9. Tumbang

106 17 7
                                    

Hujan baru saja reda setelah dari sore mengguyur ibu kota membuat udara malam itu terasa lembab dan dingin. Pukul 9 malam sosok Kamal berjalan dengan terseok di sebuah gang yang biasa dia lewati setiap pergi bekerja. Wajahnya terlihat pucat dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Kamal sesekali berhenti berjalan mengerjapkan matanya beberapa kali demi menghilangkan pusing di kepalanya, harusnya dia sudah berangkat ke minimarket sejak 2 jam yang lalu. Namun semenjak pulang dari restoran kepalanya terasa sakit dan pusing membuat dirinya tertidur dan terlambat berangkat bekerja di minimarket.

Jika ditanya apa Kamal lelah bekerja, maka Kamal akan menjawab iya. Tapi Kamal tidak bisa membiarkan ibunya bekerja keras sendirian demi menghidupi kedua adiknya. Jadi meskipun lelah, Kamal akan bekerja keras supaya kehidupan adiknya tercukupi dan bisa menyekolahkan mereka setinggi mungkin.
Kamal masih berusaha berjalan, lalu ponselnya yang berada di dalam saku seragam kerjanya bergetar. Kamal lalu mengeluarkan ponselnya dan menyalakannya. Matanya sedikit menyipit saat cahaya terang dari ponselnya sedikit mengganggu penglihatannya. 'Dafa is calling' itu tulisan yang tertera di ponselnya dan segera Kamal menggeser icon telepon berwarna hijau.

"Halo, Mal? Lo malam ini masuk kerja gak? " Ucap Dafa, rekan kerjanya malam ini.

"Masuk, bang. Gue masuk kerja sekarang. " Jawab Kamal dengan suaranya yang sedikit serak.

"Tapi lo tumben belum dateng? Lo gak papa kan?" Tanya Dafa.

"Gue gak papa, cuman tadi gue ketiduran. Bentar lagi gue sampe, gue tutup bang. " Ujar Kamal lalu mematikan sambungan telepon tanpa menunggu balasan dari Dafa karena sungguh kepala Kamal terasa semakin berdenyut sakit. Pandangan matanya mulai tidak fokus dan penglihatannya semakin berkunang hingga akhirnya Kamal pun terjatuh dan tidak sadarkan diri. Namun sebelum tubuhnya benar-benar jatuh ke tanah, seseorang terlebih dulu menahan bobot tubuh Kamal.

Biasanya saat hujan mengguyur kota, kafe kafe dan restoran akan sangat ramai dipenuhi oleh orang-orang yang berteduh untuk menunggu hujan reda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biasanya saat hujan mengguyur kota, kafe kafe dan restoran akan sangat ramai dipenuhi oleh orang-orang yang berteduh untuk menunggu hujan reda. Namun keadaan seperti itu tidak terjadi di kafe milik Jun. Saat hujan mulai turun hingga sudah berhenti saat ini, masih belum ada satu pun pengunjung yang datang lagi. Di salah satu bangku Teguh duduk sambil membaca buku miliknya yang sengaja dia simpan dan tidak menjualnya. Dengan sangat fokus Teguh membaca hingga dia tidak sadar jika Jun sudah berdiri di samping nya menatap ke arah luar.

"Kita tutup aja kafe nya." Ujar Jun lalu berbalik dan mulai mengangkat beberapa kursi di sana ke atas meja.

"Eh? Tutup sekarang?" Tanya Teguh dengan tatapan linglung.

"Iya, udah jam setengah 9 juga gak bakal ada yang dateng." Ujar Jun.

Mendengar itu, Teguh lalu langsung menyimpan buku miliknya dan membantu Jun membersihkan dan merapikan kafe itu. Karena ruangannya tidak terlalu kotor dan berantakan, maka hanya sekitar 20 menit untuk mereka menyelesaikan semuanya.

"Udah beres?" Tanya Jun.
"Udah bang!" Jawab Teguh. Mereka berdua lalu berjalan keluar kafe. Teguh menunggu Jun mengunci pintu kafe. Setelahnya, Jun mengajak Teguh untuk pulang bersama.

"Gak usah bang, duluan aja. Lagian gue mau ke tempat temen dulu." Tolak Teguh, karena emang rencana hari ini dia akan mampir ke tempat Pasya, Lion dan Gino.

"Gak papa biar gue anterin, ayo!" Ajak Jun dan akhirnya mereka pun pergi dengan menaiki mobil sedan tua mendiang ayah Jun.

Tidak ada yang berbicara selama perjalanan, keduanya lebih memilih untuk diam. Hingga beberapa saat kemudian, Teguh meminta Jun untuk menghentikan mobilnya di depan sebuah gang.

"Lo yakin mau dianter sampe sini?" Tanya Jun.
"Iya bang, gak papa. Lagian jalan sini biar cepet nyampe. Makasih ya bang. " Jawab Teguh. Jun lalu membunyikan klaksonnya sebelum pergi meninggalkan Teguh di depan gang itu.

Memasuki gang yang tidak terlalu gelap, Teguh berjalan dengan kedua lengan yang dia masukan ke dalam saku jaket miliknya. Samar-samar Teguh mendengar suara seseorang berbicara, lalu menyipitkan matanya saat dari jarak 30 meter dia melihat siluet familiar yang sedang menahan bobot tubuhnya pada tembok gang.

"Kayak si Kamal?" Gumam Teguh, lalu kembali berjalan untuk memastikan apakah benar orang tersebut adalah Kamal. Namun saat jaraknya semakin dekat, Teguh melihat tubuh Kamal yang sedikit limbung. Maka Teguh semakin mempercepat langkahnya dan benar saja sedetik setelah Teguh berada di depan orang itu, tubuhnya limbung dan segera Teguh menahannya.

"Kamal! Mal, bangun mal! " Ujar Teguh sambil menepuk-nepuk pipi Kamal.
"Ya ampun, mana mungkin gue gendong sendirian." Gerutunya, "bang Jun! " Serunya, lalu mengeluarkan ponsel miliknya dan mencari kontak Jun di sana.

"Bang Jun! Lo masih belum jauh kan?" Kata Teguh saat panggilan mulai tersambung dengan Jun.
"Ya, ada apa?" Tanya Jun.
"Puter balik bang, tolongin gue! Si Kamal pingsan!" Jawab Teguh, membuat Jun di seberang sana mengernyit bingung.
"Maksudnya? Kamal?" Tanya Jun.
"Udah bang, puter balik pokoknya. Terus nanti masuk ke gang yang tadi ya, bang! Tolong cepet ya bang!" Jawab Teguh, kemudian mematikan sambungan telepon sepihak.

Bersambung

***


Selamat malam!!! Dah lama gak update, kangen banget 😭😭 do'akan biar aku semangat lagi nulisnya biar ceritanya cepet selesai ✊😞

+×+ One Dream +×+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang