028 - Asa Cinta

25 5 2
                                    

"Wah?! Anjir? beneran kebuka?" Ajun berseru heboh saat layar kunci di HP Gisa berubah menjadi layar beranda dan langsung menampilkan dengan Wallpaper fotonya dengan perempuan itu di sebuah cafe, hanya foto selfi. 

"Kan gue bilang juga apa, kata sandinya tuh ya, yang itu, masa lo gak tahu sih? Kan lo pacarnya, gimana deh?" Ellisa melirik tak percaya ke arah laki-laki itu. 

Tanpa banyak omong lagi, Ajun mulai membuka galeri pada HP tersebut untuk mencari-cari foto orang yang telah melecehkan Gisa, barangkali Gisa pernah mengambil fotonya secara diam-diam.

Begitu Ajun membuka galeri HP itu, kebanyakan ia hanya menemukan foto Ajun dan Gisa yang sedang bucin-bucinnya, dan entah karena apa Ajun merasa tak ingin Ellisa melihat semua hal itu, ia seakan hendak menjaga sesuatu, namun entah apa sesuatu itu, sesuatu yang tak jelas juga.

Dan di tempatnya Ellisa juga merasa ada sesuatu yang tak seharusnya ia rasakan ketika melihat hal tersebut, seperti ada sesuatu yang membuat dirinya merasa tidak nyaman dengan hal yang ia lihat, seolah ada sedikit lebam di dasar hatinya.

"Gak ada apa-apa, El." akhirnya Ajun menyerah untuk mencari foto orang yang mungkin memang tidak ada di sana. 

"Bentar!" Ellisa langsung merebut HP itu lagi ketika ia tidak sengaja melihat sesuatu di layar HP itu, ia buka lagi galerinya dan ia mendapatkan foto buram dari jarak yang jauh, kemungkinan di zoom berkali-kali. 

"Ini apaan? buat apaan Gisa ngambil foto nggak jelas kayak gini?" Ellisa bersuara sambil memperlihatkan foto itu kepada Ajun. 

Ajun langsung mendekatkan wajahnya untuk melihat lebih jelas foto buram tersebut, "Blur banget, El." katanya.

"Cari foto lainnya lagi." Ellisa langsung menggeser layar HP itu mencari foto lainnya.

Dan akhirnya ia melihat foto Bobi dan temannya yang masih tak Ellisa tahu siapa namanya, ada di galeri HP milik Gisa.

"Bobi!" Ellisa berseru heboh, "Gue yakin, dia orangnya! Dia yang udah lecehin Gisa!" setelah berucap demikian Ellisa langsung beranjak sambil menggenggam HP milik Gisa dengan erat, ia seolah terburu-buru untuk pergi ke suatu tempat.

"Lo mau ke mana?" tanya Ajun sambil mencekal tangan perempuan itu.

"Cari Bobi lah!" jawab Ellisa dengan suara yang nyaring, sangat heran dan kesal kenapa Ajun malah menanyakan hal yang menurutnya tidak perlu ditanyakan lagi.

"Bukti masih belum kuat, El." kata Ajun dengan suara yang rendah.

"Gue mau ketemu Bobi, bukan mau ke kantor polisi, gue juga mikir kok kalo gue gak bisa cuman bawa foto doang ke kantor polisi!" ujar Ellisa tegas, dengan cukup kasar ia menghempas tangan Ajun yang mencekal tangannya.

"Yaudah sama gue, kalau lo pergi sendirian, gue gak yakin lo bakalan aman." Ajun langsung beranjak mengikuti langkah perempuan itu.

Ellisa terdiam beberapa saat dari aktivitasnya memasang helm, ada detak aneh itu lagi yang tiba-tiba muncul di jantungnya, seolah ada satu getaran yang membuat hatinya menghangat.

Ellisa lekas menggelengkan kepala dengan gerak samar, buru-buru ia memasang helm dan mulai menjalankan motornya menuju daerah perumahannya karena ia pikir rumah Bobi tidak akan jauh dari sana sebab ia bertemu dengan laki-laki itu saat jogging pagi hari.

Namun diperjalanan, ada sedikit kendala, Ellisa jatuh dari motornya saat dua ekor kucing tiba-tiba menyeberang jalan, sepertinya sedang berkelahi, dan Ellisa jatuh disaat ia mengerem mendadak dengan rem depan.

Jalanan sedang sepi sekarang, apalagi mereka masih di gang, tidak banyak pengendara. Ajun buru-buru memberhentikan motornya, berlari kecil menghampiri Ellisa sambil berusaha melepas helm-nya.

"El? Gak papa, El?!" tanya Ajun panik sambil membantu perempuan itu untuk melepas helmnya.

Bagian kepala Ellisa jelas aman, tapi bagian lain dari perempuan itu sangat memprihatikan, sikunya, lutut, telapak tangan bahkan baju di bagian bahu Ellisa juga berlubang akibat tergores aspal, perempuan itu mendapatkan banyak luka akibat kecelakaan kecil ini.

Ajun menoleh ke hulu dan hilir secara bergantian, mencari orang untuk meminta bantuan, tapi nampaknya tidak ada siapa-siapa, mungkin masih banyak yang belum pulang bekerja dan sebagian lagi mungkin memang sedang tidur siang atau hanya sekadar rebahan saja di kamar.

Ellisa meringis menahan perih, bukan main rasa sakitnya, apalagi untuk dirinya yang tidak pernah terjatuh dari motor dan mengalami luka sebanyak ini, Ellisa rasanya tidak bisa menahan rasa perih di kulitnya.

Tanpa banyak bicara lagi, Ajun beranjak untuk membangunkan motor Ellisa, setelah itu menggendong perempuan itu dan menaikkannya ke atas motor milik Ellisa, setelah itu Ajun meminggirkan motornya dan bergegas membawa Ellisa menuju rumahnya kembali.

"Ini darahnya keluar terus." ucap Ellisa dengan suara parau, menahan tangis karena rasanya benar-benar perih, Ellisa hampir tak mampu menahannya.

Ajun tidak menjawab, tapi ia begitu gelisah, berkali-kali ia membagi fokusnya antara jalanan dengan Ellisa, melirik perempuan itu lewat kaca spion untuk memastikan bagaimana keadaan perempuan itu di boncengannya.

Tidak terlalu lama, mereka sampai, Ajun langsung membantu Ellisa untuk turun dari motor dan membawanya dengan penuh kehati-hatian masuk ke dalam rumahnya.

Ia langsung mendudukkan Ellisa di sofa, dengan langkah panik ia berlari mencari kotak P3K dan mengambil air bersih serta handuk kecil untuk membersihkan luka-luka Ellisa.

"Sini." Kata Ajun sambil mulai membasahi handuknya.

Ellisa hanya bisa menurut tanpa banyak komentar, ia membiarkan Ajun membersihkan luka-luka nya walau sebenarnya ia sangat ingin berteriak sebab rasa perih itu semakin menjadi-jadi ketika terjamah oleh handuk basah.

Namun ada banyak hal yang berkecamuk dalam hatinya, ada beberapa hal yang membuatnya merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya, Ellisa bukan tidak memahami, ia sangat memahami ke mana perasaan kecil ini akan mengambil langkah selanjutnya, yaitu perasaan cinta, ia sudah khatam dengan jenis perasaan yang seperti ini. 

Namun untuk jatuh cinta dengan Ajun, tentu tidak akan mudah bagi Ellisa, ada banyak alasan yang perlu Ellisa pertimbangkan jika ingin jatuh cinta dengan laki-laki itu, yang pertama, Ajun adalah cinta pertama bagi sahabatnya, dan sahabatnya juga cinta pertama bagi Ajun, yang ke-dua, Ajun sudah melakukan hal yang paling tidak Ellisa sukai, hal yang paling tidak bisa Ellisa toleransi, kalaupun benar Nara bukan anak Ajun, tetap saja Ellisa tidak ingin memiliki hubungan asmara dengan laki-laki yang sudah tidak perjaka. 

Lamunan Ellisa buyar ketika Ajun mengolesi lukanya dengan betadine sehingga menciptakan rasa perih yang semakin menjadi-jadi, "Aduh! ih! sakit!" tanpa sengaja Ellisa memaki karena kesal. 

Ajun tersentak kaget, "Sorry, sorry." 

Sesaat Ellisa terdiam untuk kemudian tersadar kalau dia sudah agak keterlaluan pada Ajun sampai membentak seperti itu. Beberapa saat Ellisa mengatur napasnya dengan baik dan kemudian tersenyum tipis ke arah Ajun. 

"Habis ini cari si Bobi, ya." Kata Ellisa kemudian. 

Beberapa saat Ajun terdiam memandangi perempuan itu dengan ekspresi tak percaya, melihat keadaannya yang sekarang, Ellisa tetap memikirkan caranya untuk menemukan siapa pelaku pelecehan terhadap Gisa, ada sesuatu yang rasanya sangat menyentuh di hati Ajun, yaitu tentang kepedulian perempuan tersebut yang sangat tinggi, dan Ajun sangat mengagumi seseorang yang memiliki sifat seperti itu. 

Katakanlah ia mamiliki rasa itu terhadap Ellisa, Renjana akan kasih yang tak pernah tertuntaskan, masih begitu sulit rasanya untuk kembali jatuh cinta setelah banyak hal yang terjadi selama empat tahun terakhir ini. 




Bersambung

"Jiwa ini belum bebas, aku masih terjerat tanpa asa, aku masih tak bisa kemana-mana terbelenggu seuntai dosa."

~Ajunda Radeva~




Renjana Kasih Ft. Junkyu TREASUREWhere stories live. Discover now