#3 Sleepless Nights

262 63 57
                                    

Hawa lembab membangunkan Lara dari tidurnya. Setelah kejadian yang dialaminya beberapa hari terakhir, dia merasa indera tubuhnya bekerja lebih baik dan lebih peka terhadap sekitar. Seperti ketika dia merasa menyatu dengan alam: terutama dengan tumbuhan dan air pada masa-masa pusakanya. Sebenarnya terkadang dia merasa sedih karena hanya sempat merasakan hidup dengan pusaka dalam waktu singkat—tidak sampai setahun dari hari dia mendapatkan pusaka, lalu dia harus kehilangannya.

Namun, bagaimanapun juga itulah risiko yang harus dihadapinya. Banyak nyawa yang terancam apabila pusaka masih dibiarkan. Manusia kini hidup setara, tanpa ada ancaman dari vampir juga kekuatan yang dapat menjadi bumerang pada kemudian hari. Mungkin memang sudah takdirnya manusia hidup sesuai kodratnya, tanpa kekuatan dan keabadian. Melihat Scarlett yang beberapa kali bilang dia sudah lelah hidup, mungkin kehidupan tidak seindah yang dibayangkan dan kematian tidak begitu menyeramkan.

Begitu matanya terbuka, dia langsung memindai ke sekitarnya. Dia masih berada di rumah tempatnya bermalam dan Theo masih terbaring di sofa. Dia merogoh sakunya dan menghela nafas lega menyadari hurricane masih tersimpan di sana. Theo sepertinya tidak tahu kalau dia memiliki hurricane sebagai senjata.

Kedua tangan Lara masing-masing telah menggenggam hurricane yang kini menjadi senjata andalannya. Dia mencoba berjalan tanpa menimbulkan suara ke arah belakang rumah. Untuk jaga-jaga, tangannya sudah siap melempar hurricane hingga mengenai siapa pun yang mengancam nyawanya.

Tidak ada siapa-siapa.

Dia pun beralih ke toilet dan membersihkan diri sekaligus menenangkan pikirannya. Memikirkan rencana selanjutnya setelah matahari terbit. Apakah dia harus coba ke gedung Pusat Penelitian Pusaka untuk kembali ke Buitenville versi dunia nyata atau langsung nekat menyelam ke dasar lautan dan mengejar kapal selam.

Dua-duanya terdengar mustahil mengingat minim senjata, pengetahuan, dan adanya Theo yang terluka. Lara benci mengakui kalau Grant hampir berhasil menjatuhkannya. Kali ini dia bersumpah tidak akan membiarkan Grant dan kawanannya lolos lagi. Mereka semua harus mati di tangannya dan dia harus menyaksikan jasad mereka dikubur. Tidak seperti yang terjadi di Mystique Forest; dia kecolongan.

Pertama-tama, yang dipikirkannya adalah Theo. Lelaki itu masih terluka dan tidur seperti orang mati. Akan menjadi beban jika dia terus-terusan seperti itu. Namun, di sisi lain dia tidak memandang Theo sebagai beban, melainkan korban. Kemungkinan lainnya muncul di benak Lara. Apabila Theo telah sembuh dan sepenuhnya pulih, bagaimana jika Theo justru menyerangnya karena unggul secara fisik?

Theo yang dikenalnya tidak mungkin melakukan itu. Masalahnya, apakah pria yang sedang tertidur itu adalah Theo yang dikenalnya? Mengingat dia saja tidak bisa membedakan mana Theo asli dan robot Theo. Ingatannya langsung otomatis menuju pada malam ketika dia menyaksikan Theo dan Anna berdua di balkon….

Lara membasuh wajahnya dan memandangi pantulan dirinya dari cermin. Penampilannya sungguh memprihatinkan. Tapi bukan itu yang penting. Dia harus mengatur strategi yang biasa dilakukan Steve—dia belajar banyak darinya saat masih berlatih di kamp miliknya—dan mulai beraksi seperti Stella. Untuk saat ini, Theo dapat dianggap sebagai tameng.

Strategi pertama: mengisi perutnya yang kosong, juga mungkin untuk tawanannya: Theo. Entah kapan terakhir kali Theo makan.

Lara keluar dari toilet dan memeriksa bagian depan rumah. Theo masih tertidur. Apabila sosok Theo yang bersamanya bukan manusia melainkan robot, mungkin itu artinya baterai Theo sudah habis atau entah bagaimana mereka mengisi energi untuk robot-robotnya. Yang pasti energi untuk dirinya sendiri sekarang adalah makanan yang layak dan tentunya aman.

Dapur rumah ini kecil, hanya sebuah kotak petak sempit dengan kompor (yang Lara tidak tahu apakah masih dapat digunakan) dan lemari tiga tingkat. Lara memeriksa setiap lemari dengan hati-hati, khawatir ada hewan melata atau monster yang lompat lalu menyerangnya. Salah satu lemari dibuka dan terdapat sebungkus kacang polong dan susu. Lara mengecek isinya dan tidak mencium bau-bau mencurigakan. Tidak ada pilihan makanan lain. Mungkin mati keracunan jauh lebih baik daripada mati di tangan Grant. Lelaki itu tidak mungkin menggunakan cara murahan seperti ini; dia pasti ingin sedikit bumbu adrenalin dan meracuni Lara tidak termasuk ke dalamnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 25, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mystique OceanWhere stories live. Discover now