Terpaksa

165 12 2
                                    

Setelah kejadian tanggung jawab ke orang tua Jisung, Renjun juga di marahin Papih Mamih nya karena tidak menurut untuk les bahasa inggris.

Saat ini Renjun di hukum Papih nya. Ia tidak di antar ke sekolah melainkan disuruh belajar naik kendaraan umum.

.

.

"Papih ngeselin banget sih masa tega banget ngebiarin anak manis nya naik kendaraan umum, nanti kalo aku di culik gimana." Sepanjang jalan menuju halte busway Renjun terus mendumal.

"Tapi aku penasaran deh Kak Haechan itu beneran straight ya, kalo iya kira-kira aku bisa gak ya bikin dia belok."

Saat Renjun mau menyebrang dia melihat Haechan di indoapril yang hendak menaiki motor nya. Dengan reflek Renjun berlari kencang dan berhasil sampai di depan motor Haechan.

Haechan sedikit terkejut melihat mahluk yang selalu ingin ia hindari.

"Minggir." Ucap Haechan.

"Anterin aku ke sekolah ya kak." Ucap Renjun dengan nada memohon.

"Gw gak peduli, cepetan minggir." Tegas Haechan.

Renjun akhirnya memiliki ide supaya Haechan mau nganterin dia.

"Hiks kakak jahat masa tega mau ninggalin aku disini!" Renjun pura-pura menangis dan mendudukan dirinya ditanah supaya menarik perhatian orang yang lalu lalang. Dan benar saja semua orang menatap sinis ke arah Haechan.

"Mas gimana sih adek nya masa ditinggal, gak tanggung jawab banget jadi kakak nya." Ujar seorang ibu-ibu.

"Gimana nanti kalo punya pacar Mas, buruan bawa adeknya itu udah nangis kejer kasian lho."

Haechan menatap dingin ke arah Renjun, menghela nafas kasar dan akhirnya-

"Cepet naik!"

Renjun yang mendengar perintah itu segera menuju motor namun ia sedikit kesusahan karna menurut dia motor nya terlalu tinggi.

Haechan yang melihat Renjun kesusahan berdecak kesal.

"Kalo lo ga cepet naik gw tinggal."

Mendengar itu Renjun langsung menggelengkan kepala nya lalu menjawab.

"Tapi ini ketinggian kak bantuin kek."

"Ck baru motor nmax dah ngerasa ketinggian, gimana mau naik moge lo." Walaupun kesal Haechan membantu Renjun menaiki motor nya dengan cara memiringkan nya sedikit, lalu Renjun pun naik.

"Hihi perhatian banget sih jadi makin cinta." Setelah mengatakan itu Renjun memeluk pinggang Haechan.

"Sekolah lo dimana?" Tanya Haechan lalu menjalankan motornya. Ia juga nencoba melepas pelukan Renjun, namun anak itu malah semakin mengeratkan pelukanya.

"SMA Gryfindor kak." Jawab Renjun sambil menyenderkan kepala nya ke punggung Haechan.

Itu bukan nya sekolah elit ya? slengean kaya gini anak orang kaya ternyata -batin Haechan.

Saat motor berhenti di lampu merah Renjun mulai berisik.

"Kakak itu kerja atau kuliah?"

"Kak udah punya pacar belom? Oh belom syukurlah."

"Kalopun kakak udah punya pacar ya bakal aku tikung sih."

"Ganteng banget si kak."

Pertanyaan itu semua hanya di diamkan oleh Haechan.

Beneran gila kayaknya -pikir Haechan.

.

.

Setelah beberapa menit akhirnya Renjun sampai di sekolah nya.

"Makasih ya sayang udah anterin aku, nanti pulang nya jemput ya."

"Ogah."

Renjun memajukan bibir nya, yang hanya di tatap datar oleh Haechan.

"Lo dianterin sama gw aja harus nya bersyukur jangan jadi ga tau diri." Setelah mengatakan itu Haechan tancap gas pergi meninggalkan Renjun.

Renjun tersenyum, ia merasa Haechan adalah orang yang tepat untuk ia perjuangkan, Renjun meyakinkan dirinya sendiri bahwa Haechan akan menjadi miliknya.

~

"Chan tadi Mama liat ada anak kecil di warung coba samperin gih."

Haechan yang sedang memainkan game di ponsel nya mengehela nafas pelan.

"Kenapa gak Mama aja sih."

"Mama lagi gak mood, lagian kamu kan nganggur."

"Mah please aku udah bilang kan, aku gak mau kuliah, dan aku juga mau lanjutin usaha Papa aja."

"Tapi kapan kamu belajar kerja sama Papa?"

"Ma aku lagi ga mau bahas lagi please." Setelah mengatakan itu Haechan menuju warung dan melihat ada anak laki-laki usia enam tahun yang berdiam diri.

"Mau beli apaan?" Tanya Haechan.

"Om ada sirup rasa kulit kelapa gak?" Tanya anak kecil tersebut.

"Sembarangan lo manggil om,panggil kakak baru gw jawab."

"Ish iya kak itu tadi ada ga?"

"Mana ada njir rasa kulit kelapa, rasa belalang goreng mau?"

"Enggak jadi deh gila ya kak nawarin gak bener, yaudah aku beli ayam krispi aja kak tapi yang direbus ya." Ucap anak laki-laki tersebut.

"Heh bocah lo gila ya ini tuh warung bukan tempat jualan ayam, lagian mana ada sih ayam krispi tapi di rebus." Oke Haechan mulai sedikit kesal.

"Katanya warung serba ada tapi dari tadi yang aku sebut gak tersedia disini."

"Ya emang gak ada bego, cepetan mo beli apaan."

Anak kecil itu mengangguk lalu teringat pesan sang ibu untuk membeli kecap di warung.

"Oh iya beli kecap kak, yang cap dongo kak."

"Elo kali yang dongo, gada cap dongo adanya cap baygon mau?"

"Yaudah itu aja kak, berapa harga nya?"

Haechan menaruh kecap pesanan si bocah ke dalam kantong plastik. Lalu menyerahkan nya.

"Harga nya sepuluh ribu."

Anak kecil itu memberikan uang pas. Padahal tadinya ia ingin membeli jajan tapi ya sudahlah nanti ia kembali lagi.

"Kak ga ada niat buat renovasi warung nya, saran aku pasangin AC sih biar pada betah." Setelah ngucapin itu si anak tersebut pergi.

Haechan menggengkan kepalanya, jika ia memasang AC di warung sudah dipastikan ia akan di gampar Mama nya. Tapi jika di pikir-pikir ada betul nya juga tapi tetap saja pemilik warung resmi nya bukan dia, jadi ia tidak berhak.


Hai,maaf cerita ini akan tetap berlanjut yeeey.

Btw kritik dan saran aku terima.

Suka kah kelen?

GANJEN || HYUCKRENWhere stories live. Discover now