Chapter 10 : Ternyata Selebriti

37 18 37
                                    


“Apa yang kamu lakukan?”

Sky menahan pukulan ranting dari Alisya, sungguh tubuhnya bisa-bisa memar karena dihajar secara membabi-buta seperti ini.

Alisya berhenti memukul, memerhatikan siapa pria yang dipukuli dan sempat mengatainya setan. Hingga kedua bola mata Alisya membulat sempurna, baru sadar jika yang terkena amukan ranting sakti pengusir setan ala dirinya adalah Sky.

“Kenapa kamu membuatku kaget, hah? Nggak salah dong kalau aku mukul karena kamu bahkan mengataiku setan,” gerutu Alisya kemudian membuang ranting yang dipegang.

Sky merintih karena kulit lengan dan punggungnya terasa perih. Dia lantas memandang Alisya, gadis imut itu tampak berkacak pinggang.

“Siapa yang ngagetin kamu? Makanya, sebelum bertindak itu lihat dulu orang yang akan kamu serang,” sembur Sky.
Sky ingin sekali menjitak kening gadis itu, baginya Alisya memang imut tapi juga menyebalkan.

“Ya tadi itu apa jika bukan ngagetin,” protes Alisya tak mau kalah dari Sky.
“Aku nggak sengaja, mana tahu juga ada kamu di sini.” Sky mencoba membela diri.

Keduanya masih berdebat, hingga bu Mei melihat dan langsung mendekat untuk menghampiri keduanya.

“Aduh … ini ada apa kok berantem?” Bu Mei mencoba melerai.

Alisya dan Sky masih saling tatap sinis, hingga keduanya membuang muka bersamaan.

“Dasar gadis tak tahu sopan santun,” gerutu Sky.

“Cih … dasar aneh,” cibir Alisya.

Sky memicingkan mata ke arah Alisya, kemudian memilih berjalan ke pondok dengan rasa kesal.

“Sial, gara-gara Pak Leman memintaku pulang duluan, aku harus bertemu dengan gadis itu dan terkena sabetan ranting,” gerutu Sky sepanjang jalan menuju pondok tempatnya menginap. Sesekali dia menengok ke lengan yang masih terasa panas, bahkan langsung meringis saat mencoba menyentuhnya.

“Sakit.”

Alisya menatap punggung Sky, bibirnya komat-kamit karena kesal pemuda itu menganggapnya hantu. Belum lagi ikan asin yang dibawa kini harus jatuh berserakan. Alisya dibuat sesekali meniup-niup ikan asin itu agar bersih dari tanah maupun kotoran lain.

“Huh … awas saja jika lain kali dia buat masalah lagi.”

**

Matahari sudah tampak meninggi meski belum sampai di ubun-ubun kepala. Angin berembus sepoi begitu menyejukkan, daun kelapa terlihat melambai seolah menari tatkala angin terus menerpa silih berganti.

Alisya hari itu melakukan kegiatan seperti biasa, memantau penyu yang terlurnya diambil dan ditetaskan di dekat rumah Bu Mei.

Gadis itu terlihat tersenyum sendiri, membayangkan betapa lucunya jika telur-telur itu sudah menjelma menjadi penyu kecil yang siap dilepas ke laut untuk menjelajah dunia.

Saat sedang memantau para telur calon penyu, Alisya melihat Leman yang berjalan bersama Sky. Keduanya terlihat berbincang sambil melangkah menuju ke suatu tempat di area pantai.

“Mau ke mana mereka?” Alisya bertanya-tanya sendiri dengan kelopak mata menyipit.

Alisya merasa curiga, pasti ada sesuatu yang akan dilakukan oleh dua manusia itu. Tak bisa tinggal diam, Alisya pun bergegas pergi ke rumah Lucky, lantas menemui pemuda itu untuk menanyakan sesuatu.

“Ada apa, Sya? Kenapa kamu terlihat panik?” tanya Lucky yang hari itu terlihat masih bersantai.

“Mas Lucky, apa Pak Leman masih suka memburu penyu?”

Dahi Lucky berkerut halus mendengar pertanyaan Alisya, hingga terlihat berpikir sejenak sebelum kemudian menjawab, “Sepertinya tidak.”
“Memangnya kenapa?” tanya Lucky balik.

“Tidak ada,” balas Alisya sambil menggelengkan kepala.

Mungkin gadis itu hanya terlalu curiga, itu semua karena Alisya terlalu sayang dengan penyu-penyu yang naik ke pulau Lepa di waktu tertentu, terlebih hewan purba itu sekarang semakin langka dengan adanya perburuan liar. Belum lagi anak penyu yang dilepas ke laut, terkadang hanya tersisa beberapa ekor setelah bertahun-tahun pergi dan kembali ke daratan. Predator dan pemangsa lain tentunya ambil andil dalam berkurangnya populasi penyu di lautan.

**

Alisya berjalan dengan langkah ringan, melewati jalan setapak menuju bukit asmara hanya untuk mencari sinyal.

“Akhirnya.”

Alisya begitu senang ketika mendapatkan sinyal, lantas digunakan untuk berselancar di dunia maya. Saat Alisya sibuk dengan ponsel, dia terkejut melihat wajah di sebuah akun gosip yang melintas pada akun sosial medianya. Alisya mengamati dengan seksama, hingga terlihat berpikir sejenak.

“Hm … pantas saja aku merasa pernah melihatnya, ternyata dia artis,” gumam Alisya.

Hingga gadis itu memiringkan sedikit kepala ke kiri.

“Tunggu, kalau dia artis. Apa yang dilakukannya di sini? Liburan? Atau mencari ketenangan?”

Alisya larut dalam pikirannya sendiri, antara curiga, penasaran, serta keingintahuan akan keberadaan Sky di pulau itu.

Gadis Penyu Pulau LepaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang