|E P P A G E L I A| - PART 2

19 4 0
                                    

EPPAGELIA - PART 2

EPPAGELIA - PART 2

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

New York City

22:35 P.M

Di puncak gedung yang menjulang tinggi, terdapat seorang perempuan dengan rambut panjang yang diterpa angin lembut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di puncak gedung yang menjulang tinggi, terdapat seorang perempuan dengan rambut panjang yang diterpa angin lembut. Dalam senyapnya malam, dia berdiri di tepi atap dengan latar belakang gedung tinggi berlampu, khas New York di malam hari.  Di tangan kanannya, dia memegang sebatang rokok yang menyala, memancarkan asap tipis yang menari-nari di udara. 

Dengan tatapan yang dalam, dia tampak memikirkan segala hal yang telah terjadi dalam hidupnya. Melalui hembusan asap yang pelan, kesedihan terlihat di matanya yang sayu. Merokok menjadi cara baginya untuk melarikan diri sejenak dari segala pelik pikirannya. 

Seperti asap rokok yang melintas di udara, pikiran dan perasaannya melayang-layang dalam kesendirian. Di tengah keheningan malam, dia menemukan ketenangan sementara di tempat ini. Setidaknya cukup untuknya malam ini. 

Perempuan itu adalah Nadeleine. Dan dia kini pada akhirnya benar-benar berada di New York, di negara yang selama ini selalu dihindarinya. Karena baginya, disinilah orang yang sangat dibencinya hidup.  Orang itu adalah Arkha Windsor, orang yang seharusnya menjadi cinta pertamanya. 

Saat pesawatnya mendarat, Nadeleine sangat sadar betul untuk tidak berharap jika Arkhalah yang akan menjemputnya. Namun, ia sangat tidak menyangka bahwa ternyata dia akan mendapati kenyataan yang lebih parah. Bukan hanya tidak dijemput, kehadiran Nadeleine seolah sangat tidak disambut. 

Pria itu bahkan sedang berada di negara yang berbeda sehingga hanya mengutus seorang supir untuk menjemputnya. Bahkan, Nadeleine tidak langsung dibawa ke rumah Arkha, melainkan dirinya disuruh menginap disebuah hotel. 

Nadeleine menertawakan dirinya sendiri, sungguh miris mendapati kenyataan jika dia masih bisa merasa kecewa hanya karena hal tersebut, yang mana seharusnya sudah diketahuinya. 

Dalam balutan kaos crop top dan rok pendek yang dikenakannya, Nadeleine dapat merasakan setiap hembusan angin menusuk tubuhnya. Tangannya mulai terasa kaku, perlahan dia memeluk tubuhnya sendiri berupaya menghangatkan diri. Walau mengigil, Nadeleine tetap bergeming di tempat tersebut, seolah juga sengaja menyiksa dirinya sendiri. 

EPPAGELIAWhere stories live. Discover now