|E P P A G E L I A| - PART 4

8 3 0
                                    


EPPAGELIA - PART 4 

Pagi itu, sinar matahari perlahan mulai menyusup masuk ke dalam kamar seorang perempuan yang tengah terlelap tidur

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Pagi itu, sinar matahari perlahan mulai menyusup masuk ke dalam kamar seorang perempuan yang tengah terlelap tidur. Dia merasakan hangatnya sinar tersebut menyentuh wajahnya. Menggeliat pelan, perempuan itu membuka mata dengan perasaan sedikit bingung. Menatap sekeliling, sejenak terpaku dan mulai menyadari kenyataan hidupnya saat ini. Dia adalah Nadeleine.  

"Aaah..." Rintih Nadeleine ketika jemarinya tidak sengaja menyentuh pipinya sendiri. Seketika ingatannya pun kembali terpanggil ke momen dimana ia mendapatkan sambutan yang spesial dari Arkha. 

Mengabaikan rasa sakit di pipinya, perlahan, dia memposisikan dirinya menjadi duduk di tepian tempat tidurnya. Selain pipinya yang saat ini berdenyut, kepalanyapun terasa pusing dan berat.

"Selamat pagi, Nona. Anda sudah bangun?" Deborah tiba-tiba saja sudah berdiri dihadapannya. 

Mengernyit, Nadeleine menatap Deborah dengan tak minat. Terlebih mendengar pertanyaan yang di lontarkan wanita itu, bagaimana bisa dia bertanya sedangkan sudah dengan sangat jelas jika saat ini Nadeleine bahkan sudah dalam posisi duduk dan membuka matanya. 

"Maafkan saya jika kehadiran saya membuat Anda kaget, Nona." Ujar Deborah lagi ketika menyadari tatapan sangat tidak bersahabat yang ditunjukkan oleh Nadeleine. 

"Mau apa?" Tanya Nadeleine melontarkan pertanyaan, malah berbasa-basi. 

"Tuan Arkha meminta saya membangunkan Anda, dia menunggumu untuk sarapan bersama." Terang Deborah. 

"Tidak mau." Jawab Nadeleine tanpa berpikir. 

"Tap--"

"Katakan saja padanya, aku tidak mau. Tidak perlu mengajakku sarapan, bahkan jika bisa, silakan anggap diriku tidak ada disini." Potong Nadeleine cepat, secepat ia kembali memposisikan dirinya berbaring. Menutup keseluruhan tubuhnya dengan selimut dan mengabaikan keberadaan Deborah. 

"Tapi ini bukanlah ajakan, ini adalah perintah." Ucap Deborah sambil meraih ujung selimut Nadeleine dan mengangkatnya. 

Menarik nafas panjang, Nadeleine menatap kesal kearah Deborah yang kini sudah menampilkan wajah memelas. "Tolonglah, saya akan dimarahi jika tidak berhasil mengajakmu turun." 

"Itu bukan urusanku!" Acuh Nadeleine, dia hendak kembali menarik selimutnya namun Deborah berhasil menahannya. Wanita paruh baya itu bahkan berani menarik tubuh Nadeleine dan memposisikan dirinya kembali duduk.

"Yaampun," Kata Deborah yang mulai menyadari jika memar cukup terlihat jelas di wajah Nadeleine. Sebelumnya memar itu tertutup oleh rambut Nadeleine.  

"Apa kau tidak mengompres wajahmu semalam? Bukankah aku juga sudah membawakan semuanya bahkan aku juga membawakan gel obatnya untukmu, apa kau tidak menggunakannya? Apakah itu sakit?" Deborah tampak sangat khawatir, wanita itu bahkan tanpa sadar melemparkan banyak sekali pertanyaan yang membuat kepala Nadeleine semakin menyut.

EPPAGELIATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon