einheit pt2

5.2K 258 52
                                    

.

.

.

Pagi pukul 05.06 am Haechan terbangun dan yang pertama kali ia lihat adalah Mark Jung. Sosok dominan itu masih setia memeluk pinggang si manis dengan begitu posesif.

Baru saja ingin bergerak mengikis jarak namun tiba-tiba si manis merasakan mual luar biasa. Semakin ia coba menahan maka semakin kuat juga sesuatu itu mendesak keluar.

"Ughh" Haechan menutup mulut dengan mata berkaca-kaca tak ingin mengganggu suami nya yang masih tertidur.

Tapi Mark tentu merasakan pergerakan, saat membuka mata ia bisa langsung melihat gelagat aneh sang istri.

"Hey kena-"

Si manis menggeleng pelan lalu berusaha menjauh ke pinggir kasur dan memuntahkan cairan bening karena tak kuasa menahan nya. Mark yang panik pun bangkit lalu mengusap punggung serta memijit pelan tengkuk sang istri.

"Ughh.. huekk.. huekk.."

Setelah beberapa menit Haechan berhenti memuntahkan hal yang mengganggu perut nya. Ia dengan nafas terengah bersandar pada headboard dibantu si dominan.

"Sebentar sayang"

Belum sempat ketua Haupquartier bertanya ingin kemana, Mark sudah lebih dulu berlari keluar kamar. Sosok itu dalam sekejap kembali membawa peralatan mengepel di tangan kiri dan segelas air hangat di tangan kanan.

"Ini minum dulu"

Jelas sekali terlihat raut khawatir pada wajah si alis camar. Ia membantu Haechan minum secara perlahan agar tidak tersedak.

"Echan nggak papa?" ucap ketua Vetraulich sembari menaruh gelas di atas nakas.

Yang ditanya mengangguk sebagai jawaban. Sosok manis itu sudah hampir meraih gagang pel namun ditahan oleh suami nya.

"Aku ajaa"

"Nou.. itu muntahan nya Echan, jorok Mel-" ucapan Haechan terpotong saat Mark mengecup bibir berisi nya.

"It's okay sayang aku aja"

Mark berjongkok di sisi kasur lalu menggunakan lap tangan untuk membersihkan lantai tanpa rasa jijik sedikitpun. Ketika dirasa cukup, ia ke kamar mandi untuk membilas kain itu dan mengambil satu ember air yang nanti akan di campur pembersih lantai. Pria dominan tersebut kembali lagi ke sisi kasur dan mengepel bekas muntahan sang istri.

Setelah selesai ia menaruh semua peralatan di kamar mandi untuk sementara, mencuci tangan, lalu kembali ke kasur menemani Haechan yang telentang lemas.

Mark sedikit mengangkat kepala si manis lalu membiarkan tangan nya menjadi bantal. Satu tangan lagi terus bergerak mengelus dada lalu turun ke perut ketua Haupquartier.

"Melk maaf"

"Yang ini juga bukan salah kamu"

"Tapi-"

Cup!

"Ish kalo Echan ngomong jangan dicium Melk"

"Salah siapa lucu gini"

Mark semakin mengikis jarak hingga benar-benar tak ada ruang tersisa di antara mereka berdua. Ia tatap wajah Haechan yang juga melihat nya dengan mata bulat dan dua gigi depan mengintip malu dari belah bibir.

"Masih sakit ya?"

Si manis menggeleng.

"Jangan bohong"

"Ndak bohong, tapi badan Echan capek"

Si alis camar mencium pelipis istri nya lalu melirik alarm di atas nakas, "Tidur lagi nanti kalo waktu nya sarapan aku bangunin"

Feind. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang