BAB 1

5 2 0
                                    

BAB 1

MENTARI pagi berhasil menembus kaca jendela ruang kelas, memantulkan sinarnya tepat di sela - sela bait tulisan per tulisan dalam setiap halaman buku yang akan dilewatkan oleh pembacanya.

Dashantara Ellagros, membaca dari halaman ke halaman selanjutnya dengan fokus. Ia berniat mendapatkan nilai yang sempurna di ulangan harian matematika kali ini, dan waktunya hanya 15 menit dari sekarang sebelum ulangan itu dimulai.

"Tara, fokus banget lo. Ntar kasi gue nyontek ya, hehe...." Ucapan Mona tersebut berhasil mendapatkan tatapan galak dari Tara. Mona yang melihat respon itu, langsung memasang wajah cengengesan terhadap teman sebangkunya itu.

Tanpa menjawab perkataan Mona tadi, Tara kembali melanjutkan membaca dan memahami rumus matematika di hadapannya. Gurunya pernah berkata bahwa orang yang pintar bermain catur, maka juga akan pintar dalam bidang matematika. Tapi Tara menganggap itu salah, dirinya pintar bermain catur tapi ia tidak mahir dalam pelajaran matematika.

Matematika terlalu sulit untuk dipahami.

"Ra! Raa...," panggil seseorang dari arah samping bangku Tara. Tara dengan sigap menoleh dan memberikan syarat dengan anggukan. Apa maunya.

"Tara, ntar bagi jawabannya ya. Sama temen gak boleh pelit gitu. Lo kan baik, cantik lagi," ucap Leon yang mendongakkan kepalanya dari bangku samping, tepat di samping Tara. Tidak lupa ia menyelipkan pujian terhadap Tara diakhir katanya.

"Gue emang cantik, makasi," jawab Tara ketus.

"Iya lo emang cantik, makanya harus bagi jawaban."

"Iya," sahut Tara yang hanya mencoba menghentikan bualan dari Leon.

"Gitu dong. Ini baru Tara namanya, seneng deh gue punya temen kayak lo." Leon membenarkan posisi duduknya dan tersenyum kearah Tara yang hanya menatapnya dingin.

"Dih! Jahat banget lo Ra sama gue. Tadi gue minta nyontek nggak lo kasi, sekarang giliran si Leon minta malah lo iyain." Mona memasang wajah sedihnya berharap dapat meluluhkan hati Tara.

"Alay! Kan cuma gue iyain doang."

"Tapi gue juga mau di iyain kayak gitu Ra." Lagi-lagi Mona memasang wajah ala anak kecil yang meminta mainan baru ke orang tuanya. Tara meletakkan pulpennya dan berhenti menulis. Ia menatap Mona sekejap
"Monaa!! Lo nyebelin banget tauu gaak!" ucap Tara dengan menekankan nada bicaranya sembari tertawa kecil menggelitiki teman sebangkunya tersebut.

"Emangnya gue pernah gak ngasi lo contekan?" tanya Tara meyakinkan. Mona hanya terkekeh kecil sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Murid-murid di kelas itu sekarang tengah menyibukkan diri untuk membaca dan menghafalkan banyak rumus matematika dihadapannya. Berbeda dengan Dira, Ketua Geng di sekolah itu asik mempercantik dirinya di depan kaca mungil miliknya. Sedikit usapan bedak di pipinya, dan kemudian ia berkata, "sempurna!"

Dira melangkah keluar dari bangkunya. "Rea, minggir! Gue mau keluar," ucapnya kepada teman sebangkunya. Dira berjalan kearah bangku Leon, wanita itu memainkan rambutnya yang pirang dan menyambut Leon dengan hangat. Dengan berniat duduk disebelah Leon, wanita ini tidak segan untuk mengusir Joy dari bangkunya.

"Joy, gue mau duduk disitu. Lo minggir dulu ya."

"Apaan sih lo, rempong amat jadi cewek," ujar Joy yang emosi karena diganggu oleh Dira ketika sedang asik bermain game di ponselnya. Namun Dira sama sekali tidak menghiraukannya.

Love In The MathWhere stories live. Discover now