Story Alifa

Part 12

"Mungkin Tuhan tahu kau butuh dipisahkan terlebih dahulu sebelum kelak dipertemukan kembali dengan versi terbaik, bukan untuk saling mengenal melainkan hanya  untuk saling bertegur sapa" .

Semua hal yang ada di dunia ini memang tidak bisa kita tebak bagaimana akhirnya, sama hal nya seperti sesuatu yang kita mau tidak akan pernah bisa selalu sesuai dengan ekspektasi kita. Karena pusat kendali nya ada pada sang Rabb.

Alifa hanya seorang gadis biasa yang mudah menangis jika memang dalam keadaan sedih.
Orang tua nya baru saja meninggalkan dirinya sendiri di dunia yang sangat mengerikan. Alifa butuh pundak seseorang untuk bersandar tetapi pada akhirnya hanya diri nya sendiri menjadi obat penenang.

Hari ini tepat 2 tahun abah dan bunda nya pergi meninggalkan nya.
Dan hari ini juga bertepatan dengan hari kelulusan nya dri sekolah menengah atas.
Tidak ada yang menarik selama 2 tahun belakangan ini, Alifa menjalani hidup tanpa drama apapun.

Jika kalian bertanya kemana Kahfi?
Alifa pun bingung harus menjawab apa, kahfi bak hilang di telan bumi, entah apa yang terjadi namun ia berfirasat buruk akan hal itu.

Alifa hidup sendiri di sini,Abang nya saat ini melanjutkan bisnis Abah nya yang sempat drop.

••••

"Kamu memperkenalkan dirimu ke semua orang sebagai harapan, semesta berkonspirasi mewujudkannya menjadi sebuah kenyataan. Namun, nampaknya menggapai mu tidak akan pernah menjadi bagian kecilnya"

Malam semakin larut namun sang pemilik mata sayu ini enggan untuk terpejam, entah apa yang terjadi. Perang batin yang dirasakan semakin menghancurkan hati miliknya, selama 2 tahun ini dia harus memendam rasa cinta nya yang amat menyiksa dirinya

"Seharusnya dari dulu aku pendam rasa ini jauh sebelum aku dekat sama kamu".

"Hari ini aku di kecewakan dengan pilihan ku sendiri".

Alifa perempuan manis, pemilik mata indah nan sayu. Dia mungkin tidak secantik perempuan di luar sana tetapi percayalah aura yang terpencar dalam diri bisa saja memikat hati yang tak berpenghuni.

Alifa berjalan pelan menuju meja belajar nya, duduk terdiam namun mata nya tidak sengaja menangkap buku usang yang entah siapa pemiliknya.

"Perasaan aku tidak pernah membeli ataupun punya buku ini. Jadi siapa pemilik nya?". Alifa tampak bingung sembari membolak balik kan buku usang di tangannya.

Karena penasaran Alifa membuka lembar demi lembar dan tak terasa ia hanyut dalam cerita buku usang ini.

Setelah membaca keseluruhan buku tersebut. Alifa menutup lembaran akhir dan bertepatan di detik itu juga air mata nya jatuh di atas lembar akhir.

"Seperti apa hidup itu seharusnya?" bisiknya dalam keheningan malam.

Puluhan teori. Ratusan kesimpulan,jutaan sensasi, miliaran ingatan, triliunan perasaan. Semuanya terjebak di dalam satu jiwa yang ter tuntut untuk menentukan keputusan.

Di titik ini, ia merasa kosong dan tidak ingin memiliki harapan apa-apa. Kehidupan baginya kini terasa seperti aliran air yang entah akan membawanya ke mana. Wajah-wajah yang berkelebatan di dalam pikirannya menimbulkan sebuah teka-teki yang entah bagaimana caranya ia pecahkan.

kalian tau, membaca buku tadi seolah membaca kisah hidup Alifa. Entah kebetulan atau kesengajaan ia tak tau. Tetapi buku itu hampir mirip dalam kisah hidup nya namun tokoh di dalam cerita itu hidup bahagia dengan keluarga yang lengkap. Setelah kepergian kedua orang tua nya Alifa berubah menjadi perempuan pendiam, dia yang dulu nya taat kini sering lalai dalam menjalankan kewajibannya karena ia terkadang masih belum merasa adil karena orang tua nya yang pergi dengan tiba-tiba. Alifa belum mampu mengendalikan emosi yang kian hari membakar jiwa nya.

" Jika boleh aku menggantikan jiwa mu, maka aku bersedia". Ucap Alifa  sembari menggores lengannya dengan pisau. Darah segar merembes membasahi buku usang itu dan cahaya putih meregut jiwa Alifa untuk menuruti permintaan terakhir miliknya. Apakah kisah ibu nya akan terulang dalam hidup Alifa?