalan yang kau mau ambil pastikan itu yang terbaik untuk dirimu sendiri."

Mendengar ucapan itu Amar langsung mengerti dia mulai paham jalan takdir di depannya mungkin masih kabur namun berusaha mendapatkan apa yang memang dia inginkan juga sebuah cara untuk melanjutkan perjalanan hidup.

Masalah bagaimana orang akan menatapnya nanti itu urusan nanti urusan yang harus dia hadapi sekarang adalah bahwa dia sudah mengetahui dirinya sendiri apa seksualitasnya dan apa yang harus dia lakukan untuk mendapatkan seseorang yang begitu ia cinta dan damba.

Amar tidak boleh bingung terhadap dirinya sendiri lagi Amar harus tau kemana tubuhnya akan membawa ia pergi.

Tbc

Bukan cinta segitiga [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang