CHAPTER 16

1.2K 45 0
                                    

Reina kini sudah berada di perkarangan rumahnya, setelah tadi diantarkan Farel. Ia mulai memasuki rumah dengan langkah sedikit berlari, karena ia berniat menghindari mamanya yang tentu akan marah karena tau ia telah bolos seharian dari sekolah.

Namun disaat ia baru melangkahkan kakinya di anak tangga, suara familiar dari seseorang menghentikan langkah nya.

"Sudah bolos dari sekolah, pulang nya sudah jam segini. Mau jadi apa kamu? Hah!" teriak Risa, yang kini sudah berada di hadapan Reina.

"Reina dari rumah teman," jawab Reina.

"Kamu mau jadi apa kalo selalu bolos dan keliuran nggak jelas, hah! Kamu itu anak dari keluarga Dirgantara, jadi jaga sedikit kelakuan kamu."

"Tenang aja, saya nggak akan ngelakuin hal yang bisa mengakibatkan nama baik papa saya menjadi tercemar."

"Kamu ingat ya, kamu masih bergantung kepada saya. Jadi jaga sikap kamu kepada saya sebagai mama kamu," kata Risa.

"Saya bergantung kepada papa saya bukan ke anda, 'mama'," ucap Reina dengan menekan kata 'mama'.

Plak!

Karena tidak bisa mengendalikan emosinya, dengan refleks Risa menampar pipi mulus Reina.

"Mama jahat, Reina benci sama mama!" teriak Reina dan langsung berlari menaiki gundukan anak tangga menuju kamarnya.

Air mata Reina terus mengelir dari pelupuk matanya. Ia langsung mengunci rapat-rapat pintu kamarnya dan menangis sambil memeluk lututnya.

Bayangkan saja, bagaimana rasanya dimaki dan ditampar oleh ibu kita sendiri. Orang yang harusnya menjadi tempat untuk kita mencurahkan segala keluhan kita yang tidak bisa untuk kita ungkapkan kepada orang lain. Tempat dimana kita harusnya mendapat kasih sayang yang melimpah yang tak dapat kita dapat dari orang lain.

**********

Kini malam sudah menggantikan suasana sore yang sangat menyedihkan bagi Reina. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tapi Reina masih setia dengan posisinya sekarang, walaupun sudah sering ia mendapat perlakuan seperti itu dari Risa, namun hari ini adalah yang pertama kali bagi Reina ditampar oleh Risa.

Dulu sebelum tragedi menyakitkan itu terjadi. Risa sangat menyayangi Reina dibandingkan dua saudara nya yang lain, karena memang diantara ketiga bersaudara hanya Reina yang perempuan. Jadi Risa sangat menyayangi putri nya itu. Namun semenjak hari dimana petaka itu terjadi semuanya berubah. Risa yang awalnya sangat menyayangi Reina, putri bungsunya itu berubah menjadi membenci Reina dan tanpa ia sadari kebenciannya menyakiti mental dan juga hati Reina.

"Reina kangen mama yang dulu. Andai mama tau, Reina mau gantiin posisi dia. Reina rela kalo Reina yang pergi asal mama jangan benci sama Reina," lirih Reina.

Disela-sela ia menangis, Reina mendengar suara seseorang yang sedang berada di balkon kamarnya dan berusaha membuka pintu balkon kamarnya. Karena keadaan kamar yang memang gelap, mengakibatkan Reina tidak bisa melihat siapa yang berada di balkon kamarnya.

Di benaknya. Ia pikir itu adalah maling yang berusaha untuk masuk ke kamarnya. Dengan sedikit takut Reina meraih raket yang ada di dekat nya. Bagaimana tidak, ruang kamarnya merupakan ruangan kedap suara. Jadi orang yang ada di luar tidak dapat mendengar dirinya walaupun ia berteriak sekalipun.

Dengan sedikit ragu, Reina mulai mendekati arah suara dengan raket yang selalu ia genggam. Saat orang tersebut baru berhasil membuka pintu balkon. Reina langsung memukul orang tersebut dengan raket yang ada ditangannya.

Bugh!
Bugh!
Bugh!

"Rasain lo! Jangan berani maling di kamar gue lo," ucap Reina seraya memukul orang tersebut.

Bugh!

"Awws! Rein, ampun jangan pukul gue dong," ucap orang tersebut.

"Siapa lo? Jawab sekarang!"

Bugh!
Bugh!

"Awws! Gimana gue mau jawab kalo lo terus pukul gue kayak gini sih. Gue Farel Reina," ucap orang tersebut yang tak lain adalah Farel.

Reina langsung berhenti memukul orang tersebut. Ia langsung berjalan ke arah saklar lampu dan menyalakan lampu kamarnya.

"Ngapain lo malam-malam ke rumah gue? Mana kayak maling lagi," ucap Reina.

"Gue kangen sama lo, jadi gue datang kesini," jawab Farel.

"Hedehh, gombal aja terus," cibir Reina.

"Gue nggak gom---," ucap Farel terpotong saat ia melihat mata Reina yang sedikit membengkak karena menangis.

Gimana nggak bengkak matanya Reina. Dia saja menangis beberapa jam.

"Lo habis nangis?" tanya Farel dan tatapannya mengarah kepada pipi Reina yang masih memerah akibat tamparan Risa tadi.

"Gu-e nggak apa-apa kok Rel," kelak Reina.

"Lo nggak usah bohong sama gue Rei. Sekarang gue pacar lo, jadi lo bisa cerita semua masalah lo ke gue. Gue siap jadi sandaran lo," ucap Farel.

Reina langsung berhambur ke pelukan Farel, Farel pun membalas pelukan Reina. Reina kembali Menangis dalam dekapan Farel. Farel mengelus surai panjang Reina, walaupun ia tidak tau masalah apa yang sedang dihadapi gadisnya itu. Tapi ia rela menunggu Reina siap untuk menceritakan semua masalah yang dihadapinya kepada dirinya.

"Udah sekarang mending lo istirahat ya," ucap Farel mengurai pelukan nya.

Farel menuntun Reina untuk tidur di king size nya. Setelah itu Farel menarik selimut hingga menutupi tubuh Reina sampai bagian lehernya.

"Tidur ya," ucap Farel.

Reina yang memang sudah lelah karena terlalu banyak menangis ahirnya terlelap. Farel menatap Reina dengan tatapan sendu. Ingin sekali ia tau apa yang dialami Reina agar ia dapat membantu gadis tersebut. Tapi niat itu ia urungkan, karena jika ia paksa untuk Reina menceritakan semuanya, ia takut jika gadis tersebut akan tertakan dan ia tidak mau hal itu terjadi. Ia rela menunggu Reina sendiri yang menceritakan semuanya.

Walaupun ia tidak tau masalah apa yang sedang dihadapi Reina. Tapi ia berjanji bahwa ia akan berusaha sebisa mungkin untuk membuat gadis tersebut tersenyum.

"Apa pun masalah yang lo hadapin, gue akan tetap ada disamping lo," ucap Farel.

Cup!

Farel mencium kening Reina sekilas, setelah itu ia langsung pergi ke arah balkon dan keluar dari rumah tersebut.

Next

#Acc_min

BAD BOY VS BAD GIRL (Selesai)Where stories live. Discover now