Bertemu di bandara

33 11 0
                                    

Merindukan seseorang adalah bagian dari mencintai mereka. Jika kamu tidak pernah berpisah, kamu tidak akan pernah benar-benar tahu seberapa kuat cintamu.

.

.

.

Dua hari telah berlalu tapi pencarian mereka sama sekali tak memuahkan hasil.

Jejak keberadaan Daniel sama sekali tak bisa di temukan bahkan polisi sudah mengelilingi seluruh kota tapi hasilnya tetaplah nihil.

Keluarga Leo semakin merasa terpuruk karna kehilangan putra sulung mereka.

Meski Gavin tau ia suka menjahili kakaknya tetapi itulah cara itu menunjukkan kasih sayangnya pada orang yang amat ia sayangi.

Terkadang karakter dan sifat dalam diri seseorang berbeda walau ada yang menemukan satu kesamaan atau banyak hingga di kira kembar.

Tapi tak selalu orang kembar itu memiliki sifat yang sama, pernahkah kamu tau atau mendengar cerita dari teman terdekat mu tentang bagaimana ia menceritakan saudara kembarnya.

Semisal dia berjiwa introvert sedangkan kembarannya berjiwa ekstrovert jelas itu kebalikan dari kata sama.

"Aku sangat merindukan kakak."

"Tidak hanya kau saja kami semua." ucapan Khandra di angguki yang lain.

Beberapa hari lalu setelah insiden kebakaran bertepatan kakaknya itu menghilang sifat mereka menjadi berubah terutama Felix yang menjadi pendiam.

Pihak sekolah tetap menyuruh para guru mengadakan belajar secara online dan dari situlah Felix selalu mengurung diri dalam kamar.

Beberapa teman Daniel juga datang memberi dukungan, tetapi sudah terlewat beberapa hari pun usaha mereka tetap sia-sia.

Tiba-tiba di tengah lamunan mereka masing-masing, Gavin teringat akan cerita yang pernah kakak sulungnya itu beritahu padanya.

Transmigrasi?

Jika benar kakaknya itu mengalami berpindahan jiwa artinya...

Kakaknya pasti berada di tempat lain yang tak mereka ketahui.

Dring...dring...

(Suara telpon rumah.)

"Ayo! siapa yang mau mengangkatnya?" tanya Andrian pada tiga adiknya yang berbaring malas di atas karpet berbulu.

Gavin yang biasanya paling semangat di antara mereka berlima kini terlihat begitu lesu karna merindukan kakak pertamanya.

Ya mereka berlima itu sering kali di ibaratkan kumpulan planet yang bersama untuk melengkapi satu sama lain.

Andrian ingat kalau kakak pertamanya itu eclipse artinya gerhana.

Soal nya kakaknya itu mencerminkan sifat ceria dan ketenangan malam.

Saat melihat adiknya tidak ada yang mau beranjak terpaksa Andrian berjalan ke arah meja di mana tempat telpon itu.

Dia lalu mengangkatnya.

"Halo?"

Raut Andrian seperti kaget mendengar suara yang ada di telpon.

Tak lama ia berbincang sedikit lama dengan seseorang Andrian lalu menutup telpon itu dengan raut wajah yang tak terbaca, hal itu tentu membuat ketiga pemuda lain sadar karna mereka memperhatikan Andrian sedari tadi.

"Kenapa kak?"

"Grandma katanya udah sampai di bandara."

"APA!!!"

Ucap mereka semua terkejut.

Kedatangan nenek mereka tanpa memberi kabar terlebih dahulu sudah menjadi hal biasa, tapi kalo ini bukan hal itu yang mereka takutkan.

Melainkan seseorang yang seharusnya masih bersama mereka tetapi tiba-tiba hilang secara misterius.

"B-bagaimana ini..."

"Matilah kita." ucap Khandra.

"Huss jaga perkataan mu." tegur Andrian.

"Apa mama sudah tau?kenapa nenek tak memberitahu atau menelpon mama saja."

"Kau lupa kalau tadi pagi mama dan ayah kembali ke kantor polisi, mungkin ponselnya dalam mode silent."

"Jadi kita yang harus menjemput nenek di bandara?!"

"Tentu saja kau mau jadi cucu durhaka apa?" ucap Gavin.

"Lalu kalau nenek menanyakan keadaan kak Niel gimana?"

"Asli ini bikin tambah rumit."

"Semua itu gara-gara kebakaran itu, seandainya hal itu tak pernah terjadi mungkin kak Niel masih bersama kita sekarang." ucap Khandra menyalahkan orang lain.

"Itu sudah takdir Ndra, kita tidak boleh terus menyalahkan takdir." nasehat Andrian.

"Cukup! kalian berisik lebih baik bersiap ke bandara sebelum nenek menunggu kita lebih lama." ucap Felix menengahi hingga tanpa sadar membentak saudara nya.

Rasanya ingin Gavin membalas ucapan kasar Felix tetapi ia menahannya karna hanya akan membuang waktu.

💝💝💝

Tak membutuhkan waktu lama karna mereka menggunakan mobil.

Akhirnya keempat pemuda itu sampai di bandara menunggu kedatangan nenek mereka.

"Panas sekali." gerutu Khandra.

"Jangan mengeluh, tuh beli es di sana!" ucap Andrian sambil menyerahkan beberapa uang pada Khandra dan langsung membuat adik bungsunya itu terlihat senang hingga meninggalkannya pergi ke arah mesin minuman di sana.

"Kak aku mana?" tanya Gavin protes.

Sedangkan Andrian hanya memutar bola mata malas tanpa membalas ia menyerahkan uang juga ke Gavin.

"Belikan juga untuk ku."

"Siap bos!"

Lalu dia melirik ke arah Felix.

"Kau juga tak merasa haus?"

Melihat Felix menjawabnya dengan gelengan kepala saja membuat Andrian mengerti karna tak mau menganggu mood anak itu.

Transmigrasi Jebakan[END]✓Where stories live. Discover now