Chapter 2 : Pulang

58 25 32
                                    


“Ingat saat kembali kamu harus membawa apa yang sudah kamu janjikan!”

Lucky membantu Alisya membawa tas dan beberapa perlengkapan sebelum naik perahu. Gadis itu mengangguk. Meski sengaja meninggalkan beberapa barang di rumah Bu Mei- ibunda Lucky, tapi tetap saja barang bawaan Alisya melebihi orang mudik saat lebaran.

“Aku akan membawakan semua yang sudah aku sebutkan, kalau Mba Siti sampai menerima cinta Mas Lucky, Mas Lucky harus menepati janji.” Alisya menyipitkan mata, dia menunggu hingga Lucky menjawab ‘iya’ barulah naik dan melambaikan tangan.

“Hati-hati! sampai jumpa lagi.”

Alisya terus melambai, dia mengembuskan napas panjang saat perahu yang ditumpanginya mulai menjauh dari dermaga. Paling cepat dua minggu lagi dia akan kembali ke pulau Lepa, dan paling lambat mungkin sebulan, tergantung arahan dari dosen pembimbingnya. Perahu itu hanya akan membawanya ke dermaga yang jauh lebih besar. Alisya masih harus menempuh delapan belas jam perjalanan dengan sebuah kapal perintis.

Dengan membayar lebih mahal dari penumpang yang lain, Alisya bisa menggunakan kamar yang sebenarnya diperuntukkan untuk kru kapal. Tidak perlu kaget, bukankah hal semacam ini sudah lumrah terjadi di negara kita? Alisya mau membayar lebih demi kenyamanan, delapan belas jam bukan waktu yang sebentar, dan bagi gadis dengan latar belakang keluarga seperti dirinya, sebenarnya hal ini di luar nalar. Namun, Alisya tetap bahagia, mengaburkan sejenak latar belakang dan membaur dengan penduduk pulau Lepa membuatnya sangat bahagia.

**

Sementara itu, dengan mode transportasi yang berbeda. Sky memutuskan kembali ke Indonesia. Setelah beberapa minggu terbebani dengan masalah yang menimpa, pria itu memutuskan untuk hiatus dari dunia hiburan. Sky tak peduli dengan banyaknya kompensasi yang harus dibayarkan untuk pembatalan kontraknya. Ia hanya ingin tenang, dia merasa sangat berdosa karena satu orang tak bersalah memutuskan mengakhiri hidup karena kasus ini.

Mata Sky terus menatap ke luar jendela pesawat, dia termenung memikirkan reaksi maminya nanti. Jojo- sang mami pasti akan langsung memarahinya, belum juga omelan dari Embun – kakaknya. Juga Axel, pria yang menjadi panutannya selama ini.

Sky menyandarkan punggung, jika ada tempat yang bisa dia kunjungi untuk melarikan diri. Ia pasti akan lebih memilih pergi ke sana. Sky masih larut dalam pikirannya, hingga sebuah pamflet yang tersemat di belakang sandaran kursi penumpang, yang berada tepat di depannya membuat pria itu penasaran.

“Lepa?” gumamnya saat melihat sebuah nama pulau yang tercantum di sana. Sebuah pulau yang pernah didatangi oleh salah satu organisasi lingkungan terbesar di dunia.

Sky pun tak bisa menghapus nama pulau itu begitu saja dari otak. Setelah pesawat yang ditumpangi mendarat, dia tidak langsung menuju ke rumah orangtuanya. Sky memang tidak memberitahu kepulangannya dari Australia, pria itu memilih untuk menginap di sebuah hotel.

Duduk di tepian ranjang sambil memegang ponsel, Sky mencari informasi tentang pulau bernama Lepa itu. Ia membaca setiap artikel dengan cermat bahkan sampai terbawa mimpi. Sky sedang duduk menikmati pemandangan pantai dengan seorang gadis cantik, jika saja panggilan dari Brian tidak mengejutkan dan membuatnya bangun.

“Apa kamu sudah sampai?” tanya Brian.

“Sudah, tapi aku belum pulang ke rumah orangtuaku, aku masih ingin tinggal di hotel, tidak mau membawa virus karena aku punya keponakan yang lucu,” sahut Sky sambil mengusap matanya yang masih mengantuk.

“Brian, bisakah kamu mencarikanku helikopter?” pinta Sky tiba-tiba.

“Heli? Untuk apa?”

“Aku ingin pergi ke suatu tempat,” jawab Sky yang sepertinya sudah jatuh hati ke pulau eksotis itu.

**
Dengan membawa beberapa barang, lusanya Sky berangkat menggunakan helikopter setelah kemarin seharian hanya berdiam diri di kamar. Ia memandang ke luar jendela dan melamun, sampai pilot mengajaknya berbicara.

“Apa Anda tahu bahwa di pulau itu listrik hanya menyala beberapa jam saja? Anda juga tidak akan mendapat sinyal di sana,” ujar si pilot.

“Memang itu yang aku cari, ketenangan.” Sky menjawab singkat. “Aku sudah memesan layanan untuk menjemput kembali, aku juga tidak berniat selamanya tinggal di sana. Aku hanya penasaran, ada yang aneh. Sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan menarikku,” imbuh Sky.

Sang pilot tersenyum sebelum bertanya, “Apa Anda sudah mengenal salah satu penduduk di pulau itu?”

“Ya, sudah ada yang menungguku.” Sky menyandarkan punggung, dia benar-benar takjub dengan pemandangan di bawah sana.

**

“Alisya sudah pulang?” tanya Siti ke Lucky yang menemaninya naik ke atas sebuah bukit yang ada di pulau Lepa. Gadis manis itu mengangkat ponsel miliknya tinggi-tinggi ke udara.

“Kamu sedang menunggu panggilan atau pesan dari siapa?”

Lucky merasa tidak suka, dia menganggap Siti hanya mencarinya saat dibutuhkan. Namun, cinta itu buta. Meski begitu tetap saja rasa yang bergejolak di dada tidak bisa ditepis. Lucky akan melakukan segalanya demi Siti tercinta.

“Kamu tahu bisnis Ayahku, kan? kemarin ada orang dari kota yang bilang akan datang ke sini,” jawab Gadis berjilbab merah muda itu.

“Menerima wisatawan? Apa benar Pak Leman ingin mengomersialkan pulau ini?”

Meski tidak begitu peduli dengan Lepa, tapi Lucky ingat dengan jelas bahwa almarhum bapaknya berpesan untuk menjaga kealamian pulau. Seperti kata Alisya, jika harus menerima wisatawan mereka harus memperhatikan dampaknya terhadap kelestarian alam, jika sampai pulau Lepa rusak mereka juga akan merugi nantinya.

“Apa dia datang untuk melihat penyu?” tanya Lucky lagi.

“Tidak tahu, tapi aku yakin dia pasti kaya karena dia naik helikopter ke sini,” jawab Siti dengan senyuman lebar. “Dia juga menyewa seluruh pondok keluargaku, jadi kami akan pindah ke pondok nenek untuk sementara waktu,” imbuhnya.

Lucky hanya mendengarkan celotehan Siti, hingga memilih untuk membantu gadis itu mencari sinyal. Ia naik ke atas sebuah batu besar setelah menyambar ponsel Siti. Tak lama, beberapa notifikasi pun masuk ke ponsel diiringi raut muka Siti yang kegirangan.

“Kamu memang bisa diandalkan,” puji Siti ke Lucky. Gadis itu lantas membaca pesan yang ternyata berasal dari Sky.

Sky mengabari bahwa dia sudah berangkat dan meminta disambut saat helikopternya mendarat nanti. Ia juga minta disiapkan makanan yang paling enak.

“Berapa yang akan ke sini?” Lucky yang penasaran sampai tak tahan menunggu Siti selesai membalas dan langsung bertanya.

“Hanya satu orang, namanya Sky. Bagus ya namanya. Aku penasaran bagaimana tampangnya.”

“Bukankah kita pernah bersekolah di kota? Seharusnya kamu sudah bisa membayangkan bagaimana tampangnya.” Lucky memperlihatkan ketidaksukaan. Pemuda itu membuang muka ke arah laut.

“Itu sudah bertahun-tahun yang lalu, perasaanku mengatakan dia keren, pasti berbeda karena dia berasal dari ibu kota, seperti Alisya,” ujar Siti.

Jika memperkirakan jarak tempuh, seharusnya Sky akan tiba sebentar lagi. Siti pun berjalan menuruni bukit meninggalkan Lucky. Gadis itu ingin cepat-cepat memberitahu ibunya untuk menyiapkan makanan seperti yang diminta oleh Sky.

“Lucky, panjatkan kelapa untukku!” pinta Siti.

“Untukmu atau untuk tamu itu?”

Gadis Penyu Pulau LepaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang