031 - Masa Yang Telah Usai

23 5 0
                                    

Ajun menghela napasnya dengan berat setelah membuka kembali HP milik Gisa. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan, namun ia tak tahu ke mana ia harus mencari jawaban.

Kembali Ajun membuka galeri HP perempuan itu, melihat ulang hari bahagianya yang telah selesai. Menatap foto demi foto kebersamaannya dengan si cinta pertamanya.

Cerita mereka telah diakhiri secara sepihak oleh tuhan, namun Ajun tak merasa kalau dirinya dan Gisa telah usai, masih ada banyak hal yang membayang-bayangi langkahnya hingga kini.

Dan meninggalnya Gisa bukanlah alasan untuk berakhir, sebab rasa cintanya kepada perempuan itu tetaplah ada.

"Gimana cara ngungkap kasus kamu, Sa? Aku bingung." Ajun bersuara lirih sambil menatap foto Gisa yang tengah tersenyum dengan posisi tangan menopang dagu.

Kepada siapakah pertanyaan itu tertuju? Tidak ada yang bisa menjawab, dan Ajun sekali lagi kembali terdiam bersama gundah gulana.

Setelah termenung untuk sekian waktu, Ajun menghela napasnya, kemudian menekan tombol beranda pada HP tersebut.

Tadinya, ia ingin menutup HP itu saja, tapi begitu melihat aplikasi perekam suara bawaan HP, Ajun terpikir untuk membukanya.

Maka dengan itu ia melihat judul-judul rekaman suara yang hanya berisikan angka-angka sahaja. Memang, dahulu Gisa suka sekali merekam disaat mereka sedang duduk berdua dan mengobrol ringan.

Ajun tidak pernah mendengar rekaman itu semua, tapi Gisa pernah menceritakan hal itu kepadanya.

Kerinduannya pada Gisa malam ini kian membuncah, mengobrak-abrik hatinya dengan lancang, dan Ajun berakhir kebingungan, bagaimana caranya agar rasa ini bisa teratasi.

Ia mulai memainkan rekaman yang bernama: 20200714_171357 yang artinya rekaman tersebut diambil pada tanggal 14 Juli 2020 di jam 17.13.

Suara obrolan hari itu mulai bermain di indera pendengaran Ajun, dan ketika mendengarnya, Ajun seolah dipaksa waktu untuk kembali ke masa itu, menikmati kembali waktu yang telah berlalu itu.

3 tahun yang lalu, di rumah peninggalan orang tua Gisa, mereka sedang duduk bersantai sambil menikmati waktu berdua.

"Kamu gak usah lagi kerja di sana, Sa." ucap Ajun sambil menatap perempuan yang sedang sibuk mengetik sesuatu di layar HP nya.

"Iya." respon Gisa singkat, singkat yang benar-benar singkat, nadanya pun terdengar tidak minat sama sekali untuk mengobrol dengan Ajun.

"Lagi chattingan sama siapa, Sa?" tanya Ajun dengan suara yang lembut. Ia sama sekali tidak marah ketika Gisa seolah abai dengan keberadaanya.

Gisa menoleh sekilas ke arah laki-laki itu kemudian menggeleng kecil dan kembali fokus mengetikkan sesuatu di HP nya, "Aku lagi ngetik lanjutan cerita aku di notepad, bentar, ya? Ide aku lagi bagus ini."

Ya, benar, Gisa adalah seorang penulis, walaupun belum pernah menerbitkan novelnya secara fisik, tapi perempuan itu cukup aktif menulis di platform online dan sering mengikuti event-event yang diadakan oleh penerbit.

Mimpi terbesar Gisa adalah, ia ingin naskahnya dipinang oleh penerbit, terbit cetak dengan minimal terjual 100 eksemplar dan bisa tembus untuk diangkat menjadi series seperti cerita Dilan 1990.

Namun mimpi itu harus terkubur, Gisa tidak memiliki kesempatan lagi untuk mewujudkan mimpinya.

Ajun hanya bisa menghela napas pendek sambil tersenyum ke arah perempuan itu, tanda ia memaklumi dengan dunia yang begitu Gisa cintai.

Ajun mengetahui mimpi besar pacarnya itu, karena di sini ia tidak bisa membantu untuk mewujudkannya, maka setidaknya hal yang paling sederhana yang bisa Ajun lakukan adalah: tidak mengganggu ketika Gisa sedang menulis.

Renjana Kasih Ft. Junkyu TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang